Gadis Cantik Murid Pak Guru

Andri memutar tubuhnya sembilan puluh derajat. Kini tubuhnya miring, menghadap ke arah cermin hias yang tergantung dinding kamar kostnya. Matanya tak sengaja menatap gelang biru yang tergantung di paku, persis di bawah cermin hias itu.
Gelang biru itu telah menggerakkannya untuk bangkit dari tempat tidur. Kemudian meraih gelang biru kenang-kenangan dari muridnya itu
“Marsita…”
 Tak sengaja bibir Andri menyebut nama yang tertulis di gelang biru itu. Tiba-tiba wajah murid cantik itu kembali bersarang di angan-angannya. Seorang murid cantik di kelas yang diajarnya ketika praktek pengalaman lapangan di sebuah SMP.
 “Pak…, tunggu…!”
Seorang siswa perempuan berteriak memanggil seraya mempercepat langkah mengejar langkah gurunya. Guru muda itu menghentikan langkahnya, kemudian menoleh ke belakang.
 “Ada apa, Marsi?” tanya Andri
“Bapak sibuk, ya?”
“Hm, enggak juga. Emanngnya kenapa?”
“Boleh minta waktu untuk bicara dengan bapak?”
“Tentu saja boleh. Hm, sepertinya penting banget,”
“Dibilang penting, enggak. Di bilang ndak penting… entahlah..”
“Baiklah, kita ke bawah pohon itu, biar nyaman ngomongnya..” ujar Andri seraya melangkah menuju pohon mangga yang rimbun di pekarangan sekolah.
Sampai di bawah pohon mangga, Marsita tak bicara apa-apa. Sementara itu Andri juga diam. Menunggu apa yang disampaikan Marsita.
“Pak….?’ Marsita nampak ragu-ragu.
“Iya…, kamu mau ngomong apa…?”
Marsita diam lagi.
“Tidak usah malu, ngomong saja…” desak Andri.
“Usai acara perpisahan ini, bapak enggak akan kesini lagi ya?”
“Hm, mungkin…”
Marsita merongoh saku roknya. Kemudian mengeluarkan sebuah benda melingkar berwarna biru.
“Pak…, terimalah gelang biru ini sebagai kenang-kenangan dari murid yang pernah bapak ajar,” ujar Marsita dengan suara terbata-bata seraya menyodorkan gelang itu pada tangan Andri.
Andri menyambut gelang biru itu dari muridnya. Namun guru PL itu mendadak melongo ketika Marsita pergi begitu saja setelah memberikan gelang berwarna biru itu.
Andri hanya geleng kepala.
*****
Lamunan Andri buyar. Ia menghela nafas. Perlahan kembali meletakkan gelang berwarna biru itu kembali pada paku gantungan di bawah cermin hias.
Entah mengapa wajah Marsita selalu hadir dalam angannya. Seorang siswa cantik namun cerdas. Tapi entah kapan lagi akan berjumpa dengan Marsita nun jauh di sekolah sana.
Satu-satunya kenang-kenangan dari siswa yang masih tersisa hanyalah gelang berwarna biru pemberian Marsita.
Waktu satu semester untuk praktik mengajar terasa begitu cepat berlalu. Ia baru menyadari ketika acara perpisahan dengan mahasiswa PL. Ternyata mengajar itu pekerjaan yang menyenangkan.
Waktu bergulir begitu cepat karena selalu bergaul dengan anak didik. Tidak hanya di ruang kelas dalam kegiatan belajar mengajar tatap muka. Mendampingi siswa berkegiatan ekstrakurikuler tak kalah asyiknya.
Jadi guru PL saja sudah mengasyikkan apalagi jadi guru benaran. Oleh sebab itu Andri bertekad untuk menyelesaikan perkuliahannya tepat pada waktunya.
 “Jika aku wisuda nanti dan berhasil jadi guru benaran, pasti  akan kucari kembali kamu Marsita, meskipun suasananya mungkin sudah jauh berbeda,”.kata Andri membatin.***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel