Duka Nestapa Seorang Okla
Desember 26, 2017
Duka
nestapa seorang okla - Menutup bukunya, meletakan selembar foto
tepat di dalam buku yang ia tulis tadi, sebagai batas halaman baru. Malam ini
rasanya matanya sulit sekali untuk terpejam, rasa rindunya terus membuat
otaknya bekerja cukup keras memikirkan pekerjaan langit yang terus
mempermainkan hidupnya
Terlihat rembulan yang bercahaya terang di balik kaca berbentuk
persegi panjang. Cahayanya pas menerpa jendela kamarnya.
Senyum terukir indah di raut wajah oval itu. Ketika membayangkan
dirinya bersama sang rembulanya dan sang sang mentari. Berlari bersama mengejar
mimpi sang ibu yang menjelma sebagai sang rembulan seraya berkata, "Nak,
tak ada mimpi yang terlalu tinggi, dan tak ada mimpi menjadi nyata tanpa usaha,
hasil tak akan pernah menghianati usaha mu, nak."
Lalu sang ayah yang menjelma sebagai sang mentari dalam mimpi
itu, datang mendekat merangkulku, "Tuhan, ciptakan manusia dan manusia
ciptakan mimpi, teruslah bermimpi, jika engkau sudah bermimpi berarti engkau
sudah menciptakan dan langkah adalah membuatnya menjadi nyata, jika di ibarat
kan sebuah lukisan berikan warna untuk lulisanmu"
Setelah itu sang bulan mulai bergerak menjauh dariku dan
matahari memberikan jarak terhadap mereka. Matahari pun ikut menjauh
meninggalkan aku sendiri.
Air mengalir pelan membasahi kulitnya, membasahi lantai
dibawahnya. Tangannya menggapai boneka beruang bewarna pink yan terletak di
atas tempat tidurnya dengan pita kuning di lehernya. Membawa boneka itu kedalam
pelukannya, air juga membasahi boneka itu, membuat bulu lembut boneka itu
menjadi basah.
Terlahir dari keluarga ilmuan bukan pilihannya dan harus bekerja
bertahun-tahun di negeri orang itulah pilihan yang harus ditempuhnya dan dia
harus menjalani kehidupan yang kesepian tanpa ada dia disisinya, sang bulan dan
mentariku.
Hanya ada dari serpihan sampah luar angkasa yang menjelma
sebagai sang bintang yang membuat hidupnya sedikit bermakana dan memiliki sebab
akibat dia hidup menjadi makna dalam hidupnya.
Namanya Coklat Kimerlin, biasa di panggil Okla, nama yang sangat
manis tapi sangat menyebalkan bagi seorang Okla. Tak ada yang sudi namanya dibagi
dengan merek sebuah produk yang menyebalkan.
***
Merindukan kedatangan ibunya, hanya itu yang dilakukan Okla. Menjalani
hari-hari yang panjang seorang diri. Hidupnya yang sekarang adalah sisi tumpul
di balik sisi tajam sebuah anak panah. Hidup dengan harta yang berlimpah namun
tak memberikan kebahagiaan yang begitu berarti baginya. Hanya ada kertas yang
bertumpuk di dalam hidup Okla.
Hal itu membuat hati nurani seorang ibu bicara. Walaupun dia
bukan siapa-siapa dalam hidup gadis remaja itu, ia sadar posisinya di rumah ini
hanya sekedar pembantu yang di gaji setiap bulannya.
Tapi ketika hati seorang ibu bicara, pembantu itu merasa bekerja
tak mengharap upah ketika melihatnya duduk berjam-jam dengan telpon di
tangannya mengharpakan seseorang menelponnya menanyakan kabarnya hari ini.
Ingin sekali rasanya pembantu itu menghentikan semua tindakan
konyol itu. Tapi ia sadar posisinya disini bukan siapa-siapa.
Waktu terus berlalu, hubungan darah tak menjamin bahwa hubungan
itu adalah hubungan yang kokoh. Selayaknya seorang ibu menyayangi anaknya
itulah yang dilakukan pembantu itu terhadap majikannya.
Waktu terus mendekatkan mereka, Okla merasa pengasuhnya itu
lebih dari seseorang yang di gaji untuk mengurusinya. Sekarang Okla menganggap
orang yang mengasuhnya itu adalah orang yang berarti dalam hidupnya. Tapi masih
dengan harapan agar orang tuanya datang dan memeluknya.
Meski rinduku
Menggebu tak terperi
Langit tak akan bisa kembalikan hadirmu di hatiku.
Rasa rindu ku
Sudah habis terbakar amarah
Kayu telah menjadi arang
Dan arang telah menjadi abu
Semuanya telah menjadi kenangan
Hidup dalam sejarah
Dan musnah dari kerinduan.
Dalam hitungan detik E-mail itu sampai di seberang. Berharap
dengan puisi itu ibunya bisa mengerti isi hatinya dan segera pulang memeluknya
dalam dekapan hangat.
Waktu terus membuat Okla dekat dengan pengasuhnya, tak terasa
sekarang Okla bukan lagi seorang pelajar atau mahasiswa yang terus butuh
pasokan uang dari orang tuanya.
Waktu telah mengubahnya, bukan hanya mengubah hati, tapi juga
mengubah fisik, rambut yang dulu hitam kini telah menjadi putih. Sekarang
bukanlah waktu untuk terus berharap tapi sekarang adalah waktu untuk berjuang.
Sekarang Okla adalah orang penting di salah satu perusahaan
ternama di Jakarta. Okla berjanji dalam hatinya untuk satu kalipun ia tak akan
pernah keluar dari negara Indonesia. Okla memperlakukan pengasuhnya seperti
ibunya sendiri, sekarang Okla tak lagi membiarkannya bekerja, dia sudah punya
asisten rumah tangga baru. Sekarang hidup wanita tua sudah sangat menyenangkan,
tak akan pernah terbayang dalam hidupnya.
Kini kehadirannya bukan lagi keinginan Okla. Mereka datang di
saat yang tidak tepat. Disaat hati sudah hancur terbakar amarah, di saat
seperti itulah orangtua Okla datang.
Entah kenapa Okla merasa asing dengan kedua orang itu. Dulu, hampir
setiap malam Okla menangisi orang itu. Dan sekarang mereka hanya seperti
saudara jauh.
"Kla,... Kamu mau kemana?" tanya sang ibu yang melihat
Okla berpenampilan rapi.
"Mau kerja" jawab Okla singkat dan terus berlalu
begitu saja
"Tapi sekarang hari minggu, kamu tidak mau menemani ibu
jalan-jalan" ucap sang ibu dengan nada merayu
“Okla harus kerja, ada target yang harus Okla capai"
"Non bibi, numpang ya sampai kepasar" ucap orang yang
dari dapur berpakaian sangat sederhana
"Ayo bi, biar Okla temenin belanjanya" terlihat
keakraban antara mereka.
Entah kenapa hatinya seperti ingin menangis ketika ia tak di
hiraukan oleh putrinya sendiri. Hatinya seperti tertusuk panah yang yang
teramat tajam.
***
Ketika matahari menyelesaikan tugasnya OKla memarkirkan mobilnya
di depan rumah. Sang ibu langsung menghampiri
"Nak kenapa kamu seperti tidak suka kepada ibu, ibu seperti
orang asing di rumah ini"
"Dulu waktu Okla butuh ibu, ibu kemana? setiap malam Okla
selalu menangis menunggu ibu datang, Okla selalu berharap ibu akan pulang dan
sekarang semuanya telah hancur, harusnya ibu datang 10 tahun yang lalu bukannya
sekarang. Sekarang Okla tau ibu kerja keluar negeri bukannya tak ada pekerjaan
di sini, tapi karena di sana gajinya lebih tinggi" Okla mengeluarkan semua
isi hatinya yang selama ini ia sembunyikan.
Sekuat Okla berusaha menyayanginya, sekuat pula air mata dan
benci menghampiri. Sesal seakan-akan ingin sekali memb+n*h tubuh tuanya. Berjuta
surat telah dikirim Okla tapi satu kalipun tak pernah di balasnya, karena hanya
sekedar alasan capek.
Simak juga : Takdir Menggerus Rindu
Sekarang ia sadar semua hidup tak melulu masalah uang tapi juga
masalah kasih sayang. (*Kiriman : Sara
Ayusti)