Galau Hati Uda Kasmir
Mei 04, 2019
Uda Kasmir tak
bergeming di tempat duduknya. Dari tadi terpaku di sebuah kursi plastik. Menatap
nanar ke luar jendela, menembus kaca jendela kamar kerjanya yang masih tertutup
rapat. Tak peduli lagi dengan komputer jadul yang masih menyala di hadapannya.
Lelaki
paruh baya, yang akrab disapa Uda Kasmir itu, tak lagi berselera meneruskan
pekerjaannya. Mengetik sesuatu artikel yang bakal diterbitkan pada blog yang
dikelolanya selama ini.
“Dua
hari lagi akan masuk bulan puasa Ramadhan.” Uda Kasmir bergumam seraya menghela
nafas. Nafas yang terasa berat di rongga dadanya..Membuat hatinya semakin
galau.
Dulu,
ketika masih kecil, kira-kira duduk di bangku es-em-pe. Dua atau tiga hari
sebelum masuk bulan puasa, Kasmir dan dua adik lelakinya pergi ke hutan
belantara. Mencari talang untuk membuat lemang. Lemang itu biasanya dibuat oleh
emak Kasmir sehari sebelum masuk puasa pertama.
Tradisi malamang di bulan baiak, termasuk
menyambut bulan puasa, sudah berlangsung turun-temurun dalam keluarga dan
kerabat Kasmir di kampungnya. Bahkan membuat lemang sudah menjadi ‘kewajiban’ sebelum
memasuki bulan puasa.
Kalau
ada keluarga, atau kerabat yang tidak mampu membuat lamang, sekadar membakar sabut
kelapa saja sudah cukup. Yang penting di sekitar rumah sudah mengepul asap,yang
mirip orang yang sedang membuat lemang.
“Kasmir…,
tiga hari lagi akan memasuki bulan puasa. Kamu cari talang untuk membuat lemang ke hutan bersama
adik-adikmu, ya..?” Begitu biasanya emak berkata pada Kasmir, dua atau tiga
hari sebelum membuat lemang.
Kasmir
kecil tidak membantah suruhan emaknya untuk mencari beberapa ruas batang talang
untuk pembuat lemang.
Untuk
mendapatkan sejumlah ruas batang talang, Kasmir harus menenmpuh jarak sampai
sepuluh kilometer. Hanya separuh dari jarak itu ditemukan rumah penduduk atau
keramaian perkampungan. Selebihnya harus melewati jalan kecil di tengah hutan
belantara.
Kasmir
kecil memang sudah terbiasa dan lihai dalam memilih dan menebang talang
untukmembuat lemang. Memilih batang talang yang bagus dan cukup untuk tabung
lemang, di antara banyak batang talang di rumpunnya.
Selain
itu Kasmir kecil juga sudah terbiasa menebang batang talang. Menebang batang
talang di antara rumpun talang perlu kiat tersendiri agar tidak ‘disepak’ atau
tertimpa rebahan talang yang ditebang.
Sore
hari, Kasmir kecil dan aadiknya sudah menjujung batang talang di kepala untuk
dijadikan tabung lemang oleh orangtuanya. Satu batang talang terdiri dari tiga
sampai lima ruas talang sebagai tabung lemang.
Talang
lemang yang dibawa Kasmir dan adik-adiknya, tidak semuanya sampai ke rumah.
Kadang-kadang di perjalanan menuju pulang, ada-ada saja orang yang memesan dan
membelinya.
Kasmir
dan adik-adiknya sampai di rumah dengan beberapa ruas talang lemang dan
sejumlah uang untuk jajan di malam perdana shalat tarawih. Alangkah gembianya
hati emak Kasmir begitu pula Kasmir kecil dan adik-adiknya…
Uda Kasmir
tersentak dari lamunannya.
Tanpa
disadari, sebutir buliran air mata meleleh di pipinya. Ia merasa terharu sendiri
mengenang masa kecilnya,. Mencari talang lemang ke hutan. Demi emaknya yang
akan membuat lemang, menyambut bulan baiak di kampungnya.
Lihat cerpen lainnya: Cerita Tidurnya Para Buruh di Negeri Tak Bernama
Uda Kasmir
menghela nafas, terasa semakin berat di rongga dadanya. Saat ini, dua har lagi
menjelang masuk bulan puasa. Jangankan mencari talang untuk emaknya membuat
lemang. Pulang ke kampung halaman saja sudah tak sempat lagi.