Reuni Cinta Masa Lalu

Melanie menurunkan kaca jendela depan sebelah kiri mobilnya. Melalui kaca spion kiri ia dapat melihat dengan jelas, Andrew sedang melangkah ke arah mobilnya. Jantungnya berdegup keras menunggu pria mengenakan jaket hujan itu.
Kini Andrew sudah berdiri di sisi mobil. Memandang wanita yang berada di belakang setir. Wanita yang baru dilihatnya sekarang setelah tak bertemu sekian lama.
Sejenak keduanya terpaku dan saling memandang. Bergelut dengan hati dan pikiran masing-masing.
“Nggak disangka. Ternyata kamu masih cantik seperti dulu.” gumam Andrew spontan memuji, seraya menyodorkan tangannya pada Melanie yang masih terpaku di belakang setir mobilnya.
“Kamu juga, mas. Masih ganteng seperti masa 28 tahun silam ,” sambung Melanie balik memuji dan menyambut uluran tangan Andrew.
Andrew tersentak.Seakan terbangun dari pukauan tatapan mata Mellani. Ucapan Melanie barusan menyadarkan dirinya kalau saat ini ia dan Melani sudah tidak muda lagi.
“Tapi masa itu tak mungkin kembali, Mel…”
“Benar, mas…Masa lalu itu tak mungkin kembali. Namun yang pasti kita sudah bertemu kembali, bukan?”
Gerimis turun semakin tebal. Dari tadi Melanie lupa untuk mempersilahkan Andrew naik ke atas mobilnya. Andrew membuka pintu mobil, masuk dan duduk di sebelah kiri Melanie.
“Aku jadi takut sekarang, mas…” ujar Melanie dengan suara sedikit bergetar.
“Kenapa, Mel?”
“Di daerah sekitar ini banyak orang yang mengenal aku, mas.”
“Ya, mas maklum. Sekarang tidak ada orang lain disekitar ini selain kita berdua”
“yakin, mas?”
Andrew mengangguk.
“Bagaimana keadaan mas saat ini?”
“Seperti yang kamu lihat, Mel. Kamu sendiri?”
“Sama, mas.”
 Lalu keduanya terdiam. Saling melirik satu sama lain tanpa kata-kata. Lalu bergelut dengan bayangan masa lalu yang tak berujung pangkal.
Pertemuan ini adalah pertemuan nekad dan di sengaja. Mereka berjumpa sebelum ini di media facebook. Percakapan di fasilitas messenger sudah panjang lebar. Saling menuduh untuk meninggalkan sehingga hubungan dan komunikasi jadi terputus. Tidak ada ujung pangkalnya.
“Kita nggak mungkin melanjutkan hubungan ini mas,” begitu kata Melanie di sore yang cerah itu. Ucapan itu membuat suasana hati Andrew jadi galau. Setelah itu Andrew pamit untuk pulang. Dengan kepala tertunduk Andrew meninggalkan tempat kos Melanie. Sejak itu tidak ada lagi cerita tentang mereka berdua. Lenyap ditelan perjalanan sang waktu.
Sementara itu, Melanie mengklaim tak pernah mengatakan ucapan seperti itu kepada Andrew. Melanie juga bingung mengapa Andrew pergi begitu saja dan menghilang.
Dua puluh delapan tahun kemudian, mereka berjumpa di media social. Dan tempat ini adalah tempat yang mereka janjikan untuk reuni masa lalu. Tempat yang istimewa namun tidak diketahui orang lain.
Andrew tersentak dari lamunannya. Begitu pula Melanie. Untuk mengusir kebisuan, Andrew membuka cerita lama saat masih pacaran sampai hari-hari yang dilewatinya setelah mereka berpisah.
Diselingi canda dan gurau, Melani juga menceritakan perihal masa-masa yang dilewatinya setelah perpisahan itu terjadi 28 tahun silam. Kesan pertemuan itu terasa semakin indah ketika keduanya saling menggombal namun masuk akal.
“Mel, mungkin sudah harus kita akhiri pertemuan kita kali ini. Lain kali kalau ada waktu kita sambung lagi,” kata Andrew kemudian.
“Iya, mas…”
Andrew meraih tangan Melanie. Menggenggam tangannya. Begitu lama. Kemudian beralih untuk menyalami pertanda pertemuan ini segera berakhir.
Andrew turun dari mobil. Melambaikan tangan . Ketika Melanie sudah berangkat, Andrew tertegun sendiri. Seakan ada sesuatu yang hilang dari dirinya. Dan itu semua dibawa oelh Melanie.
Andrew melangkah ke arah motornya yang diparkir di pinggir jalan.   
Melanie begitu pula. Ia menyetir mobilnya di tengah gerimis yang mulai menipis. Namun hatinya terasa kosong. Tinggal pada lelaki yang dulu pernah jadi pacarnya, 28 tahun silam.