Negeri Di Balik Ilalang
November 21, 2017
Negeri di balik ilalang - Angin
bertiup begitu kencang membuat pohon melambai-lambai seakan-akan sedang menari
di sebuah pesta dansa. Di balik ilalang yang terus melambai-lambai, sesosok
makhluk kecil sedang berdiri menatap langit yang begitu cerah. Sayap kecilnya
juga ikut melambai-lambai mengikuti irama angin.
Padahal di hatinya sedangnya
berkecamuk berbagai pertanyaan, ia sebentar lagi akan dinobatkan menjadi
seorang ratu peri tapi ia tak mau menjadi seorang ratu, menurut peri kecil itu
menjadi ratu sangat menyebal berjam-jam ia harus duduk di singgah sana, dan
menyaksikan semuanya bekerja melayaninya.
Seseorang
datang menghampiri peri kecil itu, sekarang ia adalah putri Syelena dan
sebentar lagi ia akan menjadi ratu Syelena, ah...sangat menyebalkan. Itu tangan
kanan ibunya alias Penasehat ratu yang sok tau.
"Sudah
saatnya untuk penobatanmu, tuan putri" Ucap peri penasehat itu. Kadang-kadang Syelena merasa kesal padanya tapi terkadang juga merasa hiba. Peri itu tak dapat terbang selayaknya peri kebanyakan. Sayap sebelah kanannya
robek sejak lahir, untang saja otaknya cerdas, mungkin kalau tidak ia akan
menjadi sampah masyarakat peri.
Ratu
Ezel alias ibunya, memberikan mahkota dan jubah turun-temurun kerajaan peri
dengan disaksikan semua penduduk peri "Negeri di balik ilalang" dan
beberapa peri dari kerajaan lain.
Syelena
membayangkan kehidupannya yang akan datang. Kehidupan yang akan sangat
membosankan. Syelena berharap seseorang dapat menculiknya dari tempat ini, tapi
tak ada yang berani menculik ratu baru negeri mereka.
Dan
benar saja, semua yang di bayangkan Syelena. Ups sorry !! maksudnya Ratu Syelena
benar-benar terjadi duduk berjam-jam di singgah sana. Namanya saja sang ratu
tapi yang ngatur tetap peri Ezel dan si penasehatnya. Apa gunanya mahkota dan
jubah ini, hanya menambah beban di badan saja?
Peri
Ezel merasakan semua kekesalan anaknya hanya dengan melihat bola mata anaknya
itu, sejak saat itu peri Ezel mulai mundur dari kehidupan anaknya
perlahan-lahan, sementara penasehat Ratu itu hanya tinggal nama sebagai
penasehat ratu. Ratu Syelena tak pernah mendengarkannya sama sekali.
Sudah
lebih dari satu bulan Syelena menjabat sebagai seorang ratu. Tak ada masalah
serius yang muncul. Semua hari-harinya tetap sama membosankannya. Tapi
akhir-akhir ini ratu Syelena mulai bertindak sesuka hatinya.
Hingga suatu saat
masalah baru muncul, tak ada lagi yang mau mendengarkan Ratu kecil itu dan tak
ada lagi pelayan yang mau melayaninya jangankan melayani yang menatapnya pun
tak ada. Ia merasa tak dianggap di kerajaannya sendiri
Matahari
sore memancarkan sinar jingganya, ratu Syelena ingin sekali menemui sang
penasehatnya, tapi gengsinya untuk bertanya terlalu tinggi. Syelena memilih
untuk diam, jika semua peri bisa diam lalu kenapa ia tidak.
Waktu
terus berjalan kini Syelena tak lagi bisa bungkam dalam kebingungannya di
perlakukan sebagai orang asing di istananya, semua keberaniaan ia kumpulkan dan
menepis semua rasa gengsinya untuk bertanya, mematahkan prinsip hidupnya untuk
apa jadi ratu jika diatur-atur oleh bawahannya.
Sebelum
bertanya kepada penasehat ratu, ratu junior itu lebih memilih untuk bertanya
kepada ibunya. "Cobalah untuk bertanya kepada penasehatmu" sungguh
jawaban yang tidak diharapkan oleh ratu Syelena "dia itu bawahanku, aku
tidak mau diatur-atur oleh siapapun apalagi dia bawahanku" ujar ratu
Syelena dengan menekankan nadanya pada kata bawahan.
"Bayangkan jika kamu
ada di medan perang, apakah kamu sanggup untuk berperang sendiri tanpa bantuan
prajuritmu, sudah pasti kamu kalah, lebih baik jangan pernah melangkah jika
hanya untuk menyumbangkan nyawamu" kata-kata ibunya membuat ratu junior
itu berfikir untuk menurunkan egonya agar negri di balik ilalang ini selalu
aman dan damai.
Sayap
kecil peri itu, mengangkat kakinya dari atas pijakannya pergi untuk menemui sang
penasehat, bingung apa yang harus ia katakan pada sang penasehat.
"Maaf,
selama ini saya tidak mau mendengarkanmu, tapi untuk kali ini tolong saya"
Ini kalimat pertama syelena yang menggunakan kata tolong
"Apa yang dapat
saya bantu?" tanya penasehat itu polos "apa yang harus saya lakukan,
agar rakyat negeri di balik ilalang mau mendengar saya kembali dan menghormati
saya sebagai ratunya"
"Itu hal yang sangat mudah, jika ratu ikhlas
melakukannya" terukir senyum di wajah peri cacat itu "Hilangkan semua
sikap sombong dan angkuh ratu"
Untuk sesaat ratu Syelena diam dan
kemudiaan mengiakan semua kata penasehatnya itu.
Dan
benar saja semuanya kembali normal, kini hari-hari ratu junior itu mulai
menyenangkan, satu hal yang dapat di pelajari oleh ratu Syelena belajarlah
untuk mendengarkan untuk dapat di dengarkan oleh peri lainnya walaupun peri itu
bawahan sekalipun. Dua lebih baik dari pada satu. (*Kiriman : Sara Ayusti)
Simak juga : Karenamu Ayah, Aku Jadi Sarjana
*)Sara
Ayusti, Pelajar SMPN 2 Lintau Buo, Kab.
Tanah Datar, Sumbar