Shalat Sebagai Landasan Pendidikan Karakter di Lingkungan Keluarga
Februari 13, 2018
Shalat sebagai landasan pendidikan
karakter di lingkungan keluarga – Shalat adalah tiang agama
dan barangsiapa yang mendirikan shalat berarti telah menegakkan agama dalam
hidup dan kehidupan sehari-hari. Shalat juga sebagai upaya untuk mencegah perbuatan
yang tidak terpuji dan menjadi motivasi bagi anak untuk berbuat baik guna mencapai
masa depan yang lebih baik.
Hal
tersebut disampaikan oleh Arnis SPd, pemerhati dan praktisi pendidikan di
lembaga madrasah di Kecamatan Lintau Buo.
“Jika
orangtua merasa kewalahan dan kesulitan dalam membina karakter anak di rumah tangga
maka yang perlu dievaluasi sebagai orangtua adalah masalah shalat si anak.
Shalat menjadi landasan paling ideal dalam pembinaan karakter pada anak,”
ungkap ibu dari 5 orang anak ini kepada admin matrapendidikan.com beberapa
waktu lalu.
Lebih
jauh sarjana Pendidikan Fisika jebolan UNP ini mengkritisi bahwa evaluasi
terhadap shalat anak hanya berjalan efektif bila kedua orangtua juga mendirikan
shalat.
“Bagaimana mungkin orangtua yang tidak shalat bakal bisa menanyakan
anaknya sudah shalat apa belum?”
Ibu
dari 5 anak masing-masing Restu Abdul Hafizh (Mahasiswa Teknik Perminyakan, UIR),
Nadya Mayestika (Mahasiswi Fisika, Unand ), Amri Mahmud Rizaldi (Mahasiswa
Teknik Elektro, Unand), Widya Iswara Putri (Siswi SMAN 3 Batusangkar) dan
Muhammad Fadhlan Hakim (siswa SDN 12 Lintau Buo) ini tidak menafikan bahwa
semua orangtua islam pasti telah memahami dan mendidik anaknya shalat sejak dini.
“Yang
membedakan antara orangtua yang satu dengan yang lainnya adalah pola dan cara mendidik
anak di lingkungan keluarga.
Pendidikan karakter di rumah tangga tidak bisa
diterapkan dengan doktrin dan nasehat belaka.
Pendidikan karakter ditanamkan
dengan contoh dan keteladanan kedua orangtua dan orang dewasa lainnya di rumah
tangga itu,” kata salah seorang pendidik di salah satu madrasah ini mengakhiri
pembicaraan dengan admin blog matra pendidikan.***