Cerita Tidurnya Para Buruh di Negeri Tak Bernama
April 29, 2019
Di
negeri antah-barantah, para buruh
bekerja bukan hanya untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari. Motivasi buruh untuk
bekerja, tidak lain untuk mencari kemewahan dalam hidup. Mengikuti gaya hidup zaman
milennial yang lebih mentereng. Saling bersaing dengan tetangga dan orang lain dalam
mengejar kemewahan duniawi.
Lain
lagi di negeri tak bernama. Para buruh bekerja, membanting
tulang, membalik-balik bumi dengan
pacul. Niatnya semula tidak lebih untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Syukur kalau penghasilan dari buruh agak berlebih, uangnya dapat ditabung,
dibelikan emas kemudian dipagang
sawah atau ladang.
Buruh
bekerja memabanting tulang memeras keringat. Tak peduli panas atau hujan. Kalau
panas terasa menyengat memakai tudung penutup kepala. Sebaliknya hujan
mengenakan mantel pelindung dari hujan.
Para
buruh pergi pagi dan pulang sore. Pagi-pagi berangkat menyandang pacul, dibekali
sebungkus nasi dan air minum oleh istri. Sementara anak-anak berangkat ke sekolah
dengan penuh semangat setelah bersalaman dengan ayah dan ibu. Doa orangtua agar
anaknya kelak menjadi orang. Tidak
lagi menjadi buruh sebagaimana halnya ayah mereka.
Dalam
bekerja tidak ada pengawas atau mandor. Yang ada hanya majikan. Tidak banyak
perintah dan aba-aba dari majikan. Tidak perlu laporan hasil kerja yang dapat
direkayasa. Hanya kesadaran buruh untuk bekerja dengan baik. Seimbang antara
kerja dan gaji yang diterima di sore hari. Jika kerja melebihi gaji, itu adalah
tabungan amal untuk hari esok di akhirat..
Tidak
ada istilah malas atau bolos bekerja sebagai buruh tani. Bolos atau malas
bekerja akan merugikan majikan. Hukuman dan balasannya bukan dari majikan
melainkan dari Allah SWT. Para buruh sadar akan hal ini. Dosa bolos dan malas
akan dibawa sampai nanti. Berkah riski yang diterima dari hasil membanting
tulang akan berkurang.
Simak juga : Belajar Dari Disiplin Kongsi Buruh Tani
Buruh
tani tidak memerlukan absensi. Membubuhkan tandatangan pada lembaran absensi
yang dapat direkayasa. Juga tidak perlu adanya mesin absensi printfinger dan mengejar-ngejarnya agar tidak terlambat datang ke sawah atau ladang Waktu datang ke tempat
kerja, di sawah atau ladang, hanya berdasar konvensi atau kesepakatan yang
sudah turun temurun.
Para
buruh tani tidurnya lebih lelap. Tertidur pulas karena keletihan fisik semata. Badan
terasa pegal-pegal akibat bekerja membalik
bumi dengan pacul. Keletihan pikiran tidak seberapa. Bukan tidak berpikir
tapi tidak banyak pikiran dalam hidup.
Lihat juga : Pengguna Baru Smartphone
Para
buruh hanya memikirkan bagaimana dapat bekerja esok hari. Dapat panggilan
bekerja untuk esok berarti ada uang masuk buat menutupi kebutuhan hidup dan
belanja anak sekolah.
Tidak perlu memikirkan cicilan hutang di bank, koperasi
dan kredit lainnya. Maka pantas, para buruh tidurnya lebih pulas.***