Perjalanan Panjang (Bagian Kedua)
November 09, 2018
Perjalanan panjang (bagian kedua) -Setelah
membelok ke kiri, Rusdi melewati jembatan Ombilin. Jembatan yang cukup panjang
dan lebar. Rusdi dapat menoleh ke kanan untuk menyaksikan jembatan kereta api
dengan latar keindahan alam danau Singkarak.
Di
ujung jembatan, jalan raya melintas sepasang rel kereta api. Rusti sedikit
ekstra hati-hati mengendarai motornya. Pasalnya posisi jalan raya yang serong
kanan melintasi rel kereta api rentan membuat ban kendaraan roda dua selip.
Tiba-tiba
pegangan tangan Rusdi terasa bergetar. Ada sesuatu yang tidak beres telah
terjadi dengan ban motor sehingga jalannya motor tidak stabil.
Rusdi
segera meminggirkan motornya. Sejenak menukikkan pandangan ke bagian bawah velg motor. Ternyata ban motornya sudah
kempes.
“Sepertinya
bannya kempes, mas…” ujar Salmina seraya turun dari jok. Berdiri agak ke
pinggir.
“Iya,
tadi mas lupa menambah angin benennya, apalagi ban belakang nyaris botak,”
sahut Rusdi seraya turun dari motor dan mematikan mesinnya. Kemudian memasang
standar berdiri motornya.
“Numpang
tanya, pak…Dimana tempat tempel benen terdekat, ya pak?” Rusdi bertanya pada
laki-laki setengah baya yang kebetulan lewat di tempat itu
“Oh,
sekitar dua ratus meter lagi dari sini, pak…” sahut orang itu seraya menunjuk
ke arah selatan jalan raya.
“Terima
kasih, pak.”
“Iya,
“ Pria itu mengangguk.
Rusdi
memandang istrinya sejenak.
“Mina,
kamu tunggu mas di depan kedai itu,” ujar Rusdi menunjuk warung di seberang
jalan.
“Ya,
mas.” sahut Salmina seraya menoleh ke kiri dan kekanan jalan dan kemudian
menyeberang jalan.
Sementara
itu Rusdi segera menyalakan motor. Tetapi ia bukan untuk mendorong motornya
menuju tempat tempel benen. Melainkan menaiki motor dengan kondisi ban sedang kempes.
Memang, motor terasa tidak stabil dan tidak enak dikendarai.
Rusdi
menemukan tempat tempel benan yang dicarinya. Menyeberang kalan ke sebelah
kanan. Setelah bercakap-calkap dengan tukang tempel benen, Rusdi meninggalkan
tempat itu. Berjalan kaki menuju warung dimana Salmina tadi menunggu.
“Motornya
tidak ditunggui, mas?” tanya Salmina.
“Tidak
apa-apa, kita serahkan saja pada tukang tambal benen,” sahut Rusdi.
“Nanti
dicurangi oleh tukang tambal benen, mas.”
“Biar
aja, Mina. Dia juga yang berdosa.”
Rusdi
dan salmina mencari tempat duduk di sebelah warung. Di bawah pohon perindang di
pinggir danau terdapat bangku panjang tempat duduk.
Danau
Singkarak terlihat beriak-riak kecil di tiup angin siang. Danau terluas kedua
di Pulau Sumatera ini nampak membiru dengan latar belakang deretan bukit
barisan di sebelah barat.
Simak kembali : Perjalanan Panjang Bagian Pertama
Tiba-tiba
Rusdi teringat masa sekolah dulu dimana ia dan teman-temannya sering
mengelilingi danau Singkarak menggunakan sepeda…. (Bersambung)