Tinjauan Singkat Drama Pementasan Ala Siswa SMP

Tinjauan singkat drama pementasan ala siswa smp – Pada kesempatan ini akan diketengahkan tinjauan singkat drama yang dipentaskan siswa dalam ajang Pensi (Pentas Seni) kelas 9 SMPN 2 Lintau Buo yang digelar, Sabtu lalu (1/2/20).

Ada 3 buah drama yang berhasil dipentaskan siswa. Ketiga drama siswa dimaksud adalah Tobatnya Si Brandal Sekolah, Belajar Menggambar dan Malin Kundang.

Ketiga drama dipentaskan dengan gaya dan bahasa  dan kostum ala siswa zaman Milennial.

Tobatnya Brandal Sekolah ditampilkan dengan logat bahasa Indonesia dengan latar tempat ruang kelas. Sementara itu Belajar Menggambar juga ditampilkan dengan logat Minangkabau dan latar ruang kelas.

Malin Kundang pun menggunakan logat bahasa Minangkabau yang dicampur. Dalam drama ini latar tempat memang tidak mungkin digambarkan secara utuh oleh siswa.

Ketiga drama pentasan siswa tersebut, narasinya dibacakan oleh Rindu Ananda Mayora.

1.Tobatnya si Brandal Sekolah

Drama ini diperankan oleh Surya Bima Putri, Radar Mustika, Muhammad Farhan Rahmadi dan Sovia (kelas IX.C). Sementara dua orang lainnya dari kelas IX.A masing-masing Ilham Padil dan Abdul Haris.

Ilham Padhil dan Sovia berperan antagonis sebagai anak brandal di sekolah. Tidak senang dengan kehadiran murid baru yang diperankan oleh Radar Mustika saat belajar dengan guru (M.Farhan Rahmadi)

Jam istirahat, murid baru diintimidasi oleh anak berandal (Ilham Padhil dan Sovia. Pertengkaran pun terjadi setelah kembali ke kelas. Kebetulan gurunya belum datang ke kelas.

Meskipun demikian kehadiran Radar diterima baik oleh ketua kelas (Abdul Haris) dan temannya Surya Bima Putri.

Besok hari terdengar kabar siswa berandal tidak datang ke sekolah karena mengalami kecelakaan. Pulang sekolah, murid baru dan lainnya menjenguk si brandal sekolah. Kesadaran mulai tumbuh akibat bencana yang diterimanya. Akhirnya kedua brandal itu tobat.

2.Belajar Menggambar (satu episode)

Drama satu episode (drama singkat) ini diperankan oleh Maysuroh Nurul Alia sebagai guru serta Deskila Rasel Alfares, Novri Rahma Danil, Rival Rianto dan Abdul Haris sebagai murid SD.

Adegan dan dialog berjalan lancar dalam logat bahasa daerah.  Rasel menggambar kuda, Fadil menggambar  burung di atas pohon. Sementara Ucok Anggara membuat gambar bulan dan Haris membuat gambar binatang.

Meskipun dalam logat Minangkabau, karakter yang diperankan oleh murid mungkin perlu diperhalus dan menghormati guru.

3.Malin Kundang

Drama Malin Kundang diperankan oleh 16 siswa. Malin Kundang diperankan oleh Muhammad Gilang dan ibu malin Kundang oleh Devita Murniati. Sedangkan Ocha Andesti  memerankan Putri Kasumbo, anak orang kaya di kota yang diperankan oleh Fadhlul Azmi Mubarok.

Malin Kundang ingin merantau dan sudah disampaikan kepada ibunya. Ternyata ibunya menyetujui namun sete;lah itu Malin Kundang agak berat hati meninggalkan ibunya sendiri di kampung.

Sampai di rantau, Malin Kundang melihat seorang gadis (Putri Kasumbo) dirampok oleh dua orang (Alwia Gusnita dan M.Aditya Fernando). Tak tega melihat hal itu terjadi di depan matanya, Malin Kundang menyelamatkan gadis itu.

Bahkan Malin Kundang berhasil menangkap maling yang memakai cadar dari kain hitam, yang ternyata adalah seorang perempuan (Alwiya Gusnita) sementara satu lagi berhasil melarikan diri.
.   
Putri Kasumbo berkenalan dengan Malin Kundang serta memperkenalkan kepada ayangnya (Fadhlul Azmi Mubarok).

Malin Kundang diterima bekerja di kantor ayah Putri Kasumbo. Karena sudah sama-sama suka Malin Kundang Menikah dengan Putri Kasumbo di depan penghulu (Muhammad Arif).
Setelah berapa lama, Putri Kasumbo ingin diajak ke kampung Malin Kundang dan suaminya menyetujuinya.

Berita kepulangan Malin Kundang dengan Putri kasumbo sudah tersebar luas di kampung. Dua orang penduduk desa (Asy Emilia Putri dan Reza Putri Yani) mengabarkan hal itu kepada ibu Malin Kundang.

Alangkah gembira hati ibu Malin Kundang  Secepat mungkin ibunya ingin menjump[ai anaknya. Setelah bertemu dengan anaknya, ternyata Malin Kundang tidak mengakui ibunya.

Dengan kekecaewaan luar biasa ibu Malin Kundang mengutuk anaknya sehingga menjadi batu.

Ketiga drama yang dipentaskan siswa patut diacungkan jempol mengingat mereka adalah siswa SMP. Mereka telah menampilkan segenap kemampuan dalam berakting dengan gaya dan vokal yang kocak.
Lihat juga: Memodifikasi Stand Mic Menjadi Tripod Demi Peliputan Acara Pensi
Kendala utama yang dihadapi dalam pementasan ketiga drama tersebut hanya masalah properti suara. Mikropon harus berganti setiap dialog karena keterbatasan jumlahnya.***