Pengguna Baru Smartphone

Bu Marnisa agak ragu menyentuh, apalagi untuk mengeluarkan isi kantung tas plastik yang ada di atas meja makan di depannya. Tas plastik dengan merek sebuah toko seluler itu berisi smartphone yang baru saja dibelinya diam-diam di sebuah toko gadget.

pengguna,smartphone baru
Ilustrasi pengguna baru smartphone (pexels.com)

“Pa…! Papa…!” Bu Marnisa berteriak memanggil suaminya yang sedang asyik di depan layar komputer. “Kesini dong.... Coba papa lihat, mama bawa apa?”

“Iya, tunggu sebentar!” sahut pak Solihin seraya mematikan komputer kerjanya. Kemudian bangkit dan menjumpai istrinya di dapur. “Ada apa, sih?”

“Coba papa buka isi kotak dalam kantung palstik ini,” suruh Marnisa.

“Wah, ternyata mama beli smartphone baru, ya? Kok nggak bilang-bilang sebelumnya?” seru suaminya seraya mengeluarkan sebuah gadget smartphone dari kotaknya.

“Maaf, Pa... Papa ‘kan sudah tahu, anak-anak sepertinya keberatan, melarang mama menggunakan smartphone...” ujar Bu Marnisa pelan, merasa bersalah.

“Iya, iya…papa sudah tahu,” kata pak solihin seraya menyalakan android baru itu. Pak Solihin dapat memahami mengapa anak-anaknya melarang mamanya menggunakan ponsel android. Anak mereka yang sudah besar, tak ingin mamanya asyik dan sibuk dengan gadget pintar. Tak mau mamanya bermedia sosial, menghabiskan waktu sehingga lalai dengan tugas utamanya.

“Tapi apa yang membuat mama senekad ini diam-diam membeli smartphone baru inI?” tanya pak Solihin seraya mempertahatikan tampilan layar sentuh dan geser, sudah dipenuhi oleh berbagai aplikasi.

“Papa…, sebenarnya mama juga gak pengin memiliki smartphone ini. Punya telepon genggam saja sudah cukup. Bisa nelpon dan SMS. Sudah cukup menggunakan telepon seluler untuk menelpon dan berkirim SMS.Tapi teman mama akhir-akhir ini sering bertanya, nomor WA-nya berapa, instagramnya apa? Makanya mama nekad untuk membelinya tadi di toko seluler di pasar,” terang Bu Marnisa jujur.

“Iya, papa paham sekarang. Tapi apakah mama sudah bisa menggunakan smartphone layar sentuh ini?”

“Belum…. Papa kan bisa mengajari mama,”

“Iya, deh…”

“Oh, ya. Bagaimana tanggapan anak anak ya, pa?” tanya Marnisa masih was was.

“Mama bilang saja terus terang. Hubungi mereka seorang perseorang pakai video call di aplikasi WA,” saran pak Solihin seraya menyerahkan adndroid itu pada istrinya. “Coba mama gunakan,”

Bu Marnisa meraih smartphone baru itu dari tangan pak solihin. Perempaun hampir separuh baya dan empat anak itu nampak grogi. Ketika menyentuh layar android, jari jemmarinya nampak mengembang dan terlihat lucu.

Bu Marnisa mencoba menyentuh salah satu ikon aplikasi di layar untuk dibuka. Kemudian dengan bantuan pak Solihin memasukkan nomor WA anak-anaknya.satu persatu.

“Nah, sekarang mama sudah bisa menghubungi anak kita. Coba sentuh ikon pembicaraan video, di sudut atas,” ujar pak Solihin memandu langkah demi langkah.

Tak lama kemudian muncul wajah anak pertamanya.

“Wuih…, mama sudah pake android sekarang ya?” seru gambar bergerak di depan layar android Bu Marnisa. Joni, anak muda di layar android itu adalah putra sulung mereka.

Sementara itu pak Solihin menunggu dengan sabar di samping Bu Marnisa yang keasyikan beraudio-visual dengan setiap putra putrinya. Senyum-senyum kecil memperhatikan gaya istrinya memegang smartphone dan berkomunikasi dengan putra putrinya secara bergantian.

Ternyata semua putra dan putri pak Solihin sangat senang mengetahui mamanya sudah membeli smartphone baru dan menggunakannya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel