Negeri Ini Subur untuk Ditanami Tanaman
November 29, 2017
Negeri ini subur untuk ditanami tanaman –
Ya, tak salah lagi. Negeri ini ditakdirkan dalam kondisi tanah yang subur. Jika
tanahnya subur berarti rakyatnya akan makmur. Jika tidak demikian adanya,
berarti ada yang tidak beres dengan anak penghuni negeri ini dalam memanfaatkan
kesuburan tanah.
Negeri
ini memang subur. Apa yang ditanam pasti tumbuh. Tongkat ditanam bisa jadi
tanaman.
Salah satunya batang singkong. Stek batang singkong akan tumbuh dengan
subur dan berumbi.
Ubi
kayu alias singkong alias ketela pohon paling tidak untuk direbus. Bosan makan
singkong rebus, bisa diolah menjadi singkong goreng, tape singkong, lepat
singkong dan sebagainya.
Tape singkong diolah lagi menjadi goreng tape
singkong.
Jika
anda berdomisili di daerah pedesaan, tentu akan melihat sawah atau ladang dan
hutan.
Coba jalan-jalan ke kebun atau ladang di sekitar anda. Apa yang anda
lihat?
Cabe rawit dapat tumbuh dengan subur. Kalau panen dapat memenuhi kebutuhan keluarga
dan dapat pula dijual ke pasar.
Ddapat dibayangkan, anda akan mendapat uang
cukup lumayan. Berapa cabe rawit 1 kg? Hampir menyamai cabe merah keriting.
Pisang
juga tumbuh dengan subur, tanpa perawatan malah. Banyak jenis pisang, mulai
dari pisang timbatu sampai pisang…yang namanya disesuaikan dengan nama di
daerah anda.
Tentu masih banyak buah dan sayur lain dapat ditanam di kebun atau
ladang.
Jika
anda tak punya lahan, dalam kantung plastik (polybag) pun bisa ditanam aneka bunga atau buah yang bisa
mendatangkan uang.
Pokoknya, negeri ini memang ditakdirkan bertanah subur dan
dapat ditanam aneka tanaman yang bernilai ekonomi. Ini akan berujung pada
kesejahteraan.
Anak sekolah jangan gengsi
Tulisan
yang anda baca ini adalah coretan inspirasi dari seorang anak petani di desa.
Tidak merasa minder atau gengsi ketika harus menjual sayur, buah dan hasil
kebun lainnya pada tetangga atau warga kampung di sekitar bahkan di pasar.
Sebelum
berangkat sekolah, harus jual sayur bayam atau buah pisang dulu di kampung agar
bisa dapat uang untuk jajan di sekolah.
Atau jual telur ayam dulu untuk ongkos
ke sekolah, beli peralatan sekolah seperti tas, buku dan lain sebagainya.
Tapi
itu zaman dulu. Zaman sekarang, apa masih ada terlihat anak sekolah yang jualan
dulu baru sekolah? Amat langka. Paling-paling cuma ada di sinetron televisi.
Apanya
yang salah? Apakah proses pendidikan di sekolah, yang telah gagal ‘membawa’
anak menoleh ke arah lebih dekat untuk memanfaatkan kekayaan alam di sekitar?
Atau
orangtua tidak berhasil mengajak anak untuk memanfaatkan tanah yang subur
ditanami tanaman yang menghasilkan uang?
Apakah
karena zaman sudah maju canggih? Zaman tidak dapat dijadikan patokan karena
kita tidak hidup karena zaman. Kita hidup justru karena memanfaatkankemajuan
dan kecanggihan zaman tersebut.
Justru
anak sekolah zaman sekarang, khususnya yang tinggal di pedesaan, sebenarnya tak
perlu lagi kesulitan uang jajan. Atau tidak harus minta uang jajan sama
orangtua.
Tentu ada syaratnya! Apa itu?
Pertama,
biasakan menanam tanaman sayur atau buah di lahan yang masih kosong atau di
kebun milik orangtua.
Jika tidak punya lahan, gunakan media polybag untuk
bertanam sayur dan buah.
Kedua,
jangan gengsi. Buah jauh-jauh rasa gengsi untuk kreatif jual sayur atau buah-buahan ke rumah tetangga
di sekitar kampung, atau ke pasar sekali pun.
Dua
syarat ini perlu ditanamkan sejak dini untuk menumbuhkan kemandirian anak dalam
menjalani hidup dan kehidupan.
Jika mereka terjun ke tengah masyarakat kelak,
anak akan etrbiasa mandiri dalam mengatasi masalah kehidupannya.
Negeri
ini bertanah subur. Mari kita manfaatkan kesuburan tanah di negeri ini dengan
menanamnya dengan tanaman produktif dan bernilai ekonomi.***