Akhir dari Sebuah Kisah
Desember 06, 2017
Akhir dari sebuah
kisah
- Langit menumpahkan semua amarahnya. Ditambah lagi dengan badai dan petir
yang saling sahut-menyahut. Membuat suasana malas di hati seorang remaja 17
tahun, yang hidup jauh dari keluarga dan kampung halamannya itu, lebih memilih
untuk tidur dan memegang erat selimutnya, memilih untuk absen dari sekolah dan
sholat subuh.
Seseorang yang jauh di sebelah lautan sana, tau dengan rencana
bolos yang akan di lakukan Azirah. Kotak
ajaib lima inci yang diletakan di atas meja belajar seketika berdering. Itu
telepon dari mamanya yang tinggal di pulau sumatra.
Sementara Azirah menuntut
ilmu di pulau jawa. Hidup sebagai anak kos membuat Azirah bebas melakukan
apapun yang ia mau, tanpa semua larangan orangtuanya.
Seperti biasa, mama akan mengingatkan untuk sholat subuh dan siap-siap
untuk pergi sekolah. Tapi untuk kali ini saja Azirah hanya mengiakan saja.
Rencananya untuk bolos akan tetap berlanjut,
"maaf mama" ucap Azirah pelan sambil terus melanjutkan tidur dan
mimpih indahnya.
Tanpa sengaja ataupun tanpa sepengetahuannya Azirah telah
melepaskan semua mimpinya untuk menjadi seorang sutradara handal dan terkenal.
Hanya itu satu-satunya tujuan Remaja dengan nama lengkap Azirah Latifa itu
untuk memilih sekolah yang jauh dari keluarga dan kampung halamannya. Dan
sebentar lagi akan sia-sia jika Azirah terus melanjutkan aksi bolosnya.
Layaknya n*rk*ba yang menimbulkan kecanduan, begitu juga halnya
bolos sekolah, juga menimbulkan kecanduan bagi Azirah. Karena keseringan bolos,
sekarang Azirah lebih sulit untuk menerima pelajaran. Berawal dari sekedar rasa
malas yang begitu menyelimuti dan sekarang menjadi seorang brandal di sekolahnya.
Kini semua kata-kata orangtuanya tak lagi di dengarkannya. Dengan
sangat mudah sekarang Azirah menghindar dari semua kewajibannya dan menginkari
janjinya.
Ketika melanggar janjinya kepada mamanya Azirah selalu berkata,
"Maaf mama besok aku janji nggak bakalan ngulanginnya lagi" dan
berakhir dengan senyuman, dan jika meninggalkan sholatnya Azirah selalu berkata
"Maaf tuhan, aku janji besok aku bakalan sholat" dan juga tersenyum
di akhir kata-katanya. Tapi satu kalipun Azirah tak pernah menepati janjinya.
Segala upaya telah di lakukan oleh pihak sekolah untuk
mengembalikan Azirah yang dulu, tapi setiap kali pihak sekolah memanggil orangtuanya,
Azirah selalu punya cara untuk menggagalkannya.
Semuanya terbukti benar, kegagalan sekarang sudah di depan mata.
Hasil ujian akhir Azirah adalah gagal, alias tidak naik kelas, padahal biasanya
Azirah selalu berada di peringkat 10 besar.
Raut wajah kecewa tergambar jelas di wajah oval milik Azirah. Tapi
bukan raut wajah menyesal atas semua kesalahannya, atau wajah mau bertaubat.
Baru saja Azirah menyeka air matanya, tak lama kemudian hendphonenya berdering.
Itu telepon dari mama, telepon yang sangat ia takutkan.
"Assalamua'laikan, sayang" ucap mama dengan nada
semangat
"Wa..wa..walaikum salam, ma" ucap Azirah dengan nada
terbata-bata
"Gimana rapornya, anak mama pasti masuk 10 besar lagi"
kata-kata mama memberi tekanan yang begitu besar dan langsung menusuk di
jantung Azirah.
Sambil meneteskan air matanya Azirah mengangguk dan berkata
"Iya"
"Wah.....berarti besok libur dong, udah bisa pulang nih
anak mama?"
Azirah tak mau mamanya tau dengan semuanya.
"Ma...ma aja yang kesini, tahun ini mama udah jarang main
ke jakarta, liat-liat kota Jakarta" Sebuah rencana besar terlintas di
benak Azirah, rencana yang akan memberikan perubahan yang sangat besar.
Baru saja Azirah menerima telepon dari mamanya, yang akan sampai
ke Jakarta besok pagi, Azirah langsung mangambil secarik kertas dan pulpen dari
dalam tasnya, Azirah menulis surat surat kecil akhir dari kisah hidupnya.
Surat yang pertama untuk ibu kosnya karena pasti akan
menimbulkan kekacauan dan yang kedua untuk mamanya karena telah mengecewakan
dan mengucapkan rasa sayang dan ucapan trimakasih atas semuanya dan yang
terakhir untuk tuhan karna selama beberapa bulan belakangan ini, Azirah tak
pernah melakukan ibadah sholat, apalagi ibadah sunah seperti puasa sunat.
Entah apa yang ada di benak remaja 17 tahun itu, pemikirannya
terlalu pendek dengan bermodalkan p*s*u yang biasa Azirah gunakan untuk
mengupas buah dan sekarang menjadi bukti terakhir bahwa dia perja hidup.
D*r*h membasahi tubuh Azirah yang tergeletak tak bernyawa di
lantai. Ketika pertama kali melihat itu semua membuat kaki orangtua Azirah tak
lagi berasa menginjak tanah. Busur panah seakan-akan terus menusuknya
bertubi-tubi, tak percaya akan itu semua ia terus meyakinkan dirinya kalau itu
memang putrinya, fakta tak akan perna menjadi opini, fakta tetaplah fakta
Simak juga : Kisah Masa Lalu Sang Kakek Pejuang
Selama proses penyelidikan yang di lakukan polisi, polisi
menemukan surat yang ditulis Azirah dan juga rapornya yang sangat jelas
tertulis bahwa Azira tidak naik kelas. Rasa menyesal menyelimuti orangtuanya
karena telah memberikan tekanan untuk Azirah, sehingga membuat remaja itu putus
asa dan b*n*h diri. (*Kiriman : Sara
Ayusti)