Cintanya Cinta Bukan Cinta Biasa - Bagian 1

Cinta gadis malang – Gadis lima belasan tahun berseragam putih dongker itu bergegas memasuki gerbang sekolah. Wajahnya yang purtih bersih nampak pucat pertanda kecemasan mendera hatinya. Cemas karena terlambat lagi datang ke sekolah.

Cinta, gadis belia itu memang sering terlambat ke sekolah karena ia harus membantu orangtuanya dulu sebelum berangkat sekolah. Ia diantar oleh pak Diman, tukang ojek yang menjadi langganannya setiap pergi dan pulang sekolah. Pak Diman selalu setia mengantar dan menjemput Cinta tiap hari.

Semnetara itu pak Diman masih terpaku di atas jok motornya di depan gerbang sekolah. Begitu lama lelaki paruh baya itu hanyut dengan pikirannya. Memikirkan nasib malang Cinta, gadis kecil yang selama ini diasuh oleh keluarga pak Jaya.

Pak Diman merasa trenyuh. Cinta tak pernah tahu siapa orangtua sebenarnya. Cinta, gadis yang sekarang duduk dibangku kelas 9 es-em-pe itu mengira kalau pak Jaya dan buk Fatimah adalah orangtua kandungnya.

“Kalau begitu, biarlah kami yang merawat bayi mungil ini, pak Diman….”

Kalimat itu masih terngiang di telinga pak Diman. Kalimat yang diucapkan oleh pak Jaya ketika ia menyerahkan bayi yang ditemukanya di pos ronda, 15 tahun silam.

Subuh itu tak sengaja pak Diman menemukan bayi mungil di pos ronda terbalut rapi dengan selimut bayi. Ia merasa capek dan ingin beristirahat menunggu datangnya pagi, setelah mengantarkan salah seorang warga ke luar kabupaten.

Pak Diman sempat bingung mau berbuat apa. Namun ketika kebingungan melanda, pak Jaya dan istrinya lewat di depan pos ronda. Pak Diman segera memberi tahu kepada pak Jaya kalau ia menemukan bayi dalam pos ronda.

“Pak Diman sudah tahu kami memang tidak dikarunia anak. Jadi kami akan merawatnya dan menganggapnya sebagai anak sendiri,” sela istri pak Jaya.

“Tapi pak Diman rahasiakan semua ini, ya?  Kalau ada yang bertanya tentang bayi ini, bilang saja cucu dari saudara saya yang di kota,” timpal pak  Jaya.

“Baik, pak Jaya. Akan saya jaga rahasia ini selamanya,” sahut pak Diman.

Pak Diman tersentak dari lamunannya. Kemudian berbalik arah memutar motornya dan meninggalkan gerbang sekolah. Tak disadari pak Diman telah terhanyut oleh kejadian 15 tahun silam. (Bersambung…)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel