Menyaksikan Proses Terjadinya Gerhana Bulan Tanpa Peralatan
Januari 31, 2018
Menyaksikan proses terjadinya gerhana bulan tanpa peralatan – Gerhana
bulan total (total lunar ecklipse),
bulan terlihat lebih besar (super moon) dan bulan terlihat biru dan kemerahan (super
blood blue moon) adalah 3 fenomena alam yang terjadi setiap 150 tahun
sekali.
Fenomena
ini menjadi istimewa bagi setiap orang yang sempat menyaksikannya.
Tidak
terkecuali bagi saya sendiri sebagai seorang guru Fisika di sekolah.
Oleh sebab
itu, meskipun diamati tanpa peralatan semisal teleskop dan dijepret dengan kamera tablet
beresolusi kecil, saya akan membagikannya untuk pengunjung yang budiman.
Khawatir tidak sempat menyaksikan
Langit
di wilayah Tigo Jangko berawan tipis. Nyaris menyerupai kabut.
Menghalangi
pandangan mata ke ufuk timur, tempat dimana bulan 14 (Purnama) bakal menyembul
dari persembunyiannya.
Kondisi
ini membuat saya khawatir tidak bakal dapat menyaksikan proses awal terjadinya
gerhana bulan dan fenomena yang terkaitnya.
Simak : Mengapa Terjadi Gerhana Bulan?
Karena
khawatir tidak bisa menyaksikan kemunculan bulan Purnama di sekitar rumah, saya bergegas keluar.
Kemudian langsir sepanjang
jalan raya sambil menoleh sekali-sekali ke arah ufuk timur. menelusuri jalan raya yang
membujur dari utara ke selatan wilayah Lintau.
Dengan
cara ini saya dapat melihat dengan jelas ufuk langit dengan latar jejeran bukit
barisan dari utara ke selatan.
Oleh sebab itu saya memilih lokasi SMPN 2 Lintau
Buo untuk mengamati proses awal gerhana bulan.
Mengamati dengan mata telanjang
Pukul
18 30 WIB saya sudah berada di tengah lapangan upacara SMPN 2 Lintau Buo.
Dari sini saya akan dapat
menyaksikan kemunculan bulan dan kejadian selanjutnya yang dialami bulan, tentunya bila
tidak terhalang oleh kabut atau awan.
Berulangkali
saya menoleh ke ufuk timur, menunggu dengan harap kemunculan wajah sang purnama.
Sekitar
pukul 18.48 WIB kabut tipis di maya pada mulai menyisih. Kini saya dapat
melihat batas kaki langit disaat remang-remang menjelang senja.
Akhirnya yang
saya tunggu-tunggu datang juga. Pukul 18.50 WIB, wajah bulan mulai muncul
sedikit demi sedikit naik ke atas kaki langit.
Pukul
19.00 WIB, permukaan bulan purnama terlihat sempurna di atas puncak perbukitan
sebelah timur.
Wajah purnama memang terlihat agak lebih lebar dari biasanya.
Namun
empat menit kemudian, terlihat tanda-tanda dimana bagian bawah muka bulan mulai
nampak gelap.
Saya mengira, ini adalah awal bayangan bumi sudah mulai memasuki
permukaan bulan dan awal terjadinya gerhana bulan.
Dan
memang benar, menit demi menit… sedikit demi sedikit; seperampat, sebagian,
setengah bagian… tiga perempat bagian… bayangan samar bumi telah menutupi
permukaan bulan purnama.
Uniknya
lagi, saat permukaan bulan tinggal seperempat, sebagian, tiga per empat bagian,
permukaan bulan terlihat membiru dan kemerahan.
Akhirnya,
semua permukaan bulan tertutup oleh bayangan bumi. Inilah awal gerhana bulan
total (total lunar eclipse) dan itu, terjadi
pukul 19.50 WIB.
Meskipun tertutup bayangan bumi, namun permukaan bulan nampak
seperti kemerah-merahan (super blood moon) dan ukuranya terlihat lebih besar
dari biasannya (Super moon).
Demikianlah
hasil pengamatan langsung, tanpa peralatan dan alat perekam gambar memadai
tentang proses terjadinya gerhana bulan total.***