Belajar dari Timnas Sepakbola Jepang
Juli 01, 2018
Belajar
dari timnas sepakbola jepang – Anda sebagai siswa, penggemar olahraga sepak bola sudah mengetahui
bahwa tim nasional (timnas) Jepang lolos ke babak perdelapan final Piala Dunia 2018 di
Rusia. Jepang berada di posisi run er up juara gruf F di bawah Kolumbia sebagai
juara grup.
Jika
anda mengerti sistem penilaian dalam olahraga si kulit bundar ini, mungki saja
anda akan heran. Mengapa tim nasional negeri sakura itu lolos ke babak kedua,
padahal nilai dan selisih golnya sama dengan tim nasional Senegal.
Seperti
diketahui, Jepang berada pada grup F
bersama Senegal, Kolumbia dan Polandia. Jepang mewakili zona Asia, Senegal
(Afrika), Kolumbia (Amerika) dan Polandia dari zona Eropa.
Jepang
tampil meyakinkan dan menang 1 – 0 melawan Kolumbia pada laga pertama. Kemudian
berakhir seri 2 – 2 melawan Senegal di pertandingan kedua. Namun mengalami
kekalahan 0 – 1 melawan Polandia di partai terakhir penyisijhan grup.
Hasil
3 kali bertanding dengan 1 kali menang, 1 kali seri dan 1 kali kalah,
menempatkan Jepang di posisi kedua kalssemen akhir dengan nilai dan selisih gol
persis sama dengan dengan Senegal.Nilai 4, memasukkan 4 gol dan kemasukkan gol
juga 4 dengan selisih gol masing-masing 0.
Organisasi
sepakbola internasional FIFA menetapkan aturan fairplay dalam pertandingan sepakbola. Jika terjadi pada babak
penyisihan, dua tim memiliki nilai dan selisih gol sama maka peringkat dalam grup
ditentukan melalui permainan bagus kedua tim.
Nah,
inilah jawabannya. Jepang lebih menampilkan permainan fairplay selama
pertandingan babak penyisihan. Indikasinya jumlah pelanggaran dan akumulasi
kartu (kuning). Negeri sakura lebih sedikit melakukan pelanggaran dan mendapat
kartu kuning ketimbang tim nasional Senegal.
Apa
yang perlu dipelajari oleh siswa dari keberhasilan tim nasional Jepang ke fase
berikutnya? Sikap dan tingkah laku yang baik seorang siswa di sekolah akan
membawa keberuntungan.
Boleh
jadi, seorang siswa berkemampuan belajar yang kurang namun sikap dan tingkah
lakunya baik. Jarang atau bahkan tidak pernah melakukan pelanggaran disiplin
dan aturan sekolah.
Nah,
pertimbangan ini akan menguntungkan siswa tersebut untuk bernilai mencukupi batas
ketuntasan belajar minimal dan naik kelas. Semoga bahasan artikel ini menjadi
bahan inspirasi bagi siswa semuanya.***