Mengenal Kesenian Tradisional Randai
Oktober 03, 2017
Mengenal kesenian tradisional randai –
Belum lama ini Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Sumatera Barat
menyelenggarakan Pemilihan Media Tradisional Tingkat Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2017. Kegiatan ini berlangsung 6-7 September lalu dan diikuti oleh 18 Sanggar maupun grup randai yang ada di
kabupaten/kota di Sumatera Barat.
Grup
randai Pamenan Mato adalah salah satu grup kesenian tradisional randai dari Kodya Bukittinggi yang
menunjukkan kebolehannya dalam Pemilihan Media Tradisional Tingkat Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2017 tersebut.
Kaba Randai Nan Batingkah
Grup
Randai Pamenan Mato tampil dengan cerita, Kaba Randai Nan Batingkah berdurasi
30 menit sesuai ketentuan dari Panitia penyelenggara, dengan tokoh cerita atau
penokohan Datuak Panduko Rajo (diperankan oleh Yuda), Manyariang Awan (Hakim),
Gombang Baro (Almisbah) dan Pandeka Limbubu (Riko).
Pendukung
pertunjukan seni drama tradisional randai ini adalah Galombang (Fauzan, Ridho,
Ali, Febri, Raul, Adam dan Ikhlas). Sedangkan Talempong dimainkan oleh Rifki
dan Intan Bagewang oleh Icup. Gurindam oleh Ezi dan Wella. Pemain Gandang
Firman dan peniup Saluang Yogian.
Kaba
Randai Nan Batingkah, mengisahkan Gombang Baro anak dari Datuak Panduko Rajo,
Wali Nagari dalam Kenagarian Koto Tinggi. Semenjak ditinggal ibunya, Gombang
Baro menjadi orang yang tidak berpendirian dalam hidupnya.
Ia
bersama temannya Manyariang Awan hanya menurutkan kata hati sebagai tipu daya
setan serat meresahkan masyarakat di nagarinya. Suka menyebarkan kabar burung
alias hoax.
Namun
berkat ketabahan dan kesabaran ayahnya Datuak Panduko Rajo,Gombang Baro dapat
meninggalkan perangai buruk yang telah diperbuatnya selama ini.
Tentang kesenian randai
Randai
adalah kesenian khas Minangkabau. Artinya, hanya masyarakat Minangkabau yang
memiliki jenis seni drama ini. Randai merupakan jenis pertunjukan drama tradisonal Minangkabau yang mengangkat kisah tentang cerita rakyat yang sudah
lama hidup dalam masyarakat Minangkabau.
Cerita
yang sudah lama dikenal oleh masyarakat Minangkabau antara lain; kaba Cindua Mato,
Malin Deman, Anggun Nan Tongga, Sabai Nan Aluih,dan lain sebagainya
Sebagai seni pertunjungkan,
randai menggabungkan berbagai unsur seni, diantaranya seni drama, seni tari, seni
suara, musik dan seni bela diri, yang sarat dengan pesan budaya, agama dan
moral.
Unsur
seni drama ditandai dengan adanya tokoh/penokohan, dialog, gerak dan mimik. Sebagai seni suara terdapat
unsur gurindam atau dendang antara satu adegan dengan adegan lainnya.
Unsur
seni bela diri terlihat dari gerak pencak para pemain (galombang) yang melingkar.
Sedangkan unsur seni musik terwujud dari tampilan bunyi Talempong dan Saluang.
Dalam
pertunjukkan drama randai, alur cerita tradisional Minangkabau dikisahkan
secara periodik dengan alur maju. Di dalamnya terjadi dialog-dialog yang panjang
antar pemain yang disipkan nasehat, kritik sosial serta humor.
Narasi cerita disampaikan melalui simbol-simbol dalam bentuk tarian dan
nyanyian.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pertujukkan kesenian tradisional randai ini lebih menekankan pada
pencerahan moral dan sekaligus sebagai hiburan bagi masyarakat Minangkabau..***