Banjir dan Tanah Longsor di Musim Penghujan, Jadikan Pembelajaran
Desember 15, 2018
Banjir dan tanah longsor di musim hujan, jadikan pembelajaran – Kuartal
terakhir di tahun 2018 ini merupakan musim penghujan. Berbeda dengan beberapa
tahun sebelumnya dimana pada empat bulan menjelang tahun baru terjadi musim
kemarau. Kekeringan terjadi sampai mengeringnya sumur galian di sebagian kecil rumah
penduduk.
Dulu,
pernah orang beranggapan bahwa bulan yang berakhiran ‘ber’ adalah bulan musim
hujan. Di bulan-bulan ini banyak curah hujan di wilayah Indonesia. Hal tersebut
tidak terjadi beberapa tahun belakangan.
Namun
tahun ini fenomena musim hujan di bulan-bulan berakhiran ‘ber’ itu kembali
terjadi untuk tahun 2018 ini.
Di
Sumatera Barat misalnya, musim penghujan itu telah dimulai sekitar bulan
September lalu. Hujan yang berkepanjangan telah mendatangkan musibah banjir dan
tanah longsor (galodo).
Kita
membaca dan mendengar di berbagai media. Sejak September tahun ini, hampir
semua kabupaten/kota mengalamai bencana alam banjir dan tanah longsor..
Banjir
telah menggenangi berbagai tempat dan areal pertanian. Tanah longsor di
berbagai tempat, menutupi ruas jalan sehingga menghambat jalur akses
transportasi antar desa, antar kabupaten/kota bahkan antar provinsi.
Sebutlah
pada bulan Desember ini, tanah longsor di Sitinjau Laut (Padang) yang sudah dua
kali terjadi di bulan ini. Begitu pula tanah longsor yang menutupi ruas jalan
di Kabupaten 50 Kota. Kemudian jembatan penghubung ruas jalan Padang - Bukitinggi
di Kayu Tanam, ambruk dihantam banjir.
Musim
penghujan di akhir tahun memang telah mendatangkan bencana alam di berbagai
daerah, khususnya di Sumatera Barat. Paling tidak, fenomena alam tersebut
menjadi pembelajaran bagi kita untuk semakin dekat dengan Maha Pencpta.
Selain
itu juga menjadi peringatan agar kita
menjaga kelestarian lingkungan alam. Memelihara perbukitan dan pegunungan agar
tidak terjadi erosi melalui gerakan penghijauan.