Apa Makna Wisuda Bagi Mahasiswa?
Mei 06, 2018
Apa makna wisuda bagi mahasiswa? – Sebanyak
974 orang mahasiswa UIR telah menyelesaikan program diploma, sarjana dan pasca
sarjana serta diwisuda, Sabtu, 5 Mei
2018 lalu. FKIP merupakan fakultas terbanyak melepas mahasiswanya pada wisuda
periode II ini yaitu 333 orang lulusan.
Pada
periode I lalu, FKIP melepas 306 lulusan sehingga jumlah wisudawan/I dari FKIP
tahun ini berjumlah 669 orang. Sementara itu Fakultas Teknik melepas 83
lulusan, turun dari wisuda periode I yaitu 108 orang.
Baca juga : UIR Kembali Luluskan Calon Guru
Salah
seorang dari 83 orang wisudawan itu adalah Restu Abdul Hafizh. Anak pertama
dari 5 bersaudara itu baru dapat menyelesaikan program sarjana pada Fakultas
Teknik Program Studi Perminyakan dalam waktu 4,5 tahun.
Dengan demikian, Ares,
panggilan akrabnya sudah menyandang gelar Sarjana Teknik (ST) di belakang
namanya.
Penyelesaian
program studi selama sembilan semester dengan IPK 3,46 itu mungkin tidak ada
istimewanya. Namun bagi Ares tentu saja sangat berarti. Kenapa tidak?
“Maunya
cepat-cepat menyelesaikan perkuliahan program sarjana di Fakultas Teknik UIR ini
mengingat 2 orang adik saya juga sedang mengikuti perkuliahan di Universitas
Andalas (Unand) Padang”, tutur Ares kepada matrapendidikan.com
Lebih
jauh Ares mengatakan bahwa ia telah berusaha sebaik mungkin kendati harus
bekerja sambil kuliah. Paling tidak, penyelesaian program studinya saat ini
mengurangi beban ekonomi kedua orangtuanya.
“Mudah-mudahan tahun depan, adik
saya yang nomor dua juga dapat mengikuti jejak saya wisuda ini” imbuh Ares
penuh harapan.
Simak : Keputusan Sang Putra Sulung
Di
sisi lain, dengan diwisudanya Restu Abdul Hafizh menjadi momen “pecah-telur”
bagi kedua orangtuanya, Edy Samsul dan Arnis. Artinya, menjadi momentum pertama
bagi orangtuanya dalam mengantarkan putra-putrinya menjadi sarjana.
Lalu,
apa makna wisuda bagi mahasiswa?
Bagi
Ares, wisuda menjadi momen berakhir tugas akademik dalam satu program
pendidikan.
Wisuda menjadi tanda dalam
menyelesaikan satu tahap proses belajar yang penuh rintangan.
Selain
itu sebagai tanda berakhirnya tugas orangtua dalam membiayai pendidikan sampai
perguruan tinggi. Dalam menjalani perkuliahan banyak sekali tantangan dan
hambatan yang dihadapi.
Bagi mahasiswa dari keluarga menengah ke bawah,
persoalan itu lebih banyak berasal dari masalah biaya perkuliahan.
Babak baru dalam kehidupan
Wisudawan/I
akan memulai babak baru dalam hidupnya. Sarjana akan memulai perjuangan baru
untuk terjun ke tengah masyarakat.
Gembira dan bahagia, pasti! Mahasiswa dapat
menyelesaikan program perkuliahan yang penuh liku-liku yang melelahkan.
Namun
di balik kegembiraan itu sudah menunggu tantangan kehidupan yang lebih berat. Tamat
kuliah belum tentu langsung dapat pekerjaan.
Justru harus berjibaku kesana
kemari mencari lowongan pekerjaan dengan bermodalkan ijazah dan gelar sarjana
yang sudah dikantongi.
Zaman
sekarang kiranya tidak mudah mencari dan mendapatkan lowongan pekerjaan,
apalagi yang sesuai dengan ijazah yang dimiliki. Berharap jadi pegawai negeri
atau aparatur sipil negara? Kayaknya sangat susah untuk saat ini.
Menciptakan
lapangan pejkerjaan sendiri? Tentu harus punya pengetahuan dan keahlian serta
modal untuk membangun lapangan pekerjaan sendiri. Lalu apa artinya wisuda kalau
harus menganggur?
Beruntunglah
sarjana yang sudah terbiasa mandiri sejak usia sekolah. Yang penting tidak
terlalu menjaga gengsi, kerja apa saja boleh asal pekerjaan itu halal.
Toh,
ijazah bukan tujuan utama perkuliahan melainkan sebagai salah satu sarana untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak.
Wisuda
bukan berarti sudah tamat belajar. Justru wisuda sarjana adalah awal untuk
belajar sesungguhnya, baik diperguruan tinggi (S2 dan S3) maupun di tengah
masyarakat. Selain itu wisudawan akan menerapkan ilmunya di tengah masyarakat.
Wisudawan agar mandiri
Wisudawan bisa mandiri, mencari pekerjaan sendiri kemudian hidup
dengan pekerjaan itu.
Kalau dapat bisa menciptakan lapangan pekerjaan dengan
mendirikan usaha produktif. Ini mungkin
saja terlalu ideal.
Makna
wisuda adalah sebuah keniscayaan. Tergantung pada wisudawan/I itu sendiri serta
kondisi lingkungan keluarga.
Namun yang pasti, wisuda itu bukan akhir segalanya
namun awal dari proses kehidupan sarjana yang sesungguhnya.***