Pengguna Baru Smartphone
April 19, 2019
Bu Marnisa
agak ragu menyentuh, apalagi untuk mengeluarkan isi kantung tas plastik yang
ada di atas meja makan di depannya. Tas plastik dengan merek sebuah toko
seluler itu berisi smartphone yang baru saja dibelinya diam-diam di sebuah toko
gadget.
“Pa…!
Papa…!” Bu Marnisa berteriak memanggil suaminya yang sedang asyik di depan
layar komputer. “Kesini dong.... Coba papa lihat, mama bawa apa?”
“Iya,
tunggu sebentar!” sahut pak Solihin seraya mematikan komputer kerjanya. Kemudian
bangkit dan menjumpai istrinya di dapur. “Ada apa, sih?”
“Coba
papa buka isi kotak dalam kantung palstik ini,” suruh Marnisa.
“Wah,
ternyata mama beli smartphone baru, ya? Kok nggak bilang-bilang sebelumnya?”
seru suaminya seraya mengeluarkan sebuah gadget smartphone dari kotaknya.
“Maaf,
Pa... Papa ‘kan sudah tahu, anak-anak sepertinya keberatan, melarang mama
menggunakan smartphone...” ujar Bu Marnisa pelan, merasa bersalah.
“Iya,
iya…papa sudah tahu,” kata pak solihin seraya menyalakan android baru itu. Pak
Solihin dapat memahami mengapa anak-anaknya melarang mamanya menggunakan ponsel
android. Anak mereka yang sudah besar, tak ingin mamanya asyik dan sibuk dengan
gadget pintar. Tak mau mamanya bermedia sosial, menghabiskan waktu sehingga
lalai dengan tugas utamanya.
“Tapi
apa yang membuat mama senekad ini diam-diam membeli smartphone baru inI?” tanya
pak Solihin seraya mempertahatikan tampilan layar sentuh dan geser, sudah
dipenuhi oleh berbagai aplikasi.
“Papa…,
sebenarnya mama juga gak pengin memiliki smartphone ini. Punya telepon genggam
saja sudah cukup. Bisa nelpon dan SMS. Sudah cukup menggunakan telepon seluler
untuk menelpon dan berkirim SMS.Tapi teman mama akhir-akhir ini sering
bertanya, nomor WA-nya berapa, instagramnya apa? Makanya mama nekad untuk
membelinya tadi di toko seluler di pasar,” terang Bu Marnisa jujur.
“Iya,
papa paham sekarang. Tapi apakah mama sudah bisa menggunakan smartphone layar
sentuh ini?”
“Belum….
Papa kan bisa mengajari mama,”
“Iya,
deh…”
“Oh,
ya. Bagaimana tanggapan anak anak ya, pa?” tanya Marnisa masih was was.
“Mama
bilang saja terus terang. Hubungi mereka seorang perseorang pakai video call di
aplikasi WA,” saran pak Solihin seraya menyerahkan adndroid itu pada istrinya.
“Coba mama gunakan,”
Bu Marnisa
meraih smartphone baru itu dari tangan pak solihin. Perempaun hampir separuh
baya dan empat anak itu nampak grogi. Ketika menyentuh layar android, jari
jemmarinya nampak mengembang dan terlihat lucu.
Bu Marnisa
mencoba menyentuh salah satu ikon aplikasi di layar untuk dibuka. Kemudian
dengan bantuan pak Solihin memasukkan nomor WA anak-anaknya.satu persatu.
“Nah,
sekarang mama sudah bisa menghubungi anak kita. Coba sentuh ikon pembicaraan
video, di sudut atas,” ujar pak Solihin memandu langkah demi langkah.
Tak
lama kemudian muncul wajah anak pertamanya.
“Wuih…,
mama sudah pake android sekarang ya?” seru gambar bergerak di depan layar
android Bu Marnisa. Joni, anak muda di layar android itu adalah putra sulung
mereka.
Sementara
itu pak Solihin menunggu dengan sabar di samping Bu Marnisa yang keasyikan
beraudio-visual dengan setiap putra putrinya. Senyum-senyum kecil memperhatikan gaya istrinya memegang smartphone dan berkomunikasi dengan putra putrinya secara bergantian.
Ternyata
semua putra dan putri pak Solihin sangat senang mengetahui mamanya sudah membeli
smartphone baru dan menggunakannya.