Sedih Ketika Hewan Piaraannya Harus Dijual Orangtuanya
Mei 01, 2018
Sedih ketika hewan piaraannya harus dijual orangtuanya – Hati
anak siapa yang tidak akan sedih bila hewan piaraan kesayangannya dijual
orangtuanya. Hal itu juga dialami oleh Muhammad Fadhlan Hakim, seorang siswa
yang akan menamatkan pendidikan SD-nya tahun pelajaran ini.
Tulisan
ini didedikasikan untuk Muhammad Fadhlan Hakim
yang telah memelihara dan menggembalakan dua ekor kambingnya sebagai
hadiah Qori Terbaik pada Tilawah Al Qur’an bulan Ramadhan 1438 H lalu.
Mengapa
harus dijual dan bagaimana kronologi pemeliharaannya oleh Muhammad Fadhlan Hakim?
Yuk, simak selanjutnya.
A.Sedih meski tak keberatan
Ada
gurat kesedihan di wajahnya ketika mendengar kambing piaraannya bakal dijual
oleh orangtuanya.
Aan, panggilan akrabnya, memang tidak keberatan kalau hewan
piaraannya dijual. Akan tetapi yang membuat ia sedih tidak bakal ketemu lagi
dengan kedua ekor kambingnya itu.
Anehnya
tidak hanya Aan yang bersedih. Hewan kesayangannya itu seakan ikut bersedih
melihat penggembalanya bersedih.
Seakan dapat merasakan apa yang dirasakan oleh
penggembalanya. Itu terjadi sehari sebelum kambing itu akan dijual.
Dua
ekor kambing yang diberi nama “Tomaih” anaknya dan “Tini” induknya ngambek
makan. Sore itu ketika hendak digembalakan, dua ekor kambing itu tak mau
digembalakan.
Bahkan hewan ternak itu merebahkan diri di tanah dekat
pengembalanya duduk.
Sebenarnya
beberapa hari sebelum dijual, induk kambing dan anaknya menunjukkan gelagat
aneh.
Agak bandel dan sering bikin ulah ketika dikeluarkan maupun dimasukkan ke
dalam kandangnya.
Kebiasaan
menanduk penggembala tidak ada lagi saat dikeluarkan dari kandang. Begitu pula
kebiasaan bergelut saat perut kambing itu sudah kenyang.
“Barangkali
hewan ternak itu mengetahui kalau akan dijual. Seminggu ini sering bikin ulah.
Makan rumput hijau tak lagi seperti biasanya. Sering bermain-main tak karuan
digembalakan,” kata orangtua Aan.
Hewan
memang tidak memiliki akal waras tapi boleh jadi dapat merasakan orang yang
menggembalakannya.
Hal ini sulit dijangkau akal sehat. Akan tetapi bagi
penyayang ternak, kejadian itu sudah dapat dimaklumi. Apalgi selama ini sudah
telaten merawat kedua ekor kambing itu.
B.Kronologi memiliki kambing
Kambing-kambing
itu bukan dibeli oleh orangtua Aan. Bulan puasa Ramadhan 1438 H lalu, Aan ikut
lomba Tilawah Al Qur’an khusus tingkat Anak-anak di Mushalla Al Mukhlishin Koto
Gadang Pangian.
Dalam
lomba tersebut Aan berhasil meraih Juara I. Kebetulan Panitia MTQ menyediakan
hadiah untuk juara I Putra dan Putri masing-masing seekor kambing.
Rupanya
panitia tidak menemukan kambing yang sama besar, baik badan maupun usianya.
Oleh
sebab itu panitia menyediakan seekor kambing betina yang agak besar dan dua ekor
kambing betina yang nilainya sama dengan yang satu ekor. Akhirnya dilakukan
pengundian antara juara I Putra dengan Juara I Putri.
Ternyata
Aan mendapat dua ekor kambing betina belia dan juara I Putri mendapat satu ekor
kambing betina yang lebih besar dan lebiah tua umurnya.
Penyerahan hadiah
kambing ini dilakukan setelah bulan puasa, saat halal bi halal di Mushalla
tempat perlombaan Tilawah.
Setelah
kambing itu sampai di rumah diadakan musyawarah. Keputusannya kambing itu tidak
akan dijual atau diserahkan pada orang lain untuk memeliharanya. Aan bersikeras
untuk menggembalakannya sendiri.
Karena
kesibukan hadiah kambing dari lomba tersebut di gembalakan bergantian oleh
anggota keluarga. Bahkan papa dan ibunya juga ikut mendapat job baru sebagai
gembala kambing. Hal ini untuk mengisi waktu luang di sore hari.
Sekitar
akhir September 2017, salah satu dari kambing tersebut beranak dan diberi nama
oleh Aan dengan “Tomaih” (panggilan Tom).
Aan semakin bersemangat untuk
menggembalakan kambing-kambingnya di sore hari. Saat itu Aan sudah harus
menggembalakan 3 ekor kambingnya.
Namun
bulan Oktober, Aan tidak aktif lagi gembala kambing. Soalnya, Aan harus ikut
pelatihan ke Dinas pendidikan dua kali seminggu dalam rangka studi Banding
Internasional Malaysia-Singapura Siswa Berprestasi.
Aan terpilih menjadi siswa
berprestasi tingkat SD dari kecamatan Lintau Buo tahun 2017.
Satu
ekor kambing Aan harus dijual untuk menambah bekal Aan untuk berangkat studi
banding. Tinggallah dua ekor kambing, induk dan anaknya yang harus digembalakan.
Gembala
induk dan anak kambing mengasyikkan juga. Apalagi “Tomaih” terlihat lucu ketika
belajar memakan daun pisang. Ketika anak kambing mulai besar gelagatnya agak
bandel dan suka menanduk penggembalanya.
Lucu
sekali tingkah lakunya, mengangkat dua kaki untuk berdiri, bertumpu pada
dinding untuk menanduk pengembalanya.
Seolah-olah terjadi pertarungan sengit
antara kambing dengan pengembalanya. Bahkan dengan induknya sendiri sering
bergurau dengan gaya seperti itu.
C.Alasan kambing dijual
Sebenarnya
orangtua Aan juga agak keberatan kalau kedua ekor kambing itu dijual. Apalagi
induk kambing itu sedang bunting.
Anak kambing pun sudah berusia 6 bulan. Akan
tetapi kedua ekor kambing itu memang harus dijual dengan alasan
pemeliharaannya, terutama untuk menggembalakannya.
Pertama,
Aan akan mengikuti ujian akhir di sekolah. Ia akan sibuk belajar, memfokuskan
perhatiannya pada ujian akhirnya.
Tujuannya agar Aan lulus dengan hasil sangat
memuaskan.
Selain
itu, Aan berencana melanjutkan sekolah di kota Batusangkar. Dengan demikian
kalau ia diterima di sekolah tersebut, Aan akan kost disana dan tidak mungkin lagi gembala kambing.
Di
sisi lain kedua orangtuanya juga semakin sibuk menghadapi tugas sehari-hari
sebagai Aparatur Sipil Negara ASN) guru.
Kedua,
Aan akan butuh biaya yang tidak sedikit untuk bersekolah di kota. Apalagi
kakak-kakaknya sedang mengikuti perkuliahan dan bangku sekolah.
Alasan ini
semakin memperkuat untuk menjual kedua ekor kambing milik Aan.
D.Penutup
Hidup
ini adalah kenyataan yang harus dilewati detik demi detik tanpa henti. Hidup
ini kadang-kadang mirip dengan kisah sinetron yang ditayangkan oleh siaran
televisi.
Suatu saat pelakunya harus
mengambil keputusan yang bertentangan dengan perasaannya.
Begitu
pula dengan Aan, seorang anak yang akan berangkat menuju usia remaja.
Ia tidak
keberatan kalau keputusannya dan orangtuanya untuk menjual hewan ternak
piaraannya meskipun hal itu telah membuatnya sedih.***