Gadis Cantik Murid Pak Guru
September 27, 2018
Andri
memutar tubuhnya sembilan puluh derajat. Kini tubuhnya miring, menghadap ke
arah cermin hias yang tergantung dinding kamar kostnya. Matanya tak sengaja
menatap gelang biru yang tergantung di paku, persis di bawah cermin hias itu.
Gelang
biru itu telah menggerakkannya untuk bangkit dari tempat tidur. Kemudian meraih
gelang biru kenang-kenangan dari muridnya itu
“Marsita…”
Tak sengaja bibir Andri menyebut nama yang
tertulis di gelang biru itu. Tiba-tiba wajah murid cantik itu kembali bersarang
di angan-angannya. Seorang murid cantik di kelas yang diajarnya ketika praktek
pengalaman lapangan di sebuah SMP.
“Pak…, tunggu…!”
Seorang
siswa perempuan berteriak memanggil seraya mempercepat langkah mengejar langkah
gurunya. Guru muda itu menghentikan langkahnya, kemudian menoleh ke belakang.
“Ada apa, Marsi?” tanya Andri
“Bapak
sibuk, ya?”
“Hm,
enggak juga. Emanngnya kenapa?”
“Boleh
minta waktu untuk bicara dengan bapak?”
“Tentu
saja boleh. Hm, sepertinya penting banget,”
“Dibilang
penting, enggak. Di bilang ndak penting… entahlah..”
“Baiklah,
kita ke bawah pohon itu, biar nyaman ngomongnya..” ujar Andri seraya melangkah
menuju pohon mangga yang rimbun di pekarangan sekolah.
Sampai
di bawah pohon mangga, Marsita tak bicara apa-apa. Sementara itu Andri juga
diam. Menunggu apa yang disampaikan Marsita.
“Pak….?’
Marsita nampak ragu-ragu.
“Iya…,
kamu mau ngomong apa…?”
Marsita
diam lagi.
“Tidak
usah malu, ngomong saja…” desak Andri.
“Usai
acara perpisahan ini, bapak enggak akan kesini lagi ya?”
“Hm,
mungkin…”
Marsita
merongoh saku roknya. Kemudian mengeluarkan sebuah benda melingkar berwarna
biru.
“Pak…,
terimalah gelang biru ini sebagai kenang-kenangan dari murid yang pernah bapak
ajar,” ujar Marsita dengan suara terbata-bata seraya menyodorkan gelang itu
pada tangan Andri.
Andri
menyambut gelang biru itu dari muridnya. Namun guru PL itu mendadak melongo
ketika Marsita pergi begitu saja setelah memberikan gelang berwarna biru itu.
Andri
hanya geleng kepala.
*****
Lamunan
Andri buyar. Ia menghela nafas. Perlahan kembali meletakkan gelang berwarna
biru itu kembali pada paku gantungan di bawah cermin hias.
Entah
mengapa wajah Marsita selalu hadir dalam angannya. Seorang siswa cantik namun
cerdas. Tapi entah kapan lagi akan berjumpa dengan Marsita nun jauh di sekolah
sana.
Satu-satunya
kenang-kenangan dari siswa yang masih tersisa hanyalah gelang berwarna biru
pemberian Marsita.
Waktu
satu semester untuk praktik mengajar terasa begitu cepat berlalu. Ia baru
menyadari ketika acara perpisahan dengan mahasiswa PL. Ternyata mengajar itu
pekerjaan yang menyenangkan.
Waktu
bergulir begitu cepat karena selalu bergaul dengan anak didik. Tidak hanya di
ruang kelas dalam kegiatan belajar mengajar tatap muka. Mendampingi siswa
berkegiatan ekstrakurikuler tak kalah asyiknya.
Jadi
guru PL saja sudah mengasyikkan apalagi jadi guru benaran. Oleh sebab itu Andri
bertekad untuk menyelesaikan perkuliahannya tepat pada waktunya.
“Jika aku wisuda nanti dan berhasil jadi guru
benaran, pasti akan kucari kembali kamu Marsita,
meskipun suasananya mungkin sudah jauh berbeda,”.kata Andri membatin.***