Reuni Cinta Masa Lalu
Maret 27, 2018
Melanie
menurunkan kaca jendela depan sebelah kiri mobilnya. Melalui kaca spion kiri ia
dapat melihat dengan jelas, Andrew sedang melangkah ke arah mobilnya. Jantungnya
berdegup keras menunggu pria mengenakan jaket hujan itu.
Kini Andrew sudah berdiri di sisi mobil. Memandang wanita yang berada di belakang setir. Wanita yang baru dilihatnya sekarang setelah tak bertemu sekian lama.
Sejenak keduanya terpaku dan saling memandang. Bergelut dengan hati dan pikiran masing-masing.
“Nggak
disangka. Ternyata kamu masih cantik seperti dulu.” gumam Andrew spontan
memuji, seraya menyodorkan tangannya pada Melanie yang masih terpaku di
belakang setir mobilnya.
“Kamu
juga, mas. Masih ganteng seperti masa 28 tahun silam ,” sambung Melanie balik
memuji dan menyambut uluran tangan Andrew.
Andrew
tersentak.Seakan terbangun dari pukauan tatapan mata Mellani. Ucapan Melanie
barusan menyadarkan dirinya kalau saat ini ia dan Melani sudah tidak muda lagi.
“Tapi
masa itu tak mungkin kembali, Mel…”
“Benar,
mas…Masa lalu itu tak mungkin kembali. Namun yang pasti kita sudah bertemu
kembali, bukan?”
Gerimis
turun semakin tebal. Dari tadi Melanie lupa untuk mempersilahkan Andrew naik ke
atas mobilnya. Andrew membuka pintu mobil, masuk dan duduk di sebelah kiri Melanie.
“Aku
jadi takut sekarang, mas…” ujar Melanie dengan suara sedikit bergetar.
“Kenapa,
Mel?”
“Di
daerah sekitar ini banyak orang yang mengenal aku, mas.”
“Ya,
mas maklum. Sekarang tidak ada orang lain disekitar ini selain kita berdua”
“yakin,
mas?”
Andrew
mengangguk.
“Bagaimana
keadaan mas saat ini?”
“Seperti
yang kamu lihat, Mel. Kamu sendiri?”
“Sama,
mas.”
Lalu keduanya terdiam. Saling melirik satu
sama lain tanpa kata-kata. Lalu bergelut dengan bayangan masa lalu yang tak
berujung pangkal.
Pertemuan
ini adalah pertemuan nekad dan di sengaja. Mereka berjumpa sebelum ini di media
facebook. Percakapan di fasilitas messenger sudah panjang lebar. Saling menuduh
untuk meninggalkan sehingga hubungan dan komunikasi jadi terputus. Tidak ada
ujung pangkalnya.
“Kita
nggak mungkin melanjutkan hubungan ini mas,” begitu kata Melanie di sore yang
cerah itu. Ucapan itu membuat suasana hati Andrew jadi galau. Setelah itu
Andrew pamit untuk pulang. Dengan kepala tertunduk Andrew meninggalkan tempat
kos Melanie. Sejak itu tidak ada lagi cerita tentang mereka berdua. Lenyap
ditelan perjalanan sang waktu.
Sementara
itu, Melanie mengklaim tak pernah mengatakan ucapan seperti itu kepada Andrew.
Melanie juga bingung mengapa Andrew pergi begitu saja dan menghilang.
Dua
puluh delapan tahun kemudian, mereka berjumpa di media social. Dan tempat ini
adalah tempat yang mereka janjikan untuk reuni masa lalu. Tempat yang istimewa
namun tidak diketahui orang lain.
Andrew
tersentak dari lamunannya. Begitu pula Melanie. Untuk mengusir kebisuan, Andrew
membuka cerita lama saat masih pacaran sampai hari-hari yang dilewatinya
setelah mereka berpisah.
Diselingi
canda dan gurau, Melani juga menceritakan perihal masa-masa yang dilewatinya
setelah perpisahan itu terjadi 28 tahun silam. Kesan pertemuan itu terasa
semakin indah ketika keduanya saling menggombal namun masuk akal.
“Mel,
mungkin sudah harus kita akhiri pertemuan kita kali ini. Lain kali kalau ada
waktu kita sambung lagi,” kata Andrew kemudian.
“Iya,
mas…”
Andrew
meraih tangan Melanie. Menggenggam tangannya. Begitu lama. Kemudian beralih
untuk menyalami pertanda pertemuan ini segera berakhir.
Andrew
turun dari mobil. Melambaikan tangan . Ketika Melanie sudah berangkat, Andrew
tertegun sendiri. Seakan ada sesuatu yang hilang dari dirinya. Dan itu semua
dibawa oelh Melanie.
Andrew
melangkah ke arah motornya yang diparkir di pinggir jalan.
Melanie
begitu pula. Ia menyetir mobilnya di tengah gerimis yang mulai menipis. Namun
hatinya terasa kosong. Tinggal pada lelaki yang dulu pernah jadi pacarnya, 28
tahun silam.