Mengenal Kesenian Tradisional Randai

Mengenal kesenian tradisional randai – Belum lama ini Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Sumatera Barat menyelenggarakan Pemilihan Media Tradisional Tingkat Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017. Kegiatan ini berlangsung 6-7 September lalu dan diikuti oleh 18 Sanggar maupun grup randai yang ada di kabupaten/kota di Sumatera Barat.

Grup randai Pamenan Mato adalah salah satu grup kesenian tradisional randai dari Kodya Bukittinggi yang menunjukkan kebolehannya dalam Pemilihan Media Tradisional Tingkat Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017 tersebut.

Kaba Randai Nan Batingkah

Grup Randai Pamenan Mato tampil dengan cerita, Kaba Randai Nan Batingkah berdurasi 30 menit sesuai ketentuan dari Panitia penyelenggara, dengan tokoh cerita atau penokohan Datuak Panduko Rajo (diperankan oleh Yuda), Manyariang Awan (Hakim), Gombang Baro (Almisbah) dan Pandeka Limbubu (Riko).

Pendukung pertunjukan seni drama tradisional randai ini adalah Galombang (Fauzan, Ridho, Ali, Febri, Raul, Adam dan Ikhlas). Sedangkan Talempong dimainkan oleh Rifki dan Intan Bagewang oleh Icup. Gurindam oleh Ezi dan Wella. Pemain Gandang Firman dan peniup Saluang Yogian.

Kaba Randai Nan Batingkah, mengisahkan Gombang Baro anak dari Datuak Panduko Rajo, Wali Nagari dalam Kenagarian Koto Tinggi. Semenjak ditinggal ibunya, Gombang Baro menjadi orang yang tidak berpendirian dalam hidupnya.

Ia bersama temannya Manyariang Awan hanya menurutkan kata hati sebagai tipu daya setan serat meresahkan masyarakat di nagarinya. Suka menyebarkan kabar burung alias hoax.

Namun berkat ketabahan dan kesabaran ayahnya Datuak Panduko Rajo,Gombang Baro dapat meninggalkan perangai buruk yang telah diperbuatnya selama ini.

Tentang kesenian randai

Randai adalah kesenian khas Minangkabau. Artinya, hanya masyarakat Minangkabau yang memiliki jenis seni drama ini. Randai merupakan jenis pertunjukan drama tradisonal Minangkabau yang mengangkat kisah tentang cerita rakyat yang sudah lama hidup dalam masyarakat Minangkabau.

Cerita yang sudah lama dikenal oleh masyarakat Minangkabau antara lain; kaba Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, Sabai Nan Aluih,dan lain sebagainya

Sebagai seni pertunjungkan, randai menggabungkan berbagai unsur seni, diantaranya seni drama, seni tari, seni suara, musik dan seni bela diri, yang sarat dengan pesan budaya, agama dan moral.

Unsur seni drama ditandai dengan adanya tokoh/penokohan, dialog,  gerak dan mimik. Sebagai seni suara terdapat unsur gurindam atau dendang antara satu adegan dengan adegan lainnya.

Unsur seni bela diri terlihat dari gerak pencak para pemain (galombang) yang melingkar. Sedangkan unsur seni musik terwujud dari tampilan bunyi Talempong dan Saluang.

Dalam pertunjukkan drama randai, alur cerita tradisional Minangkabau dikisahkan secara periodik dengan alur maju. Di dalamnya terjadi dialog-dialog yang panjang antar pemain yang disipkan nasehat, kritik sosial serta humor. Narasi cerita disampaikan melalui simbol-simbol dalam bentuk tarian dan nyanyian.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertujukkan kesenian tradisional randai ini lebih menekankan pada pencerahan moral dan sekaligus sebagai hiburan bagi masyarakat Minangkabau..***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel