Berpacu dalam Mengejar Mesin Absensi di Sekolah

Berpacu dalam 'mengejar' mesin absensi di sekolah – Penggunaan mesin absensi sidik jari atau lebih dikenal dengan fingerprint di instansi atau lembaga pemerintah maupun swasta bukanlah hal baru. Sebagian memang sudah lama menerapkan.sistem absensi yang menggunakan jempol atau telunjuk ini.

Sistem absensi printfinger rupanya telah merambah ke semua lembaga dan instansi, walaupun penerapannya secara bertahap. Lembaga sekolah pun boleh dikatakan sudah mulai menerapkan sistem absensi sampai ke pelosok.

Fenomena unik sering terjadi berkaitan dengan penerapan absensi sidik jari. Yang baru menggunakan mesin sidik jari, terlihat kesan bahwa guru dan pegawai seakan berpacu dalam 'mengejar' mesin absensi demi menempelkan ibu jari atau telunjuk pada mesin tersebut.
Guru dan pegawai harus bangun pagi dan bergegas berangkat agar tidak terlambat bertugas di sekolah. Namun sasaran utama yang dikejar sepertinya bukanlah tugas melainkan si mesin absensi sidik jari.

Bagaimana pun jempol dan telunjuk tidak dapat dikirim melalui rekan kerja, sebagaimana halnya tanda tangan pada sistem absensi konvensional. Oleh sebab itu, guru dan pegawai harus sampai di sekolah dan mengambil absen sebelum batas waktu mulainya bertugas hari itu.

Lain lagi fenomena pada waktu pulang. Tugas mengajar di sekolah kadang-kadang lebih cepat dari waktu batas mengambil absensi sidik jari untuk pulang. Soalnya, pola penetapan mesin sidik jari menyesuaikan dengan jumlah jam wajib guru dan pegawai per minggu, bukan dengan proses pembelajaran di sekolah.
Akibatnya guru dan pegawai terpaksa menunggu waktu pulang sesuai jadwal pulang dalam printfinger. Sebagian memang mengisi waktu tunggu dengan berbagai kegiatan positif namun sebagian lagi lebih banyak menunggu begitu saja.

Beruntung bagi yang tinggal berdekatan dengan lokasi sekolah, mungkin lebih cenderung mengambil absen masuk, lebih pagi kemudian kembali pulang agar tidak terburu-buru berangkat sekolah.

Begitu pula waktu pulang. Usai mengajar langsung pulang dan kembali lagi untuk mengambil absen sesuai batas waktu pulang pada mesin absensi.Begitulah seterusnya.

Dapat dicermati bahwa fenomena berpacu mengejar mesin absensi sidik jari berawal dari sistem absensi dalam menerapkan disiplin kerja dan dikaitkan dengan pembayaran gaji dan tunjangan lainnya.
Tak kan lari mesin absensi dikejar. Oleh sebab itu barangkali tak perlu berpacu untuk mengejar mesin absensi di sekolah. Semuanya akan berjalan secara normal menjelang beradaptasi dan terbiasa dengan disiplin waktu!***