Duka Nestapa Seorang Okla

Duka nestapa seorang okla - Menutup bukunya, meletakan selembar foto tepat di dalam buku yang ia tulis tadi, sebagai batas halaman baru. Malam ini rasanya matanya sulit sekali untuk terpejam, rasa rindunya terus membuat otaknya bekerja cukup keras memikirkan pekerjaan langit yang terus mempermainkan hidupnya

Terlihat rembulan yang bercahaya terang di balik kaca berbentuk persegi panjang. Cahayanya pas menerpa jendela kamarnya.

Senyum terukir indah di raut wajah oval itu. Ketika membayangkan dirinya bersama sang rembulanya dan sang sang mentari. Berlari bersama mengejar mimpi sang ibu yang menjelma sebagai sang rembulan seraya berkata, "Nak, tak ada mimpi yang terlalu tinggi, dan tak ada mimpi menjadi nyata tanpa usaha, hasil tak akan pernah menghianati usaha mu, nak."

Lalu sang ayah yang menjelma sebagai sang mentari dalam mimpi itu, datang mendekat merangkulku, "Tuhan, ciptakan manusia dan manusia ciptakan mimpi, teruslah bermimpi, jika engkau sudah bermimpi berarti engkau sudah menciptakan dan langkah adalah membuatnya menjadi nyata, jika di ibarat kan sebuah lukisan berikan warna untuk lulisanmu"

Setelah itu sang bulan mulai bergerak menjauh dariku dan matahari memberikan jarak terhadap mereka. Matahari pun ikut menjauh meninggalkan aku sendiri.

Air mengalir pelan membasahi kulitnya, membasahi lantai dibawahnya. Tangannya menggapai boneka beruang bewarna pink yan terletak di atas tempat tidurnya dengan pita kuning di lehernya. Membawa boneka itu kedalam pelukannya, air juga membasahi boneka itu, membuat bulu lembut boneka itu menjadi basah.

Terlahir dari keluarga ilmuan bukan pilihannya dan harus bekerja bertahun-tahun di negeri orang itulah pilihan yang harus ditempuhnya dan dia harus menjalani kehidupan yang kesepian tanpa ada dia disisinya, sang bulan dan mentariku.

Hanya ada dari serpihan sampah luar angkasa yang menjelma sebagai sang bintang yang membuat hidupnya sedikit bermakana dan memiliki sebab akibat dia hidup menjadi makna dalam hidupnya.

Namanya Coklat Kimerlin, biasa di panggil Okla, nama yang sangat manis tapi sangat menyebalkan bagi seorang Okla. Tak ada yang sudi namanya dibagi dengan merek sebuah produk yang menyebalkan.

***
Merindukan kedatangan ibunya, hanya itu yang dilakukan Okla. Menjalani hari-hari yang panjang seorang diri. Hidupnya yang sekarang adalah sisi tumpul di balik sisi tajam sebuah anak panah. Hidup dengan harta yang berlimpah namun tak memberikan kebahagiaan yang begitu berarti baginya. Hanya ada kertas yang bertumpuk di dalam hidup Okla.

Hal itu membuat hati nurani seorang ibu bicara. Walaupun dia bukan siapa-siapa dalam hidup gadis remaja itu, ia sadar posisinya di rumah ini hanya sekedar pembantu yang di gaji setiap bulannya.

Tapi ketika hati seorang ibu bicara, pembantu itu merasa bekerja tak mengharap upah ketika melihatnya duduk berjam-jam dengan telpon di tangannya mengharpakan seseorang menelponnya menanyakan kabarnya hari ini.

Ingin sekali rasanya pembantu itu menghentikan semua tindakan konyol itu. Tapi ia sadar posisinya disini bukan siapa-siapa. 

Waktu terus berlalu, hubungan darah tak menjamin bahwa hubungan itu adalah hubungan yang kokoh. Selayaknya seorang ibu menyayangi anaknya itulah yang dilakukan pembantu itu terhadap majikannya. 

Waktu terus mendekatkan mereka, Okla merasa pengasuhnya itu lebih dari seseorang yang di gaji untuk mengurusinya. Sekarang Okla menganggap orang yang mengasuhnya itu adalah orang yang berarti dalam hidupnya. Tapi masih dengan harapan agar orang tuanya datang dan memeluknya.

Meski rinduku
Menggebu tak terperi
Langit tak akan bisa kembalikan hadirmu di hatiku.
Rasa rindu ku
Sudah habis terbakar amarah 

Kayu telah menjadi arang
Dan arang telah menjadi abu
Semuanya telah menjadi kenangan
Hidup dalam sejarah
Dan musnah dari kerinduan.

Dalam hitungan detik E-mail itu sampai di seberang. Berharap dengan puisi itu ibunya bisa mengerti isi hatinya dan segera pulang memeluknya dalam dekapan hangat.

Waktu terus membuat Okla dekat dengan pengasuhnya, tak terasa sekarang Okla bukan lagi seorang pelajar atau mahasiswa yang terus butuh pasokan uang dari orang tuanya.

Waktu telah mengubahnya, bukan hanya mengubah hati, tapi juga mengubah fisik, rambut yang dulu hitam kini telah menjadi putih. Sekarang bukanlah waktu untuk terus berharap tapi sekarang adalah waktu untuk berjuang.

Sekarang Okla adalah orang penting di salah satu perusahaan ternama di Jakarta. Okla berjanji dalam hatinya untuk satu kalipun ia tak akan pernah keluar dari negara Indonesia. Okla memperlakukan pengasuhnya seperti ibunya sendiri, sekarang Okla tak lagi membiarkannya bekerja, dia sudah punya asisten rumah tangga baru. Sekarang hidup wanita tua sudah sangat menyenangkan, tak akan pernah terbayang dalam hidupnya.

Kini kehadirannya bukan lagi keinginan Okla. Mereka datang di saat yang tidak tepat. Disaat hati sudah hancur terbakar amarah, di saat seperti itulah orangtua Okla datang.

Entah kenapa Okla merasa asing dengan kedua orang itu. Dulu, hampir setiap malam Okla menangisi orang itu. Dan sekarang mereka hanya seperti saudara jauh. 

"Kla,... Kamu mau kemana?" tanya sang ibu yang melihat Okla berpenampilan rapi.

"Mau kerja" jawab Okla singkat dan terus berlalu begitu saja

"Tapi sekarang hari minggu, kamu tidak mau menemani ibu jalan-jalan" ucap sang ibu dengan nada merayu

“Okla harus kerja, ada target yang harus Okla capai"

"Non bibi, numpang ya sampai kepasar" ucap orang yang dari dapur berpakaian sangat sederhana

"Ayo bi, biar Okla temenin belanjanya" terlihat keakraban antara mereka.

Entah kenapa hatinya seperti ingin menangis ketika ia tak di hiraukan oleh putrinya sendiri. Hatinya seperti tertusuk panah yang yang teramat tajam. 

***
Ketika matahari menyelesaikan tugasnya OKla memarkirkan mobilnya di depan rumah. Sang ibu langsung menghampiri

"Nak kenapa kamu seperti tidak suka kepada ibu, ibu seperti orang asing di rumah ini"

"Dulu waktu Okla butuh ibu, ibu kemana? setiap malam Okla selalu menangis menunggu ibu datang, Okla selalu berharap ibu akan pulang dan sekarang semuanya telah hancur, harusnya ibu datang 10 tahun yang lalu bukannya sekarang. Sekarang Okla tau ibu kerja keluar negeri bukannya tak ada pekerjaan di sini, tapi karena di sana gajinya lebih tinggi" Okla mengeluarkan semua isi hatinya yang selama ini ia sembunyikan.

Sekuat Okla berusaha menyayanginya, sekuat pula air mata dan benci menghampiri. Sesal seakan-akan ingin sekali memb+n*h tubuh tuanya. Berjuta surat telah dikirim Okla tapi satu kalipun tak pernah di balasnya, karena hanya sekedar alasan capek.
Simak juga : Takdir Menggerus Rindu
Sekarang ia sadar semua hidup tak melulu masalah uang tapi juga masalah kasih sayang. (*Kiriman : Sara Ayusti)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel