Strategi dan Metode Dadakan dalam Pembelajaran
Januari 21, 2020
Strategi dan metode 'dadakan' dalam
pembelajaran – Metode dadakan? Memang tidak ditemukan
jenis metode ini dalam kamus pembelajaran. Namun suatu saat, guru perlu melakukannya. Kapan? Ketika situasi dan kondisi kelas tidak memungkinkan
untuk menjalankan pembelajaran sesuai Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP).
Suatu
ketika guru perlu ‘menyingkirkan’ perangkat pembelajarannya, katakanlah itu RPP.
Meskipun telah disusun dengan sangat bagus, suatu saat karena 'terpaksa' harus
dicuekin ketika akan mengajar di ruang kelas. Kenapa harus?
Yang
tahu persis dengan kondisi suatu kelas adalah guru yang mengajar di kelas itu. Bukan
kepala sekolah ataupun pengawas pendidikan.
Dalam
kondisi tertentu guru harus berani mengambil tindakan,’banting stir’, mengubah
strategi dan metode mengajar, ketika situasi di ruang kelas tidak memungkinkan
untuk mengajar sesuai dengan RPP.
Kecuali
kalau guru hanya memiliki target bahwa RPP harus terlaksana dan tidak peduli bagaimana
pun situasi dan kondisi di ruang kelas.
Tindakan
‘banting stir’ dan menjalankan strategi dan metode dadakan dalam mengajar, juga terjadi
ketika saya mengajar di kelas IX.D, pada jam pelajaran terakhir lagi. .Apa pasalnya?
Siswa
yang hadir sejak awal pembelajaran di sekolah hanya 10 dari 25 siswa penghuni
kelas itu. Ternyata penyebabnya adalah hujan yang turun sejak dini hari sampai jam pelajaran ke
1-2.
Saya
berpikir sejenak, RPP yang sudah saya susun tidak mungkin dijalankan saat itu
karena tujuan saya bukan terlaksananya RPP melainkan bagaimana proses
pembelajaran tetap berlangsung menarik dan disukai siswa.
Selain itu, biasanya siswa kurang fokus karena banyak yang tidak hadir pada hari itu. Oleh sebab itu perlu mengambil sikap banting stir agar siswa tetap fokus.
Strategi
dan metode dadakan yang diterapkan adalah mengulang kembali pelajaran yang telah lampau
dengan metode tugas keroyokan membuat Teka-teki
Silang (TTS) di papan tulis (whiteboard).
Siswa membuat (bukan mengisi) TTS di papan tulis secara keroyokan namun tetap bergiliran ke depan kelas. Setiap siswa menulis kata beserta kotaknya. Bila sudah selesai,
siswa yang telah membuat kotak dan kata TTS di papan tulis, ditugaskan membuat
soalnya, baik mendatar maupun menurun.
Judul
pembelajaran hari itu untuk 10 orang siswa adalah, “Mengulang Pelajaran
Kemagnetan dan Pemanfaatannya Melalui Pembuatan TTS oleh Siswa.
Langkah-langkah kerja :
1.Menugaskan
siswa membaca dan memahami kembali buku pegangan siswa tentang pelajaran
Kemagnetan dan Pemanfaatannya.
2.Siswa
bergiliran ke depan kelas untuk menulis kata beserta kotaknya di papan tulis.
Misalnya, siswa pertama membuat kata K O M P A S dalam kotak mendatar. Siswa
selanjutnya menyambung slah satu huruf dari kata K O M P A S, misalnya K
menurun dengan kata K U T U B, begitu seterusnya secara bergiliran.
3.Setelah
siswa ‘menyerah’ alias tidak bisa lagi, meneruskan untuk menyambung kotak
dengan kata, maka siswa yang telah berpartisipasi tadi bertugas membuat
pertanyaannya sendiri. Misalnya siswa pertama tadi menulis kata K O M P A S, harus membuat
pertanyaan sendiri.dengan pertanyaan 1 Mendatar, yaitu: ‘Penunjuk arah’..
Begitu seterusnya…
Catatan:
Siswa perlu diberi bonus nilai, misalnya 0,5 untuk memotivasi siswa dalam membaca,
memahami pelajaran Kemagnetan dan Pemanfaatannya serta mendorong siswa untuk berpartisipasi
menulis di papan tulis untuk membuat TTS secara keroyokan..
Apa manfaatnya?
Dengan strategi dan metode dadakan ini, siswa lebih memahami pelajaran yang telah lampau. Selain itu siswa telah dilatih untuk mengasah
otak melalui TTS materi pelajaran IPA.
Manfaat
lain adalah siswa dapat berpikir dan fokus dengan tugas yang dihadapi sehingga tidak
terasa waktu menit demi menit berlalu.
Lihat juga : Teknik Mengajar 'Gado-gado' dan Manfaatnya
Demikianlah
sekadar sharing dalam pembelajaran
dalam situasi dan kondisi dimana tidak memungkinkan terlaksananya pembelajaran
sesuai dengan RPP yang telah disusun semula.***