Kepedulian dan Kerja Sama dalam Meminimalisir Perilaku Menyimpang Siswa di Media Sosial

Kepedulian dan kerja sama dalam meminimalisir perilaku menyimpang siswa di media sosial – Setiap siswa berpotensi untuk menunjukkan perilaku menyimpang, baik di dunia nyata maupun di media daring (online). Akan tetapi potensi maupun intensitas perilaku menyimpang yang dilakukan siswa sangat tergantung pada pengawasan orang dewasa.

Jika orang dewasa, seperti orangtua di rumah, guru di sekolah dan masyarakat dimana siswa bergaul, secara intensif melakukan pengawasan terhadap perilaku siswa, potensi penyimpangan yang dilakukan siswa dapat diminimalisir sedini mungkin.

Di dunia nyata (offline), potensi perilaku menyimpang itu ditunjukan saat siswa berada di sekolah, di rumah dan lingkungan masyarakat. Hal ini dapat diamati dengan mudah oleh orang dewasa di lingkungan mana siswa berada.

Perilaku menyimpang yang teramati ini dapat diminimalisir melalui tindakan seperti menegur, mengingatkan, melarang, bahkan memberikan sanksi sosial kepada mereka yang menunjukkan perilaku menyimpang tersebut.

Persoalannya, mau atau berani tidak, orang dewasa mengambil tindakan pencegahan terhadap perilaku menyimpang yang dilakukan siswa.

Jika orang dewasa di lingkungan siswa berada, bersikap apatis atau tidak peduli, bukan mustahil intensitas perilaku menyimpang semakin akut dan meresahkan pihak keluarga, sekolah bahkan masyarakat dimana siswa berada.

Perilaku menyimpang di media sosial

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini semakin memberi ruang kepada siswa untuk menunjukkan perilaku menyimpang. Perilaku kurang baik dapat ditunjukkan siswa di dunia online (maya).

Wujud perilaku menyimpang secara online ini berupa ucapan dan tindakan yang kurang pantas secara norma agama, hukum, sosial dan budaya, ditunjukkan siswa melalui aplikasi media sosial yang ada.

Seperti diketahui, media sosial bukan lagi barang baru bagi siswa dan pada umumnya siswa sudah memanfaatkan dan memiliki akun di media sosial. Pengguna media sosial tidak hanya bagi yang memiliki gadget, bahkan tanpa gadget pun mereka dapat memiliki akun media sosial.

Bagi yang tidak memiliki gadget, mereka dapat memanfaatkan penyedia layanan internet terdekat dari siswa. Biasanya mereka menggunakan layar yang lebih lebar yaitu fasilitas computer personal (PC).

Memang, perilaku menyimpang siswa di media sosial hanya dapat diamati secara terbatas oleh sesama pengguna, atau pengguna yang memiliki akun di media sosial tersebut.

Namun demikian, baik orangtua, guru maupun masyarakat dapat berkolaborasi dan memainkan peranannya secara aktif untuk mengawasi perilaku siswa di media sosial. Jika menemukan adanya perilaku menyimpang dalam bentuk ucapan maupun tindakan yang dilakukan siswa maka perlu berkolaborasi dan berkoordinasi dalam memecahkan masalah ini. 

Sebab, tanggung jawab pendidikan anak tidak hanya dibebankan pada pihak sekolah melainkan semua pihak termasuk orangtua dan masyarakat di sekitarnya.

Kuncinya adalah komitmen dan kerja sama orangtua, pihak sekolah dan masyarakat sekitar untuk mengawasi perilaku menyimpang siswa di media sosial maupun dunia nyata. Selain itu perlu pendekatan persuasif dalam mengatasi masalah perilaku menyimpang siswa di dunia nyata maupun maya.***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel