Bocah Manis Memesona
Juli 25, 2018
Tak
bosan-bosannya saya memperhatikan bocah itu. Dari balik jeruji besi pagar rumah
mewah dan megah. Sambil membungkukkan tubuh saya dapat mengamatinya dengan leluasa. Dengan
cara ini bocah kecil itu tidak akan melihat kehadiran saya.
Seandainya
ia tahu kehadiran saya seperti itu. Mungkin bocah perempuan itu akan ketakutan
dan berteriak sambil berlalri masuk ke dalam rumah seraya memanggil-manggil
mama atau papanya.
Bocah
kecil perempuan itu manis, imut dan memesona. Rambutnya yang pirang diikat ke
samping kiri dan kanan. Kulitnya putih dan bersih. Pipinya padat berisi dan
menggemaskan. Bibirnya memerah dibatasi oleh eretan gigi yang putih, bersih dan
bagus. Matanya yang bulat dan bening. Sempurna sekali bocah kecil itu, gumamku
dalam hati.
Dari
tadi bocah perempuan memesona itu bermain-main bersama kelinci kesayangannya di
taman halaman depan rumahnya yang tidak begitu luas. Namun begitu banyak bunga indah dan nyaman dipandang mata.
Hewan
kelinci bocah perempuan itu berwarna putih dengan bulu halus dan bersih namun
kedua daun telinganya agak kelabu. Sepertinya hewan piaraan itu sudah sangat
akrab dengan bocah itu.
Sesekali
hewan itu berlari, bersembunyi, mempermainkan anak pemiliknya. Tentu saja sang
bocah perempuan itu penasaran dan mengejarnya. Ketika kelinci bersembunyi di
balik rimbunnya bunga kembang sepatu. Bocah perempuan itu memanggil manggil.
”Putih,
dimana kamu bersembunyi? Ayo keluar…” seru sang bocah.
Karena
kelinci yang dipanggil, “Si Putih” itu tidak keluar di balik persembunyiannya,
sang bocah mengitari bunga kembang sepatu untuk mencarinya.
“Nah,
Itu dia…” serunya kegirangan..Sang bocah mendekat, menangkap kelinci teman
bermainnya.Si Putih menyerah. Hewan itu pasti sudah paham kalau pun ia
ditangkap tak akan menyakitinya.
Bocah
perempuan nan memesona itu membelai-belai tubuh sang kelinci dengan tangan
mungilnya. Kemudian mendekatkan pipinya ke tubuh kelincinya.
Meskipun
berteman kelinci, bocah kecil itu nampak senang dan ceria. Tapi kedua orangtua
atau saudaranya kemana ya? Begitu pikir saya...
“Hai
bung…ngapain mengendap-endap disitu!. Mau menculik anak saya ya?” Seseorang
terdengar berteriak membentak saya dari arah pintu pagar.
Saya
menoleh. Kaget memang. Meskipun jarak pagar pekarangan tak lebih lima belas
meter dari saya namun saya tak mendengar kalau ada mobil yang berhenti disitu.
Pengemudi
mobil Avanza silver itu keluar dari mobilnya. Kemudian menghampiri saya.
“Anda
bisa saya laporkan ke polisi karena gerak-gerik anda mencurigakan.,” ancamnya
seraya menunjuk-nunjuk dan melangkah ke arah saya.
“Maaf,
pak. Saya tidak bermaksud untuk menculik anak bapak. Saya hanya sekadar
memperhatikannya karena kagum dengan
bocah kecil perempuan anak bapak,” sahut saya sambil menyusun kedua
telapak tangan minta maaf.
Laki-laki
itu terdiam. Lalu membuka rayben hitamnya. Namun kemudian lelaki di hadapan saya
terlihat mengerutkan dahi sambil memperhatikan saya.
“Kamu
Afriadi, bukan?”
Tiba-tiba ia menyebut nama saya. Sepertinya ia mengenal saya. Oh, tiba-tiba saya
juga merasa pernah mengenal orang di depan saya.
“Iya, benar. saya Afriadi. Kamu Burhan...?”
“Iya,
iya, saya …” sahutnya mengangguk-anguk. Kemudian Tanpa
saya memeluk saya penuh bersahabat.
“Aduh,
ngapain kamu kesini, kawan? Aku tidak menyangka kita bisa bertemu disini
setelah belasan tahun tak berjumpa.” ujar Burhan kemudian.
“Iya,
. Saya juga tidak menyangka disini kita bertemu. Dan, ternyata bocah yang saya
perhatikan dari tadi adalah putri kamu sendiri. Cantik dan memesona ,” ujar saya malu.
“Haiii…kamu
masih seperti ketika kita masih sekolah di SMA dulu. Suka memperhatikan
cewek-cewek cantik. Putriku sendiri yang masih bocah masih kamu perhatikan juga,
hehehe…”
“Ah,
kamu bisa saja, Burhan. Mamanya pasti cantik juga, bukan?” gurauku.
“Mamanya
kalah cantik sama anaknya,”
“Oh
ya, mamanya mana?” tanya saya mengalihkan pembicaraan.
“Pergi
arisan. Barusan saya kembali mengantarnya.”
Lalu
Burhan mengajak saya mampir. Kami bercerita kesana kemari mengingat masa lalu
di SMA. Sampai saya pamit, saya tak melihat bocah cantik memesona putrinya
Burhan. Bocah manis itu ternyata telah tidur karena kelelahan bermain.***