Pesan Ayah Tentang Gaji

Belasan tahun Johan menjadi pegawai negeri sipil guru. Ia diangkat pertama kali menjadi pegawai guru dengan golongan dua. Tentu saja penghasilan dari golongan rendah itu belum mencukupi untuk kebutuhan hidup rumah tangga.

Dari bulan ke bulan terpaksa berhutang pada teman seprofesi. Kemudian ketika menerima gaji di awal bulan, yang diutamakan Johan adalah membayar hutang. Dengan cara seperti itu, rekan-rekan seprofesi akan percaya dan mau meminjamkan uangnya.

Begitulah kehidupan Johan dari bulan ke bulan sebagai pegawai negeri golongan rendah dengan tanggungan istri dan dua anak. Gali lubang tutup lubang, seperti kata pepatah.

Tapi masih untung ketika itu anak-anak Johan masih kecil sehingga belum banyak mengeluarkan uang untuk membiayai pendidikan anaknya. Masih untung juga waktu itu biaya hidup untuk yang lain-lain, belum banyak.

Johan menghela nafas... 

Terasa sesak ketika membandingkan kehidupannya semasa bergolongan rendah dengan masa sekarang ini. Kini anak-anaknya sudah memasuki bangku pendidikan menengah dan tinggi.

Saat ini memang, Johan sudah bergolongan paling tinggi untuk jabatan pegawai negeri guru. Bahkan sudah ada pula program sertifikasi guru sehingga penghasilannya jauh lebih besar.

Johan tak habis pikir. Dulu dengan gaji pas-pasan, ia bisa hidup dengan tenang. Sekarang dinamika hidup itu semakin membuat ia selalu berlari dan berlari kencang. Mengejar sesuatu yang tak pernah jelas apa wujudnya.

Sekejap Johan teringat pesan almarhum ayahnya. Ketika dia diangkat sebagai pegawai negeri pertama kali, ayahnya berpesan agar selalu bersyukur. Gaji yang diterima setiap bulan, besar atau kecil, harus disyukuri.

Jika gaji yang diterima disyukuri maka Allah SWT akan mencukupinya. Tidak mesti dengan jumlah melainkan dengan berkahnya. Gaji yang kecil disyukuri akan terasa membuat hidup tentram karena memang gaji itu memiliki keberkahan.

Gaji yang diterima tiap bulan itu adalah halal. Namun jangan bersembunyi di balik label halal gaji yang diterima. Gaji yang dibayarkan pemerintah itu berasal dari uang rakyat. Maka tunaikanlah kewajiban sebagai pegawai negeri dengan sebaik mungkin.

Semakin tinggi pangkat atau jabatan semakin tinggi pula gaji yang dibayarkan oleh pemerintah. Sejalan dengan itu tugas dan tanggung jawab pegawai negeri juga semakin besar.

“Jika kamu melalikan tugas dan tanggung jawabmu sebagai pegawai negeri maka lambat atau cepat, kamu akan merima akibatnya, Johan. Paling tidak membuat bathinmu tidak tentram, selalu merasa kurang dan lain sebsagainya yang tidak nampak secara fisik oleh orang lain. Itu tandanya gaji yang kamu terima tidak berkah.” tutur ayahnya tegas.

Johan tersentak dari lamunannya...

“Maafkan aku, ayah. Mungkin aku telah lupa pesanmu selama ini sehingga aku merasakan betapa gaji yang kudapatkan terasa kurang berkahnya. Hidupku lebih banyak gelisah tanpa tahu penyebabnya.

Johan segera bangkit. Melangkah ke kamar mandi dan berwudhuk. Kemudian melaksanakan shalat Isya bersama istrinya. Ia jadi sadar kalau selama ini dirinya kurang besyukur dan melupakan pesan ayahnya. (Kiriman:  Rajo Mudo)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel