Ayah, Ibu, Jangan Jadikan Aku Korban Egismu
Maret 12, 2018
Ayah, ibu, jangan
jadikan aku korban egoismu - Kupandangi kehidupanku sepintas. Terasa
agak lebih sempurna dibandingkan dengan kehidupan adik sepupuku. Bukan dari segi
materi atau ekonomi. Tetapi pola kehidupan dan cara orangtua mendidik anak-anaknya.
Artikel ini bukan sebuah
kisah fiktif belaka. Kisah inspiratif yang dipetik dari kehidupan nyata. Panggil
saja adik sepupuku, Aya (nama samaran). Sejak kecil Aya sering dimanjakan oleh
orangtuanya. Padahal kehidupannya sangat sederhana namun ia bagaikan seorang putri
raja yang setiap keinginannya akan terwujud.
Aya hanya tau uang, uang…dan
uang, tanpa memikirkan berapa sulitnya mendapatkan uang itu oleh kedua
orangtuanya. Akhlaknya kadang-kadang kurang terpuji akibat perlakuan orangtua
yang selalu memanjakan.
Panas disangka sampai sore
kiranya hujan di tengah hari. Kehidupan yang terasa indah disangka bakal
berlanjut. Namun sampai suatu hari, sebuah pertengkaran hebat terjadi antara
kedua orang tuanya. Pertengkaran itu berujung pada perpisahan.
Hidup yang semula bagaikan seorang putri raja,
kini berubah drastis. Mengharuskan Aya harus berusaha mandiri.
Tapi dasar pendidikan manja
dari kedua orang tuanya, tidak merubah kepribadian Aya. Bahkan ia,tumbuh
menjadi seorang gadis yang suka kelayapan.
Pernah ia diajari oleh
ibuku, "Nak,berpandai-pandailah dalam hidup ini. Jadi anak perempuan itu
harus bisa bekerja, paling tidak bekerja membersihkan rumah…”
Suatu nasehat bagus dari ibuku
kepada keponakannya, Aya. Tapi penyampaian Aya kepada bapaknya (pamanku) bertolak
belakang dengan yang disampaikan oleh ibuku. Bahkan ibu dan pamanku perang
dingin (tidak bertegur sapa) gara-gara
nasehat dan cara penyampaian Aya kepada bapaknya.
Aya, saudara sepupuku, kini menjadi
korban atas masalah kedua orang tuanya. Menjadi anak pembangkang, gadis yang
hendaknya mampu berfikir dewasa, kini hanya berfikir seperti anak kecil....
“Ayah, ibu, jangan jadikan aku korban atas
masalah kalian. Masalah tentang egois, mengantarkanku menjadi pribadi yang pembangkang.
Masalah tentang sikap mendidikmu, mengantarkanku menjadi pribadi yang manja. Ayah,
ibu, jangan jadikan aku korban atas kesalahan kalian, kesalahan yang tidak
peduli akan aku, mengantarkanku ke lembah hitam.
Ayah, ibu, kini duniaku
terasa hampa, gelap gulita setelah drama rumah tangga kita kandas. Lantas siapa
yang bertanggungjawab atas kehidupanku, ayah, ibu ?” (Andini Meysi Ullanda)