Tantangan dan Peluang Pendidikan Karakter di Sekolah

Tantangan dan peluang penerapan pendidikan karakter di sekolah – Dalam seminar, penataran atau pelatihan tentang pendidikan karakter sering disuguhkan oleh pemateri tentang model dan contoh bagaimana penerapan budaya baik di suatu sekolah. Suguhan pemateri sungguh menarik karena ditampilkan dalam bentuk gambar maupun tayangan video.

Ilustrasi gambar (pixabay.com)

Apa yang disajikan itu merupakan upaya  untuk menumbuhkan karakter positif di kalangan siswa. Namun kita juga tahu kalau model dan contoh itu hanyalah sampel kecil yang sengaja dipilih.

Meskipun hanya sampel, penayangan tersebut bertujuan agar dicontoh dan ditiru oleh guru dan diterapkan di sekolah.

Saat mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) Implementasi Kurikulum 2013 di Aula IAIN Batusangkar beberapa waktu lalu juga dijumpai hal serupa.

DR. Adripen MPd pemateri Bimtek, tampil dengan tema Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah.
Penyajian diawali dengan tayangan video bagaimana budaya baik dalam penerapan pendidikan karakter di suatu sekolah dasar.

Tradisi dan budaya siswa di sekolah benar-benar membuat peserta ratusan orang ternganga menyaksikan tayangan tersebut.

Di sekolah sudah menjadi budaya untuk bersalaman antara siswa dengan guru, bekerja sama (gotong royong), makan bersama, shalat wajib bersama, shalat sunat Dhuha, membaca buku, dan lain sebagainya.

Tentu saja hal tersebut pantas dicontoh dan diimplementasikan di sekolah tempat bertugas masing-masing.

Dalam interaksi antara pemateri dan peserta terungkap bahwa implementasi pendidikan karakter di sekolah masih perlu mendapat perhatian serius.

Penerapan pendidikan karakter dalam bentuk pengembangan budaya baik di sekolah masih mendapat tantangan dari berbagai sisi.

1.Peran orangtua di rumah
Tantangan yang cukup menonjol dan mengemuka adalah belum maksimalnya peran orangtua dalam mendukung pendidikan karakter di rumah.

Banyak orangtua yang menyerahkan pendidikan karakter itu pada pihak sekolah.

Di sisi lain, penerapan budaya baik di lingkungan keluarga masih bersifat doktrin. Penerapan pendidikan karakter dapat dilaksanakan melalui contoh dan keteladanan, tidak cukup melalui doktrin semata.

2.Pengaruh kemajuan produk teknologi
Selain itu dampak produk teknologi seperti jaringan dan gadget ikut memberi andil dalam mempengaruhi karakter anak.

Pihak orangtua di rumah maupun sekolah masih mengalami kendala dalam membendung dampak kemajuan teknologi tersebut.

Guru dan orangtua lebih cenderung menyalahkan pengaruh produk teknologi dan kemajuan zaman.

Padahal pengaruh teknologi dan kemajuan zaman tidak dapat dihindari melainkan dihadapi dengan berbagai strategi dan metode pendidikan karakter.

3.Kepedulian masyarakat terhadap anak
Selanjutnya adalah kurangnya kepedulian masyarakat di sekitar dalam mengontrol perilaku anak.

Masyarakat kadang-kadang bersiap apatis, tidak dapat berbuat apa-apa dalam menghadapi perilaku anak yang menyimpang.

Tantangan menjadi peluang

Pihak sekolah, terutama guru tidak masanya lagi untuk menyalahkan pihak lain dalam menjalankan misi pengembangan karakter di sekolah.

Waktu anak berada di lingkungan sekolah semakin banyak sesuai dengan muatan Kurikulum 2013.

Guru di sekolah, juga tidak mungkin menjauhkan anak dari pengaruh produk teknologi dan perkembangan budaya kekinian.

Justru guru perlu membiasakan dan menciptakan kondisi dimana anak dapat beradaptasi dengan kemajuan teknologi tersebut tanpa mengesampingkan nilai-nilai karakter yang baik.

Guru tidak lagi menyalahkan model pendidikan orangtua di rumah, perkembangan kemajuan teknologi dan perilaku masyarakat di sekitarnya.

Justru kondisi ini menjadi tantangan, sekaligus peluang bagi guru di sekolah untuk menumbuhkembangkan budaya dan nilai-nilai karakter di sekolah.

Masing-masing guru tidak dapat bekerja sendirian. Kolaborasi antar guru dalam menerapkan pendidikan karakter lebih diperlukan. Begitu pula dukungan pimpinan sekolah.
Langkah utama yang diambil pihak sekolah untuk menerapkan pendidikan karakter sesuai Kurikulum 2013, sebagaimana ditekankan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan kebudayaan Tanah Datar Riswandi SPd MPd saat penutupan Bimtek Implementasi Kurikulum 2013 adalah membangun jembatan hati antara sesama guru serta dengan peserta didik.***