Kurikulum untuk Anak, Bukan Anak untuk Kurikulum (?)
Oktober 17, 2019
Kurikulum untuk anak, bukan anak untuk
kurikulum (?) – Dalam setiap kesempatan seminar atau pertemuan, Dr.
Seto Mulyadi M.Psi atau lebih dikenal dengan Kak Seto sering mengutip istilah
Kurikulum untuk anak, bukan anak untuk kurikulum. Psikolog Anak tersebut juga
menyampaikannya dalam seminar guru bertaraf nasional di Kompleks Istano Basa
Pagaruyung, Selasa lalu (15/10/19).
Sebagai
guru kita jadi maklum dan setuju dengan istilah yang disampaikan kak Seto.
Bahwa kurikulum itu memang sejatinya untuk siswa.
Jika demikian maka kurikulum
harus dijadikan ‘alat’ dan bukan ‘tujuan’. Kurikulum adalah alat atau perangkat untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Di
lembaga sekolah terdapat 3 komponen utama dalam proses pendidikan, yaitu:
kurikulum, guru dan pembelajaran.
Kurikulum
merupakan perangkat pengalaman belajar atau semua kegiatan yang diberlakukan
kepada anak untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum juga dapat dimaknai
sebagai alat pemandu kegiatan belajar yang diperuntukkan buat anak.
Dapat juga dikatakan bahwa kurikulum adalah program untuk belajar anak yang disusun secara sistematis dan berpotensi memengaruhi pribadi anak dalam aspek pengetahuan (kognitif), sikap dan tingkah laku (afektif) dan keterampilan (psikomotorik).
Agar
kurikulum benar-benar menjadi alat untuk mewujudkan tujuan pendidikan maka kurikulum
harus dioperasionalkan dalam kegiatan pembelajaran.
Oleh sebab itu sasaran
pelaksana kurikulum adalah guru.
Guru adalah komponen yang mengoperasionalkan kurikulum pendidikan di sekolah melalui
kegiatan pembelajaran.
Tugas
guru bukan membuat atau menyusun kurikulum pendidikan. Akan tetapi guru menterjemahkan
dan menjalankan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum, kemudian mentransfer
nilai-nilai tersebut melalui aktivitas belajar di sekolah.
Simak : Peran Guru dalam Kurikulum 2013
Pembelajaran
merupakan kegiatan operasionalisasi kurikulum pendidikan di sekolah. Bentuk operasional
kurikulum adalah kegiatan intrakurikuler, ko-kurikuler dan ekstrakurikuler.
Pembelajaran
di ruang kelas harus berorientasi pada anak. Artinya, proses yang berlangsung
bertujuan untuk mengembangkan potensi anak secara optimal.
Pada
bagian artikel terdahulu, memang sering dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan
saat ini sarat materi.
Anak-anak ke sekolah selalu membawa beban dan di sekolah
mendapat beban di bawa pulang.
Guru
memang berperan strategis untuk mengelola dan melaksanakan kurikulum sehingga
tujuan kurikulum tercapai.
Melalui peranannya ini guru tidak hanya memahami dan
mengoperasionalkan kurikulum.
Guru
juga dapat membaca potensi dan kecerdasan anak. Dengan cara ini guru dapat
memodifikasi strategi, teknik dan metode pembelajaran.
Tujuannya adalah agar anak
tidak merasa terbebani belajar, sebaliknya menjadikan belajar sebagai aktivitas
menyenangkan.
Begitu
pula lingkungan sekolah, hendaknya menjadi tempat menyenangkan oleh anak
setelah di rumahnya masing-masing bersama orangtua.
Pembelajaran
yang menyenangkan di sekolah diawali dengan konsep pendidikan ramah anak.
Selain itu memberi
peluang dan kesempatan anak untuk kreatif, sehingga menghasilkan pribadi yang
unggul di masa depan.
Lihat juga : Kurikulum Itu Ibarat Sebuah Kendaraan
Berdasarkan
pembahasan di atas jelaslah bagi kita kurikulum pendidikan memang diperuntukkan buat
anak, bukan anak untuk kurikulum.
Dengan penerapan kurikulum dalam pembelajaran maka potensi dan kecerdasan
anak dapat dikembangkan secara optimal.***