Permainan Tradisional Anak Kaya Nilai Karakter
Maret 24, 2019
Permainan tradisional anak kaya nilai
karakter – Era sebelum tahun 2000-an adalah masa emas dimana
permainan tradisional sangat digemari oleh anak nagari (desa) di wilayah Minangkabau. Sebut saja permainan mancik-mancik,
caktum, cakbur, pak tekong, badia batuang dan masih banyak lagi yang lainnya.
Anda
yang lahir tahun 90-an mungkin saja masih mengenal permainan itu namun tak
pernah atau jarang memainkannya.
Kelahiran dekade berikutnya sudah tidak
mengenal lagi apalagi untuk memainkannya.
Akan
tetapi bagi anda kelahiran 60 sampai 80-an sudah pasti akrab dengan permainan
anak nagari tersebut.
Bagi anak nagari
dulunya, permainan tradisional sekadar untuk menyenangkan hati. Dimainkan untuk
pengisi waktu senggang oleh anak-anak zaman itu.
Biasanya
waktu bermain anak adalah sore hari. Saat dimana anak laki-laki pulang kerja
membantu orangtua di sawah atau kebun.
Saat anak perempuan selesai membantu
orangtua memasak di dapur.
Ada
pula jenis permainan anak nagari dimainkan pada waktu pesta atau kenduri.
Misalnya permainan pak tekong.
Sementara itu bermain badia batuang
mereka mainkan saat bulan ramadhan, usai shalat tarawih dan membangunkan warga
untuk bersahur.
Nilai karakter permainan tradisional
Permainan
tradisional anak (nagari) mengandung nilai karakter sehingga dapat membentuk
karakter anak pada zamannya.
Permainan tradisional ada yang dilakukan secara
berkelompok. Dimainkan oleh anak laki-laki saja atau perempuan saja.
Permainan
tradisional anak nagari dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai sosial,
kreativitas dan nilai emosional bagi anak.
Dalam permainan tradisional anak ada
aturan yang tidak tertulis dan sanksi-sanksinya.
Kerja
sama kelompok sangat dibutuhkan. Dalam hal ini terdapat unsur sosial dan
menaati aturan serta dapat menerima sanksi dari aturan yang dibuat.
Nilai
kreativitas terlihat dari siasat dan strategi untuk memenangkan permainan.
Permainan
tradisional juga menuntun anak untuk menjaga emosional dan tidak mudah
terpancing oleh provokasi.
Kalau pun terjadi kesalahpahaman di antara mereka,
toh hari beruikutnya mereka main bersama lagi.
Namun
permainan tradisional semakin terpinggirkan sejalan dengan perkembangan zaman.
Anak zaman milennial pasti gengsi atau malu untuk memainkan permainan
tradisional.
Lihat juga : Permainan Masa Kecil yang Tak Terlupakan
Mereka
lebih tertarik untuk memainkan permainan moderen yang dapat dimainkan melalui
gadget canggih dengan hanya duduk di warnet, atau tempat-tempat yang ada
jaringan wifi.***