Galau Hati Uda Kasmir

Uda Kasmir tak bergeming di tempat duduknya. Dari tadi terpaku di sebuah kursi plastik. Menatap nanar ke luar jendela, menembus kaca jendela kamar kerjanya yang masih tertutup rapat. Tak peduli lagi dengan komputer jadul yang masih menyala di hadapannya.

Lelaki paruh baya, yang akrab disapa Uda Kasmir itu, tak lagi berselera meneruskan pekerjaannya. Mengetik sesuatu artikel yang bakal diterbitkan pada blog yang dikelolanya selama ini. 

“Dua hari lagi akan masuk bulan puasa Ramadhan.” Uda Kasmir bergumam seraya menghela nafas. Nafas yang terasa berat di rongga dadanya..Membuat hatinya semakin galau.

Dulu, ketika masih kecil, kira-kira duduk di bangku es-em-pe. Dua atau tiga hari sebelum masuk bulan puasa, Kasmir dan dua adik lelakinya pergi ke hutan belantara. Mencari talang untuk membuat lemang. Lemang itu biasanya dibuat oleh emak Kasmir sehari sebelum masuk puasa pertama.

Tradisi malamang di bulan baiak, termasuk menyambut bulan puasa, sudah berlangsung turun-temurun dalam keluarga dan kerabat Kasmir di kampungnya. Bahkan membuat lemang sudah menjadi ‘kewajiban’ sebelum memasuki bulan puasa.

Kalau ada keluarga, atau kerabat yang tidak mampu membuat lamang, sekadar membakar sabut kelapa saja sudah cukup. Yang penting di sekitar rumah sudah mengepul asap,yang mirip orang yang sedang membuat lemang.

“Kasmir…, tiga hari lagi akan memasuki bulan puasa. Kamu cari  talang untuk membuat lemang ke hutan bersama adik-adikmu, ya..?” Begitu biasanya emak berkata pada Kasmir, dua atau tiga hari sebelum membuat lemang.

Kasmir kecil tidak membantah suruhan emaknya untuk mencari beberapa ruas batang talang untuk pembuat lemang.

Untuk mendapatkan sejumlah ruas batang talang, Kasmir harus menenmpuh jarak sampai sepuluh kilometer. Hanya separuh dari jarak itu ditemukan rumah penduduk atau keramaian perkampungan. Selebihnya harus melewati jalan kecil di tengah hutan belantara.

Kasmir kecil memang sudah terbiasa dan lihai dalam memilih dan menebang talang untukmembuat lemang. Memilih batang talang yang bagus dan cukup untuk tabung lemang, di antara banyak batang talang di rumpunnya.

Selain itu Kasmir kecil juga sudah terbiasa menebang batang talang. Menebang batang talang di antara rumpun talang perlu kiat tersendiri agar tidak ‘disepak’ atau tertimpa rebahan talang yang ditebang.

Sore hari, Kasmir kecil dan aadiknya sudah menjujung batang talang di kepala untuk dijadikan tabung lemang oleh orangtuanya. Satu batang talang terdiri dari tiga sampai lima ruas talang sebagai tabung lemang.

Talang lemang yang dibawa Kasmir dan adik-adiknya, tidak semuanya sampai ke rumah. Kadang-kadang di perjalanan menuju pulang, ada-ada saja orang yang memesan dan membelinya.

Kasmir dan adik-adiknya sampai di rumah dengan beberapa ruas talang lemang dan sejumlah uang untuk jajan di malam perdana shalat tarawih. Alangkah gembianya hati emak Kasmir begitu pula Kasmir kecil dan adik-adiknya…

Uda Kasmir tersentak dari lamunannya.

Tanpa disadari, sebutir buliran air mata meleleh di pipinya. Ia merasa terharu sendiri mengenang masa kecilnya,. Mencari talang lemang ke hutan. Demi emaknya yang akan membuat lemang, menyambut bulan baiak di kampungnya.
Uda Kasmir menghela nafas, terasa semakin berat di rongga dadanya. Saat ini, dua har lagi menjelang masuk bulan puasa. Jangankan mencari talang untuk emaknya membuat lemang. Pulang ke kampung halaman saja sudah tak sempat lagi.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel