Perjalanan Panjang (Bagian Pertama)

Perjalanan panjang (bagian pertama) -Rusdi merasa lega ketika memasuki wilayah Simawang. Kondisi jalan sudah menurun dan berliku-liku. Dengan begitu motor yang membawa Rusdi dan istrinya meluncur dengan santai. Sesaat lagi ia akan sampai di pasar Ombilin. Setelah itu ia akan melewati jalan raya Lintas Sumatera tanpa pendakian, menuju kampung halamannya.

Ilustrasi perjalanan panjang (pixabay.com)

Motor bebek Rusdi tak perlu lagi mengeluarkan tenaga dalamnya, untuk membawanya sampai ke Sumani. Di pertigaan jalan pinggiran Danau Singkarak, Rusdi membelok ke kiri dengan kecepatan lebih sedikit dari kecepatan orang berlari.

Yang lebih lega lagi Salmina, istrinya yang duduk membonceng di belakang, Kenapa tidak? Panggulnya terasa pegal saking lamanya duduk tenang di jok belakang  Selama perjalanan ia tidak dapat bergerak bebas karena jok motor kelewat pendek untuk diduduki pengendara dan pembonceng.

Bagi Salmina, perjalanan ke kampung suaminya ini terasa panjang meskipun jarak tempuh tidak terlalu jauh. Namun apa hendak dikata, perjalanan panjang itu harus dilalui dengan sabar.

Salmina tidak bisa berbicara apa-apa kepada suaminya. Lidahnya seakan tergigit ketika hendak mengusulkan kepada suaminya untuk menggantinya dengan motor baru. Ia paham dengan keadaan dimana anak-anaknya saat ini sedang membutuhkan uang banyak untuk kelanjutan pendidikan mereka.

Ada yang masih duduk di bangku SMP dan SMA. Bahkan dua orang anak menduduki bangku kuliah. Untung satu orang, si sulung sudah menamatkan kuliahnya dan sudah bekerja di swasta.

Bagi Rusdi, motor jenis bebek keluaran 1996 itu membuat ia nyaman untuk mengendarainya setiap bepergian dekat maupun jauh. Jarang mogok dan hemat bahan bakar. Seakan motor bebek itu mengerti keadaan pemiliknya sehingga berkelakuan baik, tidak menguras isi dompet..

Saat ini biaya reperasi kendaraan bermotor roda dua tidak terbilang murah. Begitu pula harga bahan bakar minyak (BBM) naik tiap sebentar. Dua poin ini sering membuat pemilik kendaraan mengeluh.

Memang, usia sepeda motor bebek yang sering menemani Rusdi dan istrinya itu  tidak terbilang muda lagi. Tenaganya sudah jauh berkurang.  Tak dapat dikebut agar lebih cepat sampai ditujuan tatkala digunakan untuk  bepergian.

Ketika mendaki tanjakan tenaganya tidak bisa diandalkan lagi. Apalagi ditanjakan cukup tajam. Kecepatannya nyaris sama dengan orang berjalan kaki. Itu pun harus menggunakan gear tarik untuk menghadapi tanjakan tajam.

Namun yang lebih penting bagi Rusdi, ia dan istrinya yang membonceng di belakang sampai ke tujuan, meskipun dalam waktu cukup lama. Biar lambat asal selamat. (Bersambung).***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel