Negeri Ini Subur untuk Ditanami Tanaman

Negeri ini subur untuk ditanami tanaman – Ya, tak salah lagi. Negeri ini ditakdirkan dalam kondisi tanah yang subur. Jika tanahnya subur berarti rakyatnya akan makmur. Jika tidak demikian adanya, berarti ada yang tidak beres dengan anak penghuni negeri ini dalam memanfaatkan kesuburan tanah.

Negeri ini memang subur. Apa yang ditanam pasti tumbuh. Tongkat ditanam bisa jadi tanaman.

Salah satunya batang singkong. Stek batang singkong akan tumbuh dengan subur dan berumbi.

Ubi kayu alias singkong alias ketela pohon paling tidak untuk direbus. Bosan makan singkong rebus, bisa diolah menjadi singkong goreng, tape singkong, lepat singkong dan sebagainya.

Tape singkong diolah lagi menjadi goreng tape singkong.

Jika anda berdomisili di daerah pedesaan, tentu akan melihat sawah atau ladang dan hutan.

Coba jalan-jalan ke kebun atau ladang di sekitar anda. Apa yang anda lihat?

Cabe rawit dapat tumbuh dengan subur. Kalau panen dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan dapat pula dijual ke pasar.

Ddapat dibayangkan, anda akan mendapat uang cukup lumayan. Berapa cabe rawit 1 kg? Hampir menyamai cabe merah keriting.

Pisang juga tumbuh dengan subur, tanpa perawatan malah. Banyak jenis pisang, mulai dari pisang timbatu sampai pisang…yang namanya disesuaikan dengan nama di daerah anda.

Tentu masih banyak buah dan sayur lain dapat ditanam di kebun atau ladang.

Jika anda tak punya lahan, dalam kantung plastik (polybag) pun bisa ditanam aneka bunga atau buah yang bisa mendatangkan uang.

Pokoknya, negeri ini memang ditakdirkan bertanah subur dan dapat ditanam aneka tanaman yang bernilai ekonomi. Ini akan berujung pada kesejahteraan.

Anak sekolah jangan gengsi

Tulisan yang anda baca ini adalah coretan inspirasi dari seorang anak petani di desa.

Tidak merasa minder atau gengsi ketika harus menjual sayur, buah dan hasil kebun lainnya pada tetangga atau warga kampung di sekitar bahkan di pasar.

Sebelum berangkat sekolah, harus jual sayur bayam atau buah pisang dulu di kampung agar bisa dapat uang untuk jajan di sekolah.

Atau jual telur ayam dulu untuk ongkos ke sekolah, beli peralatan sekolah seperti tas, buku dan lain sebagainya.

Tapi itu zaman dulu. Zaman sekarang, apa masih ada terlihat anak sekolah yang jualan dulu baru sekolah? Amat langka. Paling-paling cuma ada di sinetron televisi.

Apanya yang salah? Apakah proses pendidikan di sekolah, yang telah gagal ‘membawa’ anak menoleh ke arah lebih dekat untuk memanfaatkan kekayaan alam di sekitar?

Atau orangtua tidak berhasil mengajak anak untuk memanfaatkan tanah yang subur ditanami tanaman yang menghasilkan uang?

Apakah karena zaman sudah maju canggih? Zaman tidak dapat dijadikan patokan karena kita tidak hidup karena zaman. Kita hidup justru karena memanfaatkankemajuan dan kecanggihan zaman tersebut.

Justru anak sekolah zaman sekarang, khususnya yang tinggal di pedesaan, sebenarnya tak perlu lagi kesulitan uang jajan. Atau tidak harus minta uang jajan sama orangtua.

Tentu ada syaratnya! Apa itu?

Pertama, biasakan menanam tanaman sayur atau buah di lahan yang masih kosong atau di kebun milik orangtua.

Jika tidak punya lahan, gunakan media polybag untuk bertanam sayur dan buah.

Kedua, jangan gengsi. Buah jauh-jauh rasa gengsi untuk kreatif  jual sayur atau buah-buahan ke rumah tetangga di sekitar kampung, atau ke pasar sekali pun.

Dua syarat ini perlu ditanamkan sejak dini untuk menumbuhkan kemandirian anak dalam menjalani hidup dan kehidupan.

Jika mereka terjun ke tengah masyarakat kelak, anak akan etrbiasa mandiri dalam mengatasi masalah kehidupannya.

Negeri ini bertanah subur. Mari kita manfaatkan kesuburan tanah di negeri ini dengan menanamnya dengan tanaman produktif dan bernilai ekonomi.***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel