Untukmu yang Bukan Siapa siapa

Pagi ini rasanya malas sekali tubuh ini beranjak dari tempat tidur. Namun lagi lagi suara itu, memaksaku untuk membuka mata. Mengharuskanku untuk berangkat dan bersiap menghadapi kenyataan yang sangat mungkin membuat aku bersedih di tempat itu.

Yah, hari yang aku maksud telah tiba. Menerima berkas hasil belajar! Tapi apa aku harus gembira, ataukah menangis meraung-raung??? Hal ini membuat aku melamun memikirkan perkiraan yang akan terjadi beberapa waktu ke depan.

“Sudahlah, jalani saja!!!” batinku mengingatkan. Hummmm, ya sudah, langkah pertama dimulai dengan mengucapkan bismillaahirrohmanirrohiim.

Rasa gugup saat memasuki ruang kelas itu gimana gitu.

 "Akh, ini mah udah ga bakal terima rapor"  gumamku.

Aku sedih sekaligus bakal malu jika memang benar aku ga berhasil membawa lembaran itu pulang. Masalahnya ada beberapa hal yang belum tertuntaskan olehku.

"Sudahlah ma, maaf mungkin kita ga bakal bisa bawa pulang" kataku pada mama.

"Lah, kenapa emang? " tanya mama.

"Masih ada permasalahan yang belum tertuntaskan olehku"

"Ya, sudah tunggu saja."  ujar mama berusaha menenangkanku.

Detik demi menit pun berlalu, kini giliran namaku dipanggil. Aku dan mama pun melangkahkan kaki mendekati seorang pria yang masih muda. Yah benar, beliau adalah wali kelasku.

Senyum ramahnya memecahkan kesunyian. Betapa terkejutnya saat aku tau bahwa beliau telah menyelesaikan masalahku dan mempermudah dalam pengambilan berkas.

Kita bukan saudara, bukan siapa-siapa, hanya sebatas guru dan siswa. Tapi jujur, dalam dua tahun terakhir, baru kali ini aku temui wali kelas yang begitu tulus. Kita baru kenal, tapi siapa sangka kebaikannya membuatku merasa berhutang budi.

Bukan tentang uang yang beliau berikan, tapi tentang motivasi-motivasi yang dititipkan. Terimakasih untukmu yang bukan siapa-siapa, tapi melebihi dari siapa. Semoga Allah membalas kebaikan dan ketulusanmu dengan berlipat ganda dan semoga Allah mengizinkan kita bertemu disaat siswamu ini telah menjadi orang.

Hari ini, aku bahagia bisa pulang dengan membawa lembaran itu. Berkat Allah yang mempermudahku melalui tangannya. (Kiriman : Andini Meysi Ullanda)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel