Kalung Ini Akan Membuatku Selalu Ingat Padamu
November 16, 2017
Kalung ini akan membuatku selalu ingat padamu - Ralin dan Rhenata, dua gadis cilik yang begitu akrab. Mereka bagaikan
lebah dan madu selalu bersama. Namun mereka terlahir dari status keluarga yang
berbeda. Ralin dari keluarga menengah keatas, serba berkecukupan. Apapun yang
ia mau pasti ia dapatkan tanpa kesulitan dari orangtuanya..
Berbeda
dengan Rhenata, hidup serba kekurangan secara materi. Akan tetapi ia selalu
mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Apapun yang di inginkan
Rhenata, ia harus menunggu dan berusaha untuk mendapatkannya. Bagi Rhenata, hidup tak cukup hanya dengan
modal doa dan takdir.
Waktu
terus berjalan begitu cepat. Kini mereka sama-sama menginjak usia remaja 17
tahun. Sweet Seventeen. Lebih kurang
enam bulan lagi, mereka akan menghadapi ujian nasional.
Walaupun
hidup serba berkecukupan, Ralin selalu merasa kekurangan, apalagi kekurangan
kasih sayang dari kedua orang tuanya. Mereka terlalu sibuk, kekurangan waktu
dan kesempatan untuk memperhatikan anak semata wayang mereka.
Hingga
pada akhirnya, barang ‘haram’ itu mulai merasuki jiwa remaja 17 tahun itu.
Berawal dari sekedar coba-coba, untuk melampiaskan semua kekesalan hatinya. Mendapatkan
perhatian kedua orangtuanya, akhirnya Ralin menjadi seorang pecandu barang
terlarang.
Pada
awalnya, persahabatan mereka tetaplah sama, tak ada yang berbeda. Ttetap ada
disaat yang dibutuhkan. Namun belakangan ini, Ralin lebih cepat emosian, lebih mudah untuk mengingkari
janji dan tidak tepat waktu.
Dulu,
sebuah rencana untuk masa depan telah mereka rencanakan untuk masuk ke falkutas
negeri yang sama. Oleh sebab itu mereka berjanji untuk belajar dan menggapai
semua mimpi mereka bersama.
Semakin
lama semuanya semakin menjanggal. Hal ini membuat Rhenata curiga, sekaligus
penasaran dengan apa yang terjadi pada sahabatnya itu. Hingga pada suatu saat, ketika
satu minggu lagi akan dilaksanakan UN untuk seluruh SMA di Indonesia.
"Ralin....."
Rhenata menyapa pelan sahabatnya itu sambil duduk di sebelahnya.
"Ya,
kenapa Rhen?" tanya Ralin sambil tersenyum tipis
"Kamu ada masalah apa, akhir-akhir ini
kamu lebih sering murung, kalau kamu punya masalah, kamu bisa cerita sama aku,
insya Allah pasti aku bantu" Rhenata berusaha menata kata-katanya agar
tidak menyinggung perasaan sahabatnya itu.
“Tak
ada masalah, koq…” kata Ralin seraya tersenyum. Kemudian Ralin mengeluarkan
kotak kecil dari dalam tasnya. Sebuah kalung, kalung yang sama bentuknya dengan
kalung yang dikenakannya.
"Aku
sengaja beliin kamu kalung yang sama dengan yang aku punya, biar kamu selalu
ingat sama aku, kamu janji jangan pernah lupain aku". ujar Ralin sendu.
"Ya,
aku janji" ucap Rhenata seraya mengenakan kalung itu. Benar- benar kalung
yang mirip meskipun dibeli dalam waktu yang berbeda.
Hari
ini UN untuk SMA se-Indonesia dilaksanakan. Mereka ujian di ruangan berbeda. Selesai
UN hari pertama, Rhenata menunggu Ralin di gerbang sekolah untuk pulang bareng.
Hampir
satu jam lebih Rhenata menunggi tapi Ralin tak kunjung datang, kini sekolah
benar-benar sudah sepi dan akhirnya Rhenata memilih untuk pulang. Satu
hari ini Rhenata tak pernah bertemu dengan Ralin.
Rhenata
sudah mencoba untuk menelpon Ralin tapi tak ada jawaban hanya ada nada tunggu
yang sangat menyebalkan bagi Rhenata. Biasanya sesibuk apapun Ralin pasti
menyediakan sedikit waktu untuk Rhenata.
Satu
hari tak bertemu membuat merasa sangat kesepian. Sore harinya Rhenata
mengunjungi rumah Ralin. Rumah yang begitu besar. Rhenata hanya bertemu dengan
pembantu sekaligus pengasuh Ralin, memberi tahu kalau Ralin masuk rumah sakit
dari tadi pagi. Sorenya hanya sekedar pusing tapi tadi pagi mulai
kejang-kejang.
Akhirnya
Rhenata tau penyebab Ralin masuk Rumah Sakit karena barang berbahaya. Tak
pernah terbayang selama ini bahwa Ralin seorang pecandu lebih kurang satu tahun
belakangan ini. Ralin telah mengkonsumsi barang haram itu. Akhir dari kisah
seorang pecandu barang berbahaya adalah" Tanah". Barang haram itu
telah menuntun Ralin ke alam dari kehidupan ini.
"Dulu
semuanya terasa indah, persahabatan kita begitu menyenangkan, kita selalu ada
untuk bersama, semuanya hancur ketika kamu bertemu DIA, DIA telah menuntunmu ke
tempat peristirahatan terakhirmu, selamat jalan sahabat.”
Aku
akan selalu mengingatmu menjadikan kalung ini sebagai penanda bahwa aku tidak
akan pernah menyentuh barang haram itu." Rhenata membatin saat mengunjungi
makam sahabatnya. Rhenata meneteskan air mata di atas peristirahatan terakhir
Ralin.
Setelah
satu minggu minggu peninggalan Ralin, kejadian ini membuat Rhenata berjanji tidak
akan pernah menyentuh barang berbahaya itu agar nasibya tidak berakhir sama
dengan kisah sahabatnya.
Orangtua
Ralin merasa gagal dalam mendidik anak semata wayang. Mereka terlalu sibuk
dalam urusan pekerjaan sehingga melupakan tanggung jawab terhadap anaknya. Tapi
semuanya sudah berlalu, tiada gunanya penyesalan.
Simak juga : Ketika Mimpi Itu Jadi Kenyataan
Penyeselan
tidak akan mengubah semua yang telah terjadi. Namun penyesalan dapat merubah
masa depan ke arah yang lebih baik, jika masa lalu itu dijadikan pembelajaran.
(*Kiriman: Sara Ayusti)
*)Sarah
Ayusti : Siswi SMPN 2 Lintau Buo, Kab.
Tanah Datar, Sumbar