Negeri Di Balik Ilalang

Negeri di balik ilalang - Angin bertiup begitu kencang membuat pohon melambai-lambai seakan-akan sedang menari di sebuah pesta dansa. Di balik ilalang yang terus melambai-lambai, sesosok makhluk kecil sedang berdiri menatap langit yang begitu cerah. Sayap kecilnya juga ikut melambai-lambai mengikuti irama angin. 

Padahal di hatinya sedangnya berkecamuk berbagai pertanyaan, ia sebentar lagi akan dinobatkan menjadi seorang ratu peri tapi ia tak mau menjadi seorang ratu, menurut peri kecil itu menjadi ratu sangat menyebal berjam-jam ia harus duduk di singgah sana, dan menyaksikan semuanya bekerja melayaninya.

Seseorang datang menghampiri peri kecil itu, sekarang ia adalah putri Syelena dan sebentar lagi ia akan menjadi ratu Syelena, ah...sangat menyebalkan. Itu tangan kanan ibunya alias Penasehat ratu yang sok tau.

"Sudah saatnya untuk penobatanmu, tuan putri" Ucap peri penasehat itu. Kadang-kadang Syelena merasa kesal padanya tapi terkadang juga merasa hiba. Peri itu tak dapat terbang selayaknya peri kebanyakan. Sayap sebelah kanannya robek sejak lahir, untang saja otaknya cerdas, mungkin kalau tidak ia akan menjadi sampah masyarakat peri.

Ratu Ezel alias ibunya, memberikan mahkota dan jubah turun-temurun kerajaan peri dengan disaksikan semua penduduk peri "Negeri di balik ilalang" dan beberapa peri dari kerajaan lain.

Syelena membayangkan kehidupannya yang akan datang. Kehidupan yang akan sangat membosankan. Syelena berharap seseorang dapat menculiknya dari tempat ini, tapi tak ada yang berani menculik ratu baru negeri mereka.

Dan benar saja, semua yang di bayangkan Syelena. Ups sorry !! maksudnya Ratu Syelena benar-benar terjadi duduk berjam-jam di singgah sana. Namanya saja sang ratu tapi yang ngatur tetap peri Ezel dan si penasehatnya. Apa gunanya mahkota dan jubah ini, hanya menambah beban di badan saja?

Peri Ezel merasakan semua kekesalan anaknya hanya dengan melihat bola mata anaknya itu, sejak saat itu peri Ezel mulai mundur dari kehidupan anaknya perlahan-lahan, sementara penasehat Ratu itu hanya tinggal nama sebagai penasehat ratu.  Ratu Syelena tak pernah mendengarkannya sama sekali.

Sudah lebih dari satu bulan Syelena menjabat sebagai seorang ratu. Tak ada masalah serius yang muncul. Semua hari-harinya tetap sama membosankannya. Tapi akhir-akhir ini ratu Syelena mulai bertindak sesuka hatinya. 

Hingga suatu saat masalah baru muncul, tak ada lagi yang mau mendengarkan Ratu kecil itu dan tak ada lagi pelayan yang mau melayaninya jangankan melayani yang menatapnya pun tak ada. Ia merasa tak dianggap di kerajaannya sendiri

Matahari sore memancarkan sinar jingganya, ratu Syelena ingin sekali menemui sang penasehatnya, tapi gengsinya untuk bertanya terlalu tinggi. Syelena memilih untuk diam, jika semua peri bisa diam lalu kenapa ia tidak. 

Waktu terus berjalan kini Syelena tak lagi bisa bungkam dalam kebingungannya di perlakukan sebagai orang asing di istananya, semua keberaniaan ia kumpulkan dan menepis semua rasa gengsinya untuk bertanya, mematahkan prinsip hidupnya untuk apa jadi ratu jika diatur-atur oleh bawahannya. 

Sebelum bertanya kepada penasehat ratu, ratu junior itu lebih memilih untuk bertanya kepada ibunya. "Cobalah untuk bertanya kepada penasehatmu" sungguh jawaban yang tidak diharapkan oleh ratu Syelena "dia itu bawahanku, aku tidak mau diatur-atur oleh siapapun apalagi dia bawahanku" ujar ratu Syelena dengan menekankan nadanya pada kata bawahan. 

"Bayangkan jika kamu ada di medan perang, apakah kamu sanggup untuk berperang sendiri tanpa bantuan prajuritmu, sudah pasti kamu kalah, lebih baik jangan pernah melangkah jika hanya untuk menyumbangkan nyawamu" kata-kata ibunya membuat ratu junior itu berfikir untuk menurunkan egonya agar negri di balik ilalang ini selalu aman dan damai.

Sayap kecil peri itu, mengangkat kakinya dari atas pijakannya pergi untuk menemui sang penasehat, bingung apa yang harus ia katakan pada sang penasehat. 

"Maaf, selama ini saya tidak mau mendengarkanmu, tapi untuk kali ini tolong saya" Ini kalimat pertama syelena yang menggunakan kata tolong 

"Apa yang dapat saya bantu?" tanya penasehat itu polos "apa yang harus saya lakukan, agar rakyat negeri di balik ilalang mau mendengar saya kembali dan menghormati saya sebagai ratunya" 

"Itu hal yang sangat mudah, jika ratu ikhlas melakukannya" terukir senyum di wajah peri cacat itu  "Hilangkan semua sikap sombong dan angkuh ratu" 

Untuk sesaat ratu Syelena diam dan kemudiaan mengiakan semua kata penasehatnya itu.

Dan benar saja semuanya kembali normal, kini hari-hari ratu junior itu mulai menyenangkan, satu hal yang dapat di pelajari oleh ratu Syelena belajarlah untuk mendengarkan untuk dapat di dengarkan oleh peri lainnya walaupun peri itu bawahan sekalipun. Dua lebih baik dari pada satu. (*Kiriman : Sara Ayusti)
Simak juga : Karenamu Ayah, Aku Jadi Sarjana
*)Sara Ayusti, Pelajar SMPN 2 Lintau Buo, Kab. Tanah Datar, Sumbar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel