Optimalisasi TIK Sebagai Upaya Kebangkitan Pendidikan Kaum Disabilitas
Juli 11, 2018
Optimalisasi tik sebagai upaya kebangkitan pendidikan kaum disabilitas - Pendidikan
sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas merupakan usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Usaha
yang memerlukan pemikiran dan perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan.
Tujuan
yang hendak dicapai adalah agar peserta didik dapat mengembangkan potensi
dirinya secara aktif guna memperoleh berbagai kekuatan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Kekuatan dimaksud antara lain spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta kekuatan
keterampilan.
Berkaitan
dengan definisi di atas, pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus dan sesuatu
yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata namun lebih mendalam yaitu pemberian
pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan.
Saat
ini, jumlah kaum Disabilitas (Disability) seluruh dunia mencapai 1
milyar jiwa atau 12% dari jumlah penduduk dunia dan 80 % diantaranya berada di
negara berkembang.
Menurut catatan Kementrian Sosial RI, pada tahun 2011jumlah
penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 7 juta orang atau sekitar 3% dari
total penduduk di Indonesia yang berjumlah di 238 juta.
Menurut
UU No.4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat, penyandang cacat didefinisikan
sebagai setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat
mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara
selayaknya, yang terdiri dari penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental,
penyandang cacat fisik dan mental.
Pendidikan
bagi anak harus diberikan secara merata tanpa memandang kondisi dan status dari
peserta didiknya.
Hal ini dimaksudkan agar anak yang memiliki keterbatasan
fisik maupun mental, seperti anak berkebutuhan khusus, dapat memperoleh
pendidikan dengan kualitas yang sama dengan anak pada umumnya.
Dengan
adanya pemerataan pendidikan yang meluas, baik dalam hal kualitas maupun kuantitas,
wawasan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh setiap anak dapat juga dimiliki
oleh anak dengan kebutuhan khusus seperti
penderita tunanetra.
Pendidikan
bagi anak dengan kebutuhan khusus sudah diprogramkan oleh pemerintah. Pemerintah
telah menyusun suatu program bagi anak dengan kebutuhan khusus seperti berikut:
#Perencanaan pembelajaran dan pengorganisasian siswa
Pada
tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a).Menetapkan
bidang-bidang atau aspek problema belajar yang akan ditangani. Apakah seluruh
mata pelajaran, sebagian mata pelajaran, atau hanya bagian tertentu dari suatu
mata pelajaran.
b).Menetapkan
pendekatan pembelajaran yang akan dipilih termasuk rencana pengorganisasian
siswa, apakah bentuknya berupa pelajaran remedial, penambahan latihan-latihan
di dalam kelas atau luar kelas, pendekatan kooperatif, atau kompetitif, dan lain-lain.
c).Menyusun
program pembelajaran individual.
#Pelaksanaan pembelajaran
Selanjutnya, guru melaksanakan program
pembelajaran serta pengorganisasian siswa berkelainan dalam kelas reguler
sesuai dengan rancangan yang telah disusun dan ditetapkan pada tahap
sebelumnya.
Sudah
tentu pelaksanaan pembelajaran harus senantiasa disesuaikan dengan perkembangan
dan kemampuan anak, tidak dapat dipaksakan sesuai dengan target yang akan
dicapai oleh guru. Program tersebut bersifat fleksibel.
#Pemantauan kemajuan belajar dan evaluasi
Sebagai upaya mengetahui keberhasilan
guru dalam membantu mengatasi kesulitan belajar anak, perlu dilakukan pemantauan
secara terus menerus terhadap kemajuan dan/atau bahkan kemunduran belajar anak.
Jika
anak mengalami kemajuan dalam belajar, pendekatan yang dipilih guru perlu terus
dimantapkan, tetapi jika tidak terdapat kemajuan, perlu diadakan peninjauan
kembali, baik mengenai isi dan pendekatan program, maupun motivasi anak yang
bersangkutan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangannya.
Dengan
demikian diharapkan pada akhirnya semua problema belajar anak, secara bertahap
dapat diperbaiki sehingga anak terhindar dari kemungkinan tidak naik kelas atau
bahkan putus sekolah.
#Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
Selain program dari pemerintah,
urgensi optimalisasi terhadap pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) dalam membangkitkan pendidikan bagi kaum disabilitas juga sangat
diperlukan.
Hal
inilah yang seharusnya dijadikan solusi untuk mengatasi permaslahan penyandang
disabilitas di Indonesia.
Meskipun
jumlah penyandang disabilitas di Indonesia sangat banyak, tetapi pada
kenyataannya perhatian masyarakat dan juga pemerintah sendiri sangat minim
terkait pengembangan kemampuan penyandang cacat dengan memanfaatkan peran TIK.
Buktinya,
di Indonesia banyak sekali Sekolah Luar Biasa (SLB) maupun sekolah Inklusif yang
fasilitas teknologinya sangat minim.
Padahal
jika dilihat dari segi potensinya, TIK mempunyai andil yang cukup besar dalam
peningkatan kualitas pendidikan untuk penyandang cacat.
Aspek
cakupan teknologi begitu luas, sehingga dengan pengolahan dan pengembangan yang
sebaik-baiknya akan didapat produk-produk baik berupa alat, media pembelajaran,
maupun situs-situs yang bisa dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam proses
pembelajaran bagi penyandang disabilitas dan sebagai media bentuk kepedulian
terhadap mereka.
Dengan
mengetahui hal ini, harapannya semakin banyak orang yang mengerti terhadap
perkembangan teknologi dan peduli terhadap kaum disabilitas, akan berdampak
pada kemajuan pendidikan kaum disabilitas.
Sudah
saatnya dengan optimalisasi teknologi menjadi salah satu sarana tonggak
kebangkitan pendidikan untuk kaum disabilitas, karena pada hakekatnya
pendidikan itu adalah hal yang fundametal dan perlu didapatkan oleh setiap
insan.
Penulis : *Achmad Muslichun (Kurikulum dan Teknologi Pendidikan)