Renungan Kecil Tentang Pedagang di Pasar Tradisional

Renungan kecil tentang pedagang di pasar tradisional – Ketika anda berbelanja ke pasar tradisional, anda mampir di tempat orang jual sayur dan bumbu masak. Mungkin anda melihat ibu-ibu membentang sayuran atau bahan bumbu dapur. Kemudian anda juga pergi ke toko kelontong, toko emas, toko pakaian dan sebagainya di sekitar pasar tradisional tersebut

Bisa jadi anda juga mampir di toko elektronik yang menjual aneka alat elektronik seperti TV, tape recorder, receiver, dan lain sebagainya.

Begitu pula toko toko gadget yang menyediakan aneka gadget seperti HP, laptop, komputer, dan lain sebagainya.

Apa yang anda pikirkan setelah kembali dari tempat berbelanja tersebut?

Anda mungkin lebih tergiur dengan suasana dalam toko ketimbang suasana los pasar. Soalnya barang-barang mewah dan menarik disediakan di sana.

Dan, sebaliknya mungkin juga ada di antara anda justru menjadi kagum dengan ibu-ibu penjual sayur dan bumbu masak di los pasar.

Kenapa kagum?

Anda melihatnya dari sudut pandang lain. Sayuran dan bumbu masak boleh dikatakan barang dagangan yang rendah modalnya.

Bahkan tidak pakai modal sedikitpun karena semua itu sudah tersedia di kebun atau pekarangan rumah mereka sendiri. 

Petani sekaligus pedagang ini tinggal petik dan menjualnya ke pasar tradisional saat hari pasar datang.

Umumnya mereka tak berpikir rumit. Jika sayuran dan bumbu masak tersebut tidak laris, pedagang membawanya pulang kembali dan menunggu hari pasar berikutnya.

Bahan sayuran yang sudah layu akan diberikan kepada orang lain tanpa dibeli atau bahkan membuangnya karena tak mungkin dijual lagi.

Bila sayuran dan bumbu dapur laris, pedagang akan senang dan bahagia. Uang yang diterima sudah pasti menjadi milik sendiri dan digunakan sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Paling hanya menyetor harga beli kepada tengkulak. Tidak memikirkan sewa tempat berdagang, tidak memikirkan setoran kepada pihak lain.

Tentu akan berbeda dengan pedagang yang berdagang di toko. Sewa toko harus dipikirkan dan setoran kepada pemilik modal harus dikeluarkan. Bersyukurlah bagi yang mempunyai toko dan modal sendiri. 

Hasil penjualan barang dagangan yang diperoleh hanya untuk diri sendiri, kira-kira sama dengan pedagang sayur dan bahan bumbu di los pasar.

Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa apa pun usaha ekonomi yang dijalankan seseorang, yang penting adalah bagaimana menekuni dan mensyukurinya.

Riski itu bukan persoalan jumlah melainkan keberkahannya. Juga bukan persoalan level usahanya.
Demikianlah sekadar inspirasi tentang lika liku kehidupan di pasar untuk bahan renungan menuju rasa syukur kepada Allah SWT.***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel