Mendapat Kesempatan Ikut Studi Banding Internasional 2017
Oktober 25, 2017
Mendapat Kesempatan ikut studi banding nternasional 2017 – Kegagalan
putra ketigaku, Amri Mahmud Rizaldi, untuk mendapatkan reward (penghargaan) dari pemerintah kabupaten (Pemkab) Tanah Datar
2013 lalu insyaallah akan terbayar tunai
tahun 2017 ini.
Muhammad
Fadhlan Hakim, putra bungsuku yang masih duduk di kelas 6 SD akhirnya akan
membayar tunai kegagalan kakaknya tersebut.
Aan (sapaan akrabnya) mendapat
kesempatan untuk mengikuti studi banding Internasional Malaysia dan Singapura
tahun 2017.
Tak akan terlupakan
Masih
segar dalam ingatanku ketika tahun 2013 lalu, putraku yang juara umum di
sekolah dinyatakan pihak sekolah berhak memperoleh kesempatan studi banding
internasional ke negeri jiran Malaysia dan Singapura tahun 2013.
Begitu
besar hati dan harapanku, putra ketiga itu akan segera berangkat mengikuti
program studi banding internasional yang diselenggarakan oleh Pemkab Tanah
Datar.
Tapi
apa hendak dinyana, dengan uraian air mata putraku harus menerima kenyataan.
Ia
gagal untuk meraih penghargaan, gagal mengikuti program Pemkab tersebut. Apa
pasalnya?
Nem (nilai evaluasi murni) rata-rata sekolah tempat ia belajar, tahun
pelajaran 2012/2013 tidak memenuhi persyaratan baru yang ditetapkan oleh
Pemkab.
Sebagai
orangtua, aku dapat menerima kenyataan itu. Namun kekecewaan putraku dapat aku
rasakan sedalam-dalamnya.
Oleh sebab itu, aku berusaha untuk membangkitkan
semangatnya kembali. Ia pun lulus dengan
NEM tertinggi di sekolah.
Untuk
menghibur hatinya yang kecewa, aku mengambil tindakan nyata. Memberikan kompensasi penghargaan berupa Tabanas dengan nilai nominal 2 juta rupiah. Aku membujuknya agar tidak
kecewa lagi. Itu sudah takdir dari yang Maha Kuasa.
Capek seakan tidak terasa
Di
tahun 2017 ini, putra bungsuku mendapat kesempatan juga untuk memperoleh reward dari pemerintah melalui jalur
siswa berprestasi.
Putraku yang duduk di kelas 6 SD itu mewakili siswa
berprestasi tingkat SD/MI Kecamatan Lintau Buo untuk mengikuti program Studi
Banding Internasional Malaysia dan Singapura tahun 2017.
Sampai
Cuhat ini ditulis, waktu keberangkatan studi banding tinggal seminggu lagi.
Segala persiapan administrasi sudah siap namun pelatihan persiapan kunjungan ke
negeri jiran tersebut masih berlangsung.
Memang,
sejak beberapa minggu lalu, aku harus bolak-balik mengantarkan putra bungsuku
ke kantor Dinas Pendidikan Tanah Datar di Batusangkar.
Pasalnya, putraku
termasuk siswa yang dipilih untuk menampilkan pertunjukan di negeri jiran
tersebut.
Pelatihan
diadakan 3 hari dalam seminggu, dengan demikian 3 kali dalam seminggu aku harus
mengantar anak ke kota budaya tersebut.
Letih dan lelah seakan tak kurasakan
lagi. Begitu pula biaya untuk mengantar anak.
Yang
kurasakan hanyalah semangat, boleh jadi akibat semangat Sumpah Pemuda di bulan
Oktober ini.
Akhirnya salah seorang putraku akan membayar tunai kegagalan
kakaknya untuk memperoleh penghargaan Pemkab Tanah Datar untuk mengikuti Studi
Banding Internasional Malaysia dan Singapura tahun 2017.***