Drama Kolosal Sejarah PDRI Meriahkan Peringatan Hari Bela Negara di Lubuak Jantan Lintau
Desember 19, 2019
Drama kolosal sejarah pdri meriahkan peringatan hari bela negara di lubuak jantan lintau – Dandim 0307/Tanah Datar LetKol. Inf. Edi S. Harahap SPd MI.Pol. bertindak selaku Inspektur Upacara (Irup) pada
peringatan Hari Bela Negara, Hari Ibu dan Hari Kesetiakawanan Sosial di
Lapangan Kubang Lubuak Jantan Lintau Buo Utara Kab. Tanah Datar Sumatera
Barat, Kamis (19/12/19).
Upacara
yang berlangsung dalam suasana hidmad itu dihadiri antara lain Wabup Tanah
Datar, Zuldafri Darma SH, Kapolres Tanah Datar, Unsur SKPD Tanah Datar, Unsur
Forkopimca Lintau Buo dan Lintau Buo Utara serta undangan lainnya.
Inpektur
upacara melakukan pemeriksaan barisan upacara dengan menggunakan kendaraan jeep
militer didampingi Wabup Tanah Datar dan dikawal Komandan upacara.
Dandim
0307/TD Letkol Inf.Edi S. Harahap SPd MI.Pol. membacakan sambutan tertulis Presiden
RI Joko Widodo. Dalam sambutannya menyampaikan bahwa NKRI tetap dan akan terus
eksis selamanya.
“Sejak
Safroedin Prawiranegara mendirikan Pemerintah Darurat Indonesia (PDRI) pada
tanggal 18 Desember 1948 di Bukittinggi untuk membela kelangsungan hidup bangsa
dan negara, berbagai wujud bela negara telah susul menyusul silih berganti,
untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
tetap dan akan terus eksis untuk selama-lamanya,” demikian antara lain sambutan tertulis
Presiden RI Joko Widodo dalam rangka Peringatan Hari Bela Negara ke- 71.
Selanjutnya
Irup Peringatan HBN ke- 71Tahun 2019
membacakan sambutan tertulis Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak RI, Yohanna Yembise dalam rangka peringatan Hari Ibu ke- 90
dan Sambutan tertulis menteri Sosial, Juliari P. Batubara dalam rangka peringatan Hari
Kesetiakawanan Sosial ke- 17.
Usai
upacara dilanjutkan dengan pertunjukan teater kolosal tentang Sejarah PDRI di
Lintau dengan judul menempuh jalan terjal. Pertunjukan teater kolosal ini melibatkan
lebih kurang 200 siswa SMAN 1 Lintau Buo yang dibimbing oleh Kodim 0307/TD dan
BPCB Tanah Datar.
Drama
kolosal yang disutradarai M.Yusuf tersebut menampilkan bagaimana perjuangan
pahlawan dalam menyelamatkan keutuhan negara kesatuan RI dengan menggunakan fasilitas
Radio Yengkie Bravo Juliet-Six (YBJ-6).
Tersebutlah
dalam tonggak sejarah perjalanan pejuang-pejuang di sebuah Jorong Lareh Aia di
Kenagarian Lubuak Jantan Lintau Buo utara.
Para pejuang mesti menuruni tebing
curam, menaklukkan ngarai, menyeberangi jembatan gantung yang membelah aliran
Batang Sinamar yang deras, keruh dan
riuh dalam amuk riam.
Mereka
membawa Radio YBJ-6 yang sangat berjasa dalam memberikan kabar kepada dunia
luar bahwa Indonesia masih ada, nadi negeri ini masih berdenyut.
Hal ini untuk
membantah propaganda Belanda yang mengatakan bahwa Indonesia sudah tidak ada
lagi pasca Agresi Militer II.
Sejarah singkat hari bela negara
Hari
Bela Negara (HBN) diperingati tanggal 19 Desember setiap tahun berdasarkan Keppres
Nomor 28 Tahun 2006.
HBN berkaitan dengan peristiwa sejarah dimana Presiden
Soekarno memberi mandat kepada Mr.Syafroedin Prawiranegara untuk membentuk
Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi.
Pemerintah
kolonial Belanda kembali melakukan aksi Militer II dan menangkap pemimpin dan
pejuang serta mengumumkan Indonesia sudah tidak ada lagi.
Oleh sebab itu kepada
Mr.Syafrudin Prawiranegara diberi mandat untuk mendeklerasikan berdirinya
Pemerintah Darurat Republik Indonesia.
Agresi
Militer II yang telah dilakukan Belanda mendapat kecaman keras dunia internasional sehingga memaksa mereka untuk meninggalkan
Indonesia.
Peranan Radio YBJ-6
Radio
Yengkie Bravo Juliet 6 (YBJ-6) sangat penting artinya bagi sejarah perjuangan
bangsa Indonesia untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
Radio
dengan frekuensi 3035 KC/8 ini telah menjadi corong PDRI dalam mendengar dan
memberi kabar kepada dunia luar. Bahkan rdio ini dapat pula menerima dan mengirim
radiogram.
Selain
itu Radio YBJ-6 dapat memonitor berita dalam maupun luar negeri. Melalui radio
ini PDRI bertugas mengembang tugas memblokade Belanda karena Indonesia telah
terisolir dari dunia luar.
Pemerintah
RI masih ada dan berdiri karena memiliki syarat-syarat berdirinya sebuah negara
yaitu ada pemerintahan, ada rakyat dan ada wilayah. Ini disebarkan ke dunia
luar melalui Radio YBJ-6 .
Radio
YBJ-6 yang menjadi tonggak sejarah PDRI diketahui kemudian dibawa kembali ke
Bukittinggi.
Saat ini diketahui disimpan
di Musium Perjuangan Tri Daya Eka Dharma Ateh Ngarai Bukittinggi.***