Kenapa Harus Merah dan Putih

Kenapa harus merah dan putih - Merah Putih berkibar begitu indah di langit pagi yang cerah. Membuat senyum indah terukir di wajah seorang siswa yang terus melihat bendera itu dari barisannya.  Belum pernah ia sesemangat ini dalam upacara bendera.

Sebuah keinginan untuk ikut mengibarkan sang merah putih muncul di lubuk hatinya yang paling dalam. Pikirannya melayang kemana-mana, membayangkan dirinya berseragam putih melangkah maju gagah perkasa. Itu pasti akan sangat menyenangkan, hatinya membatin.

“Woy...!! Upacara udah selesai, nggak capek apa berdiri terus dari tadi"
Teriakan Rangga membuat Sean tersadar dari mimpinya. Dengan langkah cepat Sean mengejar Rangga yang sudah melangkah dari tadi menuju kelasnya.

Beberapa hari kemudian, Sean bergabung di organisasi Paskibra di sekolahnya dengan semangat yang menggebu-gebu Sean mendengarkan semua kata-kata motivasi dari seniornya. "Apa kalian tau kenapa warna bendera kita merah dan putih, padahal di dunia ini ada puluhan warna yang jauh lebih indah?"

Sean mengangkat tangannya lalu berkata "Merah itu lambang dari keberaniaan dan putih lambang dari kesucian"

"Jawabamu benar, tapi terlalu standar, apa ada jawaban lain?" senior itu kembali bertanya, setelah sekian menit tak ada yang menjawab
"Memang benar, merah lambang dari keberanian, dan putih lambang dari kesucian, tapi kenapa merah dikatakan berani dan putih dikatakan suci?" kembali tak ada yang menjawab senior itu melirik kearah jam tangannya

"Sekarang kita mulai latihan baris-berbaris, dan pikirkan kenapa harus merah dan putih". kata seniornya.

Selama latihan baris-berbaris pertanyaan yang dilontarkan seniornya tadi terus menghantui pikiran Sean, membuatnya tak kosentrasi sama sekali. Ia berusaha menerka-nerka jawaban atas satu pertanyaan yang sangat membingungkan.

Sepulang latihan paskibra, Sean berusaha mengobati rasa penasarannya dengan mencarinya di semua situs browser, tapi tak ada jawaban yang dapat mengobati rasa penasarannya. Semua jawaban sama dengan jawaban yang ia lontarkan tadi.

Menepis semua rasa malu dan segannya, Sean bertanya pada senior yang memberikan pertanyaan itu "Suatu saat kamu harus mengerti" senior itu hanya menambah rasa penasarannya hal itu membuat Sean sangat kesal.

Cita-citanya untuk ikut mengibarkan sang merah putih sudah ia dapatkan walaupun hanya dalam lingkup sekolah. Cita-cita baru muncul untuk ikut  mengibarkan merah putih di depan presiden memperingati hut RI.

Lama kelamaan rasa penasaran kenapa harus merah dan putih itu kian memuadar dengan seiringnya waktu. Sean tak lagi memikirkannya dan hanya fokus pada cita-cita barunya.

Hari ini celana yang duluh bewarna biru kini berubah menjadi abu-abu. Waktu terasa kian berlalu. Cita-cita Sean tetap sama untuk mengibarkan sang saka merah putih. Sekarang semua terasa seperti mimpi. Sean sekarang berada di jakarta untuk ikut mengibarkan merah putih di depan presiden RI, bukan hal mudah bagi Sean untuk sampai ke titik yang saat ini.

Pertanyaan lama kembali menghantui pikiran Sean, kenapa harus merah dan putih? Tak mau kehilangan kesempatan berharganyan. Sean mengumpulkan semua keberaniaan untuk bertanya kepada pelatihnya disini, yang kerap di panggil kak Dito. " Maaf kak, saya boleh bertanya" ucap Sean dengan sangat sopan

"Kamu mau bertanya apa?"
"Kenapa warna bendera kita merah putih" Kak Dito merangkul Sean, dan menunjuk ke arah bendera "Kamu bayangkan kamu adalah seorang pejuang apa yang kamu rasakan ketika melihat warna merah dan putih"

Sean tetap merasa bingung dengan semua itu.
Kak Dito menarik garis senyum di wajahnya "Merah itu adalah keberaniaan, merah itu darah, kain putih tergores tinta merah karna penghianatan para penjilat bangsa yang lebih berpihak kepada lawan sedangkan putih adalah harapan baru para pahlawan untuk para generasi baru, hati yang suci dan kesetian untuk membelah tanah air ini dalam keadaan apapun."

Mendengar semua penjelasan kak Dito, Sean tersenyum karena sekarang ia sudah lepas dari rasa penasarannya "Jangan terlalu difikirkan itu hanya sekedar perumpamaan, tetap fokus untuk tanggal 17 besok" kak Dito menepuk-nepuk pelan pundak Sean.
Sekarang Sean tau, kain yang berkibar di langit itu bukan sekedar kain dari benang, tapi kain itu adalah harga diri rakyat Indonesia untuk selalu setia kepada bangsa Indonesia.  (*Kiriman : Sara Ayusti)

*)Pelajar SMPN 2 Lintau Buo, Kab.Tanah Datar, Sumatera, Barat

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel