KTSP Disusun Berdasarkan Potensi Sekolah

KTSP disusun berdasarkan potensi sekolah – Sampai tahun pelajaran 2017/2018  ini masih ada sekolah yang menerapkan Kurikulum 2016 atau biasa disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Kurikulum 2013 (K-13 atau Kurtilas) sebagai penyempurna KTSP belum diterapkan seratus persen di setiap sekolah. Kurtilas diterapkan secara bertahap di sekolah sehingga pada tahun-tahun pelajaran berikutnya Kurtilas akan berlaku di semua sekolah.

KTSP atau Kurikulum 2006 akan tamat riwayatnya. Namun demikian artikel ini akan menyigi kembali nilai positif dalam KTSP. Kenapa disigi kembali? Kurikulum 2006 dinilai lebih mengadopsi potensi dan kondisi masing-masing sekolah. Sehingga sering dikatakan, KTSP lebih aplikabel karena disusun berdasarkan kondisi ril di sekolah bersangkutan.

Membaca potensi sekolah

Sekolah memiliki potensi berbeda satu sama lainnya. Oleh sebab itu isi dan penjabaran KTSP satu sekolah dengan sekolah lain juga akan berbeda. Potensi tersebut hanya diketahui persis oleh warga sekolah bersangkutan.

Perbedaan potensi sekolah dimaksud antara lain sumberdaya yang tersedia di sekolah, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, lingkungan alam dan sosial sekolah, dukungan dan partisipasi masyarakat dan lain sebagainya.

Potensi sarana dan prasarana juga demikian. Belum semua sekoalh yang memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Begitu pula potensi lingkungan sosial dan budaya, letak geografis dan dukungan masyarakat terhadap sekolah.

Meskipun guru sudah mendapat label sertifikasi namun potensi di lapangan akan tetap berbeda. Guru satu dengan yang lainnya tetap memiliki kemampuan berbeda dalam mengajar. Dengan demikian memang, warga sekolah bersangkutan yang dapat membaca bagaimana potensi sekolah tersebut.

Siapa saja warga sekolah yang dapat mengetahui potensi sekolah? Kepala sekolah, tenaga pendidik dan kependikan, siswa dan komite sekolah.

1.Kepala sekolah
Kepala sekolah sebagai pucuk pimpinan pasti sudah membaca dan memetakan segenap potensi tersebut. Kemudian menuangkannya dalam program pengembangan sekolah melalui program jangka pendek dan jangka panjang.

Berdasarkan hasil pemetaan potensi itulah kepala seklah mengoperasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di sekoalh.

2.Tenaga pendidik
Guru lebih berpeluang besar membaca potensi sekolah dengan cermat. Sarana dan prasarana di sekolah, kemampuan dan karakter siswa, lingkungan alam dan sosial sekolah menjadi landasan dalam menyusun program pemeblajaran dalam satu semester atau tahun pelajaran.
Guru tidak membuat kurikulum melainkan mengoperasionalkan kurikulum yang berlaku dalam pembelajaran. Operasional kurikulum tertuang dalam perangkat pembelajaran. Penyusunan perangkat kurikulum yang aplikabel disusun berdasarkan potensi dan kondisi nyata di sekolah. Ini dapat dilakukan guru apabila sudah membaca dan memetakan potensi sekolah.

Jika guru meniru model dan isi perangkat.guru sekolah lain akan kewalahan menerapkannya di lapangan. Sebab kondisi sekolah dari perangkat yang ditiru akan berbeda dengan sekolah guru bersangkutan. Atau paling tidak guru hanya sekadar membuat perangkat untukkeperluan administrasi pembelajaran.

3.Peserta didik
Peserta didik bernaung di bawah Osis dan mereka juga sudah bisa membaca dan memetakan bagaimana kondisi sekolah tempat mereka belajar. Dengan demikian mereka dapat menyusun program kerja Osis sesuai dengan potensi dan kondisi sekolah tersebut.

Mereka tidak akan menyusun program yang tidak mungkin dijalankan. Atau tidak akan meniru program Osis di sekolah lain jika potensi dan kondisi sekolah tidak memungkinkan untuk menjalankannya.

4.Komite sekolah
Komite sekolah adalah wadah berkumpulnya orangtua/wali peserta didik. Melalui komite sekolah mereka mendukung program kerja sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah itu. Komite sekolah menyusun program juga berdasarkan potensi dan kondisi ril di sekolah. Dengan demikian program komite sekolah akan berjalan lancar meskipun secara bertahap.


Kesimpulan

Meskipun KTSP akan berakhir riwayatnya dalam pendidikan Indonesia. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman emperis di lapangan, ternyata kurikulum ini cukup aplikabel untuk suatu sekolah. KTSP disusun dan dijalankan sesuai dengan potensi dan kondisi sekolah.***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel