Strategi Mengintegrasikan Literasi dalam Pembelajaran
Juli 13, 2018
Strategi mengintegrasikan literasi dalam
pembelajaran – Abad ke- 21 yang lebih akrab disebut sebagai
era milenium, kiranya menuntut seseorang untuk banyak membaca dan menulis
(literasi). Kegiatan membaca dan menulis diyakini akan meningkatkan
keterampilan seseorang dalam berpikir
dan bertindak.
Oleh
sebab itu himbauan untuk mengembangkan budaya literasi di sekolah, keluarga dan
lingkungan masyarakat patut mendapat perhatian semua orang. Di lembaga sekolah
hal itu ditindaklanjuti dengan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Baca juga : Optimasi Program Literasi Sekolah
Dalam
pengertian terbatas, literasi dimaknai dengan membaca dan menulis. Akan tetapi
dalam konteks yang lebih luas, literasi mengandung makna kegiatan melihat,
membaca, menyimak, berbicara dan mencipta.
Pada
gilirannya, apa yang dilihat, dibaca, disimak dan dibicarakan akan dapat
menghasilkan sesuatu tulisan yang disebut dengan kegiatan menulis.
Unsur
kegiatan dalam literasi akan menghasilkan seseorang untuk kreatif (creative),
berpikir kritis (critical thinking), berkomunikasi (communication) dan bekerja
sama (collaboration).
Unsur
kegiatan literasi juga akan meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengakses,
memahami dan menggunakan berbagai informasi yang bermanfaat bagi diri sendiri
dan orang lain.
Literasi dalam pembelajaran
Budaya
membaca dan menulis dalam pembelajaran sudah lama diterapkan oleh guru. Hanya
saja, implementasinya dalam pembelajaran perlu disempurnakan. Penyempurnaan
dimaksud berkaitan dengan unsur dalam kegiatan literasi.
Selain
itu, budaya literasi diintegrasikan melalui strategi dan metode mengajar,
pengelolaan kelas dan kegiatan evaluasi. Dalam Kurikulum 2013, budaya literasi,
sebagaimana halnya pendidikan karakter, tidak menambah atau menyisip materi
pelajaran yang sudah ada.
Strategi
integrasi budaya literasi dalam pembelajaran dimulai dengan penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penyusunan RPP mengakomodasi seluruh waktu
pembelajaran, baik tahap pendahuluan dan kegiatan inti maupun kegiatan penutup.
Agar
pembelajaran bernuansa literatif maka dalam pembelajaran diperlukan berbagai
sumber dan media belajar.sumber belajar tidak hanya guru, lingkungan sekitar
juga menjadi bahan/sumber belajar.
Apa
yang terdapat dalam ruang kelas dapat dimanfaatkan bahan dan sumber belajar.
Begitu pula buku panduan, buku wajib dan buku penunjang.
Jika tidak memadai di
ruang kelas, guru dapat membawa siswa ke ruang perpustakaan atau buku itu
sendiri yang di bawa ke ruang kelas.
Sumber
dan media belajar dapat dalam bentuk audio maupun visual. Oleh sebab itu
literasi dikelompokkan kedalam literasi audio dan literasi visual.
Strategi
literasi mengandung makna meningkatkan kemampuan dalam memanfaatkan berbagai
sumber informasi yang ada di berbagai media.
Misalnya
media cetak (buku, jurnal, tabloid, surat kabar, majalah, dll). Dalam bentuk
digital, strategi literasi menghendaki peserta didik dapat mengakses dan
memanfaatkan media internet dan digital yang berkembang dewasa ini.
Bentuk
integrasi literasi dalam proses pembelajaran antara lain;
1.mengamati
objek media gambar/charta
2.mengamati
lingkungan sekitar sekolah berkaitan dengan materi pelajaran
3.membaca
sumber belajar seperti buku pelajaran, lks, buku catatan, dll.
4.mengumpulkan
informasi melalui lembaran observasi
5.menganalisis
informasi
6.mendiskusikan
secar kelompok
7mempresentasikan
hasil diskusi
8.bertanya
dan menjawab pertanyaan
9.menyimpulkan
10.menyajikan
laporan diskusi secara tertulis
11.memajang
laporan diskusi di perpustakaan sekolah.
Baca juga : Program Literasi Berbasis Kelas
Dapat
disimpulkan bahwa literasi dalam pembelajaran tidak hanya berkaitan dengan
kegiatan membaca dan menulis. Dalam literasi terdapat kegiatan pemahaman,
analisis, mengkomunikasikan dan sejumlah kemampuan lainnya.***