Balada Sang Operator Sekolah
September 24, 2019
Ketika ada orang yang
bertanya kepada
saya
tentang apa saja kerja operator maka saya tidak begitu banyak menanggapi
pertanyaan itu. Paling-paling saya jawab hanya begini, “Ya,.., kerjanya tentang
data, dan itu biasanya di depan laptop atau komputer,”
Di
suatu ketika, saya iseng bertanya kepada
salah seorang operator sekolah. “Kerjanya operator itu gimana, ya?”
Pertanyaan
saya cukup pendek. Saya kira jawabannya juga singkat.. Namun ternyata jawabannya
panjang sekali. Apa dia sekalian curhat, ya? Begitu pikiran saya ketika itu....
“Pada
dasarnya, kami bekerja seperti akar yang bekerja dalam sunyi dan diam tanpa
suara, tidak banyak mengeluh dalam melaksanakan kewajiban, menjadi penyuplai
utama dalam kehidupan baru sebuah pohon..,” jawab sang operator berfilosofi memulai
curhatannya.
Namun
saya melihat ada rona keraguan diwajahnya untuk melanjutkan cerita panjangnya.
“Ya,
karena ditanya, saya coba menjawab…., aduh saya juga bingung,pak, mau saya
jawab mulai darimana ya?” ujarnya kemudian seperti berbasa-basi.
Saya hanya diam, tidak menyela ucapannya, apalagi langsung berkomentar agar operator sekolah itu mau dan leluasa dalam menguraikan curhatannya kepada saya.
“Begini
pak, kami bekerja tidak kasat mata dan kadang-kadang tidak terdeteksi. Dimana pun
dan kapanpun… harus bisa.
Jadwal kami tidak jelas karena kami bukan guru mata pelajaran
atau guru kelas.
Kerja, wajib sesuai aturan yang berlaku, kerja sunnah sesuai SMS/WA yang kami terima, baik lewat WA
grup atau pun pribadi, tapi kami banyak kerja sunnatnya daripada wajibnya.
Wajib
bagi kami punya laptop (meskipun punya kantor), punya HP android. Kenapa?
Ini
suatu kewajiban karena kita butuh akses informasi yang cepat dan akurat (kalau
HP pasti beli sendiri karena tidak mungkin dibelikan kantor), punya paketan data,
punya kemampuan manajemen waktu yang baik, terutama mengatur waktu untuk kerja
dan keluarga.
Nah, ini
yang sulit untuk disikapi. Coba bayangkan, kami bekerja bukan hanya pada waktu
jam dinas tapi waktu di rumah pun, kami banyak menghabiskan waktu dengan laptop
dan HP.
Banyak kegiatan yang harus disesuaikan atau bahkan ditinggalkan untuk
menyelesaikan data yang belum selesai.
Hm,
kami seakan 'dicetak' menjadi orang ‘rumahan’ karena kerja kami duduk di depan laptop,
(tidak mungkin keluar rumah).
Ada anjuran
yang sudah merupakan kewajiban bagi kami, Bangunlah kamu sepertiga malam
terakhir, kira-kira jam 12 sampai subuh. Itu sarapan bagi kami.
Biasanya
kami jarang dikenal oleh teman-teman di lingkungan kerja kami (lingkup kecamatan)
karena jarang bersosialisasi. Kami sering duduk di kantor berteman laptop
dan kertas.
Bekerja tidak banyak mengeluarkan keringat (duduk, berdiri, minum,
ngemil, bicara, tertawa, menulis, mengetik).
Tapi di balik itu semua, pikiran kami terkuras.
Kami
agak alergi dengan kata dan kalimat seperti ini; perbaikan, kesalahan data,
tidak valid, tidak sinkron, rapat mendadak, perubahan data, data terbaru,
segera dikumpulkan, terakhir hari ini, ditunggu jam ini, dan…ditunggu di
dinas hari ini terakhir.
Beberapa pertanyaan
yang tidak asing lagi bagi kami adalah, Bagaimana dek valid? Sudah selesai dek? Sudah sampai
dimana pekerjaanya?...
Namun
jarang sekali yang bertanya begini, Gimana dek sehat? Ada yang bisa dibantu dek? Ada
kendala apa dek, koq belum selesai?
Berkacamata, 80%. Kami berkacamata ini karena frekuensi aktivitas melihat laptop/komputer sangat tinggi. Kaca mata itu, kata guru fisika, untuk mencegah radiasi oleh layar komputer pada mata.
Nah, yang belum berkacamata berarti masih menunggu daftar antrian.
Terdakwa...!
Kami jarang dijadikan saksi atau informan. Apabila ada kesalahan data, data
tidak valid, atau sk dirjen tidak keluar..! Dipastikan, kami jadi
terdakwa/tersangka tanpa lewat pengadilan.
Kunker...!
Kunjungan Kerja. Bukan hanya anggota dewan yang sering melakukan kunker. Kami
juga sering kunker, koq. Banyak tempat-tempat favorit yang sering kami datangi,
seperti; kantor UPTD, Kantor dinas, Inspektorat, Bappeda, dan juga sering
berkomunikasi dengan orang-orang penting, sekelas kabag, kasi dan manager BOS.
Sehat…!
Kami harus pandai-pandai menjaga kesehatan karena kami dicetak tidak boleh sakit.
Jika sekolah mengirim guru untuk ikut bimtek/workshop/sakit/ijin, tugasnya pasti
bisa diisi atau digantikan oleh guru honor atau guru pns yang lain.
Tapi
jika operator yang sakit, siapa yang akan menggantikan, tugas kami? Itu sebab
nya kami harus pandai menjaga kesehatan…..”
Sang
operator segera menghentikan ceritanya. Lalu melirik jam tangan di pergelangan
tangannya.
“Pak,
mohon maaf, saya tidak bisa menjawab secara lengkap pertanyaan bapak tadi. Itu hanya sebagian kecil saja, masih banyak
tugas operator yang tidak bisa saya sebutkan, karena saya ada panggilan rapat
operator di dinas sekarang juga.” ujar operator sekolah itu.
Saya
hanya tercenung. Menurut saya, curhatannya sudah cukup panjang dan lengkap,
namun pengakuannya sebagian kecil saja, masih banyak kerja dan tugas operator
sekolah yang belum disebutkannya.
Hm,
seandainya saya seorang penulis mungkin kisah kami operator ini bisa dijadikan
sebuah cerpen. Sekian. Salam satu data!
Catatan:
Cerpen ini diolah berdasarkan catatan yang dishare oleh seorang operator sekolah di
media Whatshapp (OPSI/Operator Seluruh Indonesia).