Nilai Angka Merah Versus Nilai Tidak Tuntas
Juni 09, 2018
Nilai angka merah versus nilai tidak
tuntas – Bapak dan Ibu guru yang sudah dua atau tiga puluh
tahun mengajar. Pasti masih mengingat tentang hasil belajar siswa yang tertera
di buku rapor. Nilai siswa dinyatakan dengan angka merah (angka 5 ke bawah) dan
angka biru atau hitam (nilai 6 ke atas).
Angka
bertinta merah (angka 5) menunjukkan siswa yang tidak menguasai materi
pelajaran. Di buku rapor nyata-nyata dituliskan angka 5 itu dengan tinta berwarna
merah.
Saat
mengisi rapor siswa, rapor semester ganjil atau genap, guru kelas atau guru
wali kelas harus menyediakan dua pena atau pulpen. Pena bertinta merah dan
pulpen bertinta hitam atau biru.
Jika
angka merah sampai tiga atau empat maka siswa dinyatakan tidak naik kelas.
Orang tidak lagi akan bertanya kenapa siswa tidak naik kelas.
Justru mereka
sudah mengira karena banyak angka merah di rapor siswa tersebut.
Bagi
siswa yang memiliki nilai rapor bertinta merah, akan berpengaruh besar terhadap
psikologis anak tersebut.
Begitu pula bagi orangtua mereka. Nilai merah yang
tercantum pada buku rapor menjadi
sesuatu yang 'menakutkan' dan 'memalukan'.
Tidak
mengherankan, jika ada siswa yang sengaja merobek buku rapor karena malu banyak
mendapatkan nilai 5 atau kurang yang ditulis dengan tinta warna merah.
Versus nilai tidak tuntas
Bagaimana
dengan sistem penilaian sekarang?
Hasil belajar siswa dinyatakan dengan
ketuntasan. Siswa dikatakan mengalami ketuntasan jika telah mencapai hasil
minimal syarat ketuntasan belajar minimal pada mata pelajaran tertentu.
Misalnya,
syarat ketuntasan belajar suatu mata pelajaran 74. Siswa yang memperoleh nilai
minimal 74 ke atas dikatakan anak telah tuntas belajar. Pada kolom deskripsi hasil
ditulis dengan kata tuntas (T).
Baca juga : Membaca Buku Rapor Anak
Jika
anak hanya mencapai nilai 73 maka dikatakan anak tidak tuntas (TT) belajar dan
harus remedial.
Jika sampai 3 atau lebih mata pelajaran mengalami tidak
tuntas maka anak tidak akan naik kelas.
Apa
pengaruhnya terhadap siswa tentang deskripsi tuntas dan tidak tuntas? Pengaruh
ini tidak sedahsyat pemberian nilai angka merah (5) pada siswa.
Cukup banyak
siswa yang tidak terpengaruh oleh hasil belajar yang mereka raih. Kecuali kalau
siswa tidak naik kelas akibat mata pelajaran banyak yang tidak tuntas.
Bahkan
banyak juga orangtua yang merasa kebingungan dengan istilah yang tercantum
dalam buku rapor. Apa lagi dengan sistem penilaian Kurikulum 2013 yang terurai
dalam buku rapor siswa.
Apakah semua orangtua siswa sempat membaca komponen dan
isi serta deskripsi yang tertera di buku rapor? Allahuallam bissowaab!
Baca juga : Evaluasi Terhadap Buku Rapor Anak
Bagi
sekolah yang baru menerapkan Kurikulum 2013 mungkin perlu sosialisasi yang
lebih intens kepada siswa maupun orangtua siswa tentang sistem penilaian
Kurikulum 2013 ini.***