Mesin Absensi Sidik Jari dan Penegakan Disiplin Guru dan Pegawai
Februari 04, 2019
Mesin absensi sidik jari dan penegakan disiplin guru dan Pegawai – Sesuatu yang baru akan menimbulkan kesan tersendiri
bagi seseorang maupun kelompok orang dalam suatu komunitas. Begitu pula
perubahan sistem, diyakini membawa dampak psikis bagi anggota komunitas
tersebut.
Termasuk penggunaan alat baru dan perubahan sistem pengambilan absensi guru dan pegawai di sekolah.
Apalagi alat baru dan sistem tersebut akan mengubah kebiasaan yang berlaku selama ini.
Sebagai
contoh, penggunaan mesin absensi sidik jari yang biasa dikenal dengan fingerprint. Sistem absensi digital ini akan
mengubah kebiasaan guru dan pegawai dalam mengambil absen di sekolah.
Selama
ini guru dan pegawai sudah terbiasa dengan pengisian absensi secara
konvensional.
Guru dan pegawai cukup membubuhkan tanda tangan pada blanko
absensi yang disediakan pihak sekolah.
Namun
sejak sistem absensi diubah, guru dan pegawai merasa agak ‘terkekang’.dan
merasa berat. Kenapa tidak?
Biasanya tidak ada waktu yang mengikat, kapan
menandatangani blanko kehadiran. Kini penggunaan fingerprint mengubah semua
itu.
Hal-hal
unik terjadi pada awal penggunaan printfinger. Seperti di SMPN 2 Lintau Buo
Kab.Tanah Datar. Guru dan pegawai nampak antri mengambil absen pulang.
Sebelumnya beberapa jam lebih mereka harus menunggu sampai datangnya pukul
14.30 WIB.
Pasalnya,
proses belajar mengajar di sekolah telah berakhir pukul 11.50 WIB. Siswa sudah
meninggalkan sekolah. Otomatis guru dan pegawai harus menunggu di sekolah
sampai pukul 14.30 WIB.
Sistem absensi mesin sidik jari
Pada
mulanya mesin absensi sidik jari digunakan oleh perusahaan untuk mengambil absensi
karyawan.
Cara pengambilan absen ini konon lebih efektif dari cara manual dan
konvensional. Hal ini terutama dalam penerapan disiplin waktu bagi karyawan.
Sehingga
penggunaan mesin fingerprint dapat memajukan perusahaan tersebut.
Saat
ini lembaga pemerintah maupun swasta pun sudah banyak yang menggunakan mesin
sidik jari tersebut.
Di lembaga sekolah pada umumnya sudah menggunakan mesin
sidik jari dan meninggalkan cara manual dan konvensional.
Dalam
aspek kedisiplinan pegawai, penggunaan fingerprint dinilai cukup baik karena
dapat ‘memaksa’ pegawai untuk tidak terlambat atau pulang lebih cepat dari
akhir jam kerja.
Mungkin
pada awalnya banyak guru dan pegawai yang merasa terkekang, seperti halnya di
SMPN 2 Lintau Buo.
Sebab sebelumnya sudah terbiasa mengambil absensi secara
manual, membubuhkan tanda tangan pada lembaran blanko absensi yang disediakan
di sekolah.
Lama
kelamaan diyakini juga, para guru dan pegawai akan terbiasa menggunakan sistem
absensi sidik jari.
Disiplin waktu untuk bekerja benar-benar dapat diterapkan
di sekolah.
Mesin
absensi sidik jari memang dapat mengelola disiplin waktu guru dan pegawai dalam
bertugas.
Tentunya absensi ini kelak berkaitan dengan masalah tunjangan dan
insentif guru dan pegawai.
Namun
perlu digarisbawahi, mesin absensi tidak dapat memantau proses dan kinerja guru
dan pegawai. Dengan demikian mesin fingerprint semata hanya untuk menerapkan
disiplin kerja.
Bukan
mustahil, kelak ada sistem absensi yang lebih canggih dari fingerprint untuk
guru dan pegawai. Sistem absensi yang dapat mengelola kehadiran maupun proses
dan kinerjanya.
Konon,
sudah ada pemikiran untuk mengganti mesin fingerprint dengan sistem absensi
berbasis web. Sistem ini diakses melalui perangkat masing-masing pegawai dengan
menggunakan userid dan password tertentu.
Lihat juga : Penerapan Sistem Absensi Mesin Sidik Jari
Absensi
berbasis web bukanlah alat mesin melainkan sebuah aplikasi yang dapat diakses
melalui komputer atau laptop serta gadget yang dihubungkan dengan jaringan
internet. Entahlah.***