KTSP Disusun Berdasarkan Potensi Sekolah
November 05, 2017
KTSP disusun berdasarkan potensi sekolah – Sampai
tahun pelajaran 2017/2018 ini masih ada
sekolah yang menerapkan Kurikulum 2016 atau biasa disebut Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP).
Kurikulum
2013 (K-13 atau Kurtilas) sebagai penyempurna KTSP belum diterapkan seratus
persen di setiap sekolah. Kurtilas diterapkan secara bertahap di sekolah
sehingga pada tahun-tahun pelajaran berikutnya Kurtilas akan berlaku di semua
sekolah.
KTSP atau Kurikulum 2006 akan tamat riwayatnya. Namun demikian artikel ini akan menyigi kembali nilai positif dalam KTSP. Kenapa disigi kembali? Kurikulum 2006 dinilai lebih
mengadopsi potensi dan kondisi masing-masing sekolah. Sehingga sering dikatakan,
KTSP lebih aplikabel karena disusun berdasarkan kondisi ril di sekolah
bersangkutan.
Membaca potensi sekolah
Sekolah
memiliki potensi berbeda satu sama lainnya. Oleh sebab itu isi dan penjabaran
KTSP satu sekolah dengan sekolah lain juga akan berbeda. Potensi tersebut hanya
diketahui persis oleh warga sekolah bersangkutan.
Perbedaan
potensi sekolah dimaksud antara lain sumberdaya yang tersedia di sekolah, tenaga
pendidik, tenaga kependidikan, lingkungan alam dan sosial sekolah, dukungan dan
partisipasi masyarakat dan lain sebagainya.
Potensi
sarana dan prasarana juga demikian. Belum semua sekoalh yang memiliki sarana
dan prasarana yang memadai. Begitu pula potensi lingkungan sosial dan budaya,
letak geografis dan dukungan masyarakat terhadap sekolah.
Meskipun
guru sudah mendapat label sertifikasi namun potensi di lapangan akan tetap
berbeda. Guru satu dengan yang lainnya tetap memiliki kemampuan berbeda dalam
mengajar. Dengan demikian memang, warga sekolah bersangkutan yang dapat membaca
bagaimana potensi sekolah tersebut.
Siapa
saja warga sekolah yang dapat mengetahui potensi sekolah? Kepala sekolah,
tenaga pendidik dan kependikan, siswa dan komite sekolah.
1.Kepala sekolah
Kepala
sekolah sebagai pucuk pimpinan pasti sudah membaca dan memetakan segenap
potensi tersebut. Kemudian menuangkannya dalam program pengembangan sekolah
melalui program jangka pendek dan jangka panjang.
Berdasarkan
hasil pemetaan potensi itulah kepala seklah mengoperasikan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan di sekoalh.
2.Tenaga pendidik
Guru
lebih berpeluang besar membaca potensi sekolah dengan cermat. Sarana dan
prasarana di sekolah, kemampuan dan karakter siswa, lingkungan alam dan sosial
sekolah menjadi landasan dalam menyusun program pemeblajaran dalam satu
semester atau tahun pelajaran.
Guru
tidak membuat kurikulum melainkan mengoperasionalkan kurikulum yang berlaku
dalam pembelajaran. Operasional kurikulum tertuang dalam perangkat
pembelajaran. Penyusunan perangkat kurikulum yang aplikabel disusun berdasarkan
potensi dan kondisi nyata di sekolah. Ini dapat dilakukan guru apabila sudah
membaca dan memetakan potensi sekolah.
Jika
guru meniru model dan isi perangkat.guru sekolah lain akan kewalahan
menerapkannya di lapangan. Sebab kondisi sekolah dari perangkat yang ditiru
akan berbeda dengan sekolah guru bersangkutan. Atau paling tidak guru hanya
sekadar membuat perangkat untukkeperluan administrasi pembelajaran.
3.Peserta didik
Peserta
didik bernaung di bawah Osis dan mereka juga sudah bisa membaca dan memetakan
bagaimana kondisi sekolah tempat mereka belajar. Dengan demikian mereka dapat
menyusun program kerja Osis sesuai dengan potensi dan kondisi sekolah tersebut.
Mereka
tidak akan menyusun program yang tidak mungkin dijalankan. Atau tidak akan
meniru program Osis di sekolah lain jika potensi dan kondisi sekolah tidak
memungkinkan untuk menjalankannya.
4.Komite sekolah
Komite
sekolah adalah wadah berkumpulnya orangtua/wali peserta didik. Melalui komite
sekolah mereka mendukung program kerja sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan
di sekolah itu. Komite sekolah menyusun program juga berdasarkan potensi dan
kondisi ril di sekolah. Dengan demikian program komite sekolah akan berjalan
lancar meskipun secara bertahap.
Kesimpulan
Meskipun
KTSP akan berakhir riwayatnya dalam pendidikan Indonesia. Berdasarkan
pengamatan dan pengalaman emperis di lapangan, ternyata kurikulum ini cukup
aplikabel untuk suatu sekolah. KTSP disusun dan dijalankan sesuai dengan
potensi dan kondisi sekolah.***