Perjalanan Wisata Edukasi Hari Kedua di Kota Pempek Palembang
Desember 28, 2019
Perjalanan wisata edukasi hari kedua di kota pempek palembang – Pada
hari kedua di Palembang diawali dengan kunjungan ke Pulau Kemaro, kemudian ke
Ponpes Al Ihsaniyah Gandus, Sentra Songket dan Jumputan dan Pempek Palembang.
Sedangkan malam harinya akan menyelenggarakan RAT Tahun Buku Tahun 2019 KPN SMP
Negeri Tigo Jangko.
Pagi
itu dalam suasana hujan yang tidak terlalu deras, rombongan wisata anggota KPN
sudah sampai di Pelabuhan Wisata Sungai Musi.
Berfoto-foto di dermaga dengan latar belakang Jembatan Ampera dan
kesibukan lalu lintas Sungai Musi.
Tak
berapa lama rombongan menaiki bus air menuju Pulau Kemaro. Perjalanan bus air
bergerak menantang arus air Sungai Musi.
Setelah
berlayar beberapa menit di sebelah kiri akan terlihat pasar 16 Ilir Palembang, Kampung
Kapitan, Al Munawaroh dan kampung lainnya.
Kemudian di bagian atas sungai Musi
terdapat jalur kereta listrik yang dulunya digunakan untuk mengangkut tim Sea
Games dari Bandara Sultan Mahmud Badarudin II menuju stadion Jakabaring.
Penjelasan
pemandu wisata Landbow Tour, Rendra Manoppo, Palembang terbagi dua yang di belah
oleh sungai Musi. Bagian ulu merupakan pemukiman penduduk. Sedangkan bagian
ilir merupakan wilayah perkantoran di Palembang.
Sungai
musi memiliki kedalaman lebih kurang 30 meter dengan panjang 750 kilometer.
Di tepi sungai terpanjang di Indonesia ini terdapat beberapa objek wisata Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak, Pulau Kemaro, Kampung Kapitan, Kampung Arab, Pasar 16 Ilir dan lain sebagainya.
Sebelum memasuki areal laut
Pulau Kemaro, Rendra Manoppo menceritakan sejarah asal usul pulau tersebut.
Pulau
Kemaro terbentuk dari Delta Sungai Musi sehingga tidak memiliki pantai. Pulau
Kemaro artinya pulau yang kemarau, pulau yang tak pernah tenggelam ketika musim
pasang.
Di Pulau Kemaro akan ditemukan bangunan bersejarah seperti Pagoda Berlantai 9
setinggi 46 meter dimana masing-masing tingkat setinggi 5 meter. Kemudian ada
Klenteng Hok Tjing Rio dimana di dalamnya terdapat makam Siti Fatimah dan Tan
Bun An.
Legenda
terjadinya Pulau Kemaro sudah ada sejak zaman Sriwijaya. Berkaitan dengan Putri
Raja Sriwijaya Siti Fatimah dan putra kerajaan Tiongkok.Tan Bun An. Di depan
Klenteng terdapat Batu tertulis legenda Pulau Kemaro.
Sekitar
45 menit perjalanan atau menempuh jarak 6 kilometer rombongan sampai di dermaga Pulau Kemaro.
Setelah berfoto
bareng rombongan memasuki Klenteng Hok Tjing Rio dimana di dalamnya terdapat
makam Siti Fatimah dan Tan Bun An.
Kemudian rombongan bergerak menuju Pagoda berlantai 9 dengan masing-masing tingkat tingginya 5
meter.
Sebenarnya
admin matrapendidikan.com takut berada di tempat ketinggian. Namun untuk menguji
nyali dan memacu adrenalin, admin langsung masuk ke Pagoda dan menaiki satu
persatu anak tangga sampai ke lantai 9. Wow, capek juga.
Meskipun
sebentar, admin melihat sekeliling Pulau Kemaro dari lantai paling atas.
Ternyata Pulau Kemaro adalah komplek perindustrian termasuk pabrik pupuk Sriwijaya dan Pertamina Plaju serta Sungai Gerong.
Al Qur’an aksasa
Perjalanan
selanjutnya adalah melihat Al Qur’an
Raksasa. Al Qur’an Al Akbar ini terdapat di Pondok Pesantren Al
Ihsaniyah Gandus Palembang.
Konon menjadi Al Qur’an terbesar dan pertama di
dunia.
Menurut
keterngan pengurus Pondok Pesantren, pembuatan Al Qur’an terbesar ini atas
inisiator ustadz Ki Agus Syofwatillah Mohzaib yang kini menjadi anggota DPR RI
Pusat.
Sampai
saat ini Al Qur’an yang diukir di atas kayu tembesu (jati) ini baru
menyelesaikan 15 juz dan memakan dana lebih kurang 2 Milyard.
Sentra Songket dan Jumputan Palembang
Tujuan
wisata selanjutnya adalah Sentra Songket dan Jumputan Palembang di Fikri
Songket.
Admin matrapendidikan.com hanya ngopi di ruang khusus Songket Fikri
seraya ngobrol dengan kru Landbow Tour seperti Ronaldi Kasman, Rendra Manopo,
Marlin Hanifa, M.Farel dan Mas Ayu Fitri.
Sementara
para ibuk-ibuk berbelanja songket untuk oleh-oleh dibawa pulang. Di mushala
sentra tenun ini kami shalat Ashar berjamaah.di ruang shalat
Fikri Songket.
Pempek Palembang
Pempek
adalah salah satu kuliner khas Palembang. Asal muasal nama pempek sebagaimana
diceritakan pemandu wisata Marlin Hafiza, berasal dari nama Kelesan.
Pada zaman
Sriwijaya namanya menjadi Pempek yang berasal dari kata Apek panggilan pada
penjual Pempek waktu itu.
Tidak
hanya Pempek, kuliner khas Palembang yang lainnya adalah Tek Wan, Mie Celor
Martabak Har dan lain sebagainya.
Lihat juga : Nuansa Religius, Dari Masjid Agung Sampai ke Masjid Cheng Ho
Itulah
cerita perjalanan wisata di hari kedua diKota Palembang dalam rangka Tour dan
dan RAT KPN SMPN Tigo Jangko, Lintau Buo, Kab. Tanah datar, Sumbar.***