Kepedulian dan Kerja Sama dalam Meminimalisir Perilaku Menyimpang Siswa di Media Sosial
Maret 01, 2019
Kepedulian dan kerja sama dalam meminimalisir perilaku menyimpang siswa di media sosial – Setiap
siswa berpotensi untuk menunjukkan perilaku menyimpang, baik di dunia nyata maupun
di media daring (online). Akan tetapi potensi maupun intensitas
perilaku menyimpang yang dilakukan siswa sangat tergantung pada pengawasan
orang dewasa.
Jika
orang dewasa, seperti orangtua di rumah, guru di sekolah dan masyarakat dimana
siswa bergaul, secara intensif melakukan pengawasan terhadap perilaku siswa,
potensi penyimpangan yang dilakukan siswa dapat diminimalisir sedini mungkin.
Di
dunia nyata (offline), potensi perilaku menyimpang itu ditunjukan saat siswa berada
di sekolah, di rumah dan lingkungan masyarakat. Hal ini dapat diamati dengan
mudah oleh orang dewasa di lingkungan mana siswa berada.
Perilaku
menyimpang yang teramati ini dapat diminimalisir melalui tindakan seperti menegur,
mengingatkan, melarang, bahkan memberikan sanksi sosial kepada mereka yang
menunjukkan perilaku menyimpang tersebut.
Persoalannya,
mau atau berani tidak, orang dewasa
mengambil tindakan pencegahan terhadap perilaku menyimpang yang dilakukan
siswa.
Jika
orang dewasa di lingkungan siswa berada, bersikap apatis atau tidak peduli,
bukan mustahil intensitas perilaku menyimpang semakin akut dan meresahkan pihak
keluarga, sekolah bahkan masyarakat dimana siswa berada.
Perilaku menyimpang di media sosial
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini semakin memberi ruang kepada siswa
untuk menunjukkan perilaku menyimpang. Perilaku kurang baik dapat ditunjukkan
siswa di dunia online (maya).
Wujud
perilaku menyimpang secara online ini berupa ucapan dan tindakan yang kurang
pantas secara norma agama, hukum, sosial dan budaya, ditunjukkan siswa melalui aplikasi
media sosial yang ada.
Seperti
diketahui, media sosial bukan lagi barang baru bagi siswa dan pada umumnya
siswa sudah memanfaatkan dan memiliki akun di media sosial. Pengguna media sosial tidak hanya bagi yang
memiliki gadget, bahkan tanpa gadget pun mereka dapat memiliki akun media
sosial.
Bagi
yang tidak memiliki gadget, mereka dapat memanfaatkan penyedia layanan internet
terdekat dari siswa. Biasanya mereka menggunakan layar yang lebih lebar yaitu
fasilitas computer personal (PC).
Memang,
perilaku menyimpang siswa di media sosial hanya dapat diamati secara terbatas
oleh sesama pengguna, atau pengguna yang memiliki akun di media sosial tersebut.
Namun
demikian, baik orangtua, guru maupun masyarakat dapat berkolaborasi dan memainkan
peranannya secara aktif untuk mengawasi perilaku siswa di media sosial. Jika menemukan adanya perilaku menyimpang dalam bentuk ucapan maupun tindakan yang dilakukan siswa maka perlu berkolaborasi dan berkoordinasi dalam memecahkan masalah ini.
Sebab, tanggung jawab pendidikan anak tidak hanya dibebankan pada pihak sekolah melainkan semua pihak termasuk orangtua dan masyarakat di sekitarnya.
Sebab, tanggung jawab pendidikan anak tidak hanya dibebankan pada pihak sekolah melainkan semua pihak termasuk orangtua dan masyarakat di sekitarnya.
Kuncinya
adalah komitmen dan kerja sama orangtua, pihak sekolah dan masyarakat sekitar
untuk mengawasi perilaku menyimpang siswa di media sosial maupun dunia nyata.
Selain itu perlu pendekatan persuasif dalam mengatasi masalah perilaku
menyimpang siswa di dunia nyata maupun maya.***