Perjalanan Panjang (Bagian Pertama)
November 05, 2018
Perjalanan panjang (bagian pertama) -Rusdi merasa lega ketika
memasuki wilayah Simawang. Kondisi jalan sudah menurun dan berliku-liku. Dengan
begitu motor yang membawa Rusdi dan istrinya meluncur dengan santai. Sesaat lagi ia akan sampai di pasar Ombilin. Setelah itu ia akan melewati
jalan raya Lintas Sumatera tanpa pendakian, menuju kampung halamannya.
Ilustrasi perjalanan panjang (pixabay.com)
Motor
bebek Rusdi tak perlu lagi mengeluarkan tenaga dalamnya, untuk membawanya
sampai ke Sumani. Di pertigaan jalan pinggiran Danau Singkarak, Rusdi membelok
ke kiri dengan kecepatan lebih sedikit dari kecepatan orang berlari.
Yang
lebih lega lagi Salmina, istrinya yang duduk membonceng di belakang, Kenapa
tidak? Panggulnya terasa pegal saking lamanya duduk tenang di jok belakang Selama perjalanan ia tidak dapat bergerak
bebas karena jok motor kelewat pendek untuk diduduki pengendara dan pembonceng.
Bagi Salmina, perjalanan ke kampung suaminya ini terasa panjang meskipun jarak tempuh tidak terlalu jauh. Namun apa hendak dikata, perjalanan panjang itu harus dilalui dengan sabar.
Salmina
tidak bisa berbicara apa-apa kepada suaminya. Lidahnya seakan tergigit ketika
hendak mengusulkan kepada suaminya untuk menggantinya dengan motor baru.
Ia paham dengan keadaan dimana anak-anaknya saat ini sedang membutuhkan uang banyak untuk kelanjutan pendidikan mereka.
Ada
yang masih duduk di bangku SMP dan SMA. Bahkan dua orang anak menduduki bangku kuliah. Untung
satu orang, si sulung sudah menamatkan kuliahnya dan sudah bekerja di swasta.
Bagi
Rusdi, motor jenis bebek keluaran 1996 itu membuat ia nyaman untuk
mengendarainya setiap bepergian dekat maupun jauh. Jarang mogok dan hemat bahan
bakar. Seakan motor bebek itu mengerti keadaan pemiliknya sehingga berkelakuan baik, tidak menguras isi dompet..
Saat
ini biaya reperasi kendaraan bermotor roda dua tidak terbilang murah. Begitu
pula harga bahan bakar minyak (BBM) naik tiap sebentar. Dua poin ini sering membuat
pemilik kendaraan mengeluh.
Memang,
usia sepeda motor bebek yang sering menemani Rusdi dan istrinya itu tidak terbilang muda lagi. Tenaganya sudah
jauh berkurang. Tak dapat dikebut agar
lebih cepat sampai ditujuan tatkala digunakan untuk bepergian.
Ketika
mendaki tanjakan tenaganya tidak bisa diandalkan lagi. Apalagi ditanjakan cukup
tajam. Kecepatannya nyaris sama dengan orang berjalan kaki. Itu pun harus
menggunakan gear tarik untuk
menghadapi tanjakan tajam.
Namun
yang lebih penting bagi Rusdi, ia dan istrinya yang membonceng di belakang
sampai ke tujuan, meskipun dalam waktu cukup lama. Biar lambat asal selamat. (Bersambung).***