Pak Guru Wirman

 “Mana yang menyenangkan, jadi guru waktu dulu dibandingkan zamannow, pak?” Seorang murid bertanya tanpa mengacungkan tangan terlebih dulu sesuai aturan belajar. Pak Wirman, guru yang mengajar di kelas itu, tersenyum kecil menanggapinya. Tidak memprotes pertanyaan sang muridnya, yang nyata-nyata telah melenceng dari pokok pembahasan materi pelajaran yang sedang dibahas.
Memang, selesai menjelaskan materi pelajaran, pak Wirman selalu memberi waktu dan kesempatan kepada murid untuk bertanya.
Termasuk saat menerangkan materi penyusun beberapa zat padat, zat cair dan gas dalam SK/KD Partikel Penyusun Benda dan Makhluk Hidup.
Walaupun pertanyaan siswa perempuan itu keluar topik pembahasan, guru paruh baya itu tidak ingin membuat kecewa si penanya. Apalagi pak Wirman sudah memahami karakter siswanya yang suka usil itu.
Pak Wirman berkeinginan dengan sikap ini, siswanya akan terbiasa bertanya dalam belajar dengannya.
“Coba terka, menurut kamu sendiri, mana yang menyenangkan, Yati?” Akhirnya pak Wirman balik bertanya.
“Hmmmm…, enak mengajar di zaman dulu, pak…” Siswa pemilik pertanyaan, Yati, menjawab pertanyaannya sendiri. Ia duduk di bangku paling belakang ruang kelas.
“Begitu, ya?” tanggap pak Wirman, seolah-olah menyetujui jawaban siswa bernama Yati.
“Iya…, pak…” sahut Yati dan siswa lainnya.
“Kalau boleh bapak tahu, coba kalian berikan alasannya?”
“Siswa zaman sekarang bandel-bandel, pak…” sahut Maria yang duduk di sebelah kiri depan ruang kelas.
Kembali guru IPA itu tersenyum kecil untuk yang kedua kalinya mendengar jawaban siswa yang polos dan spontan. “Menurut bapak, lebih menyenangkan mengajar anak-anak di zaman sekarang,” ujar pak Wirman kemudian tanpa menyalahkan jawaban siswanya.
Pak Wirman menjelaskan alasannya  Siswa seisi kelas serius mendengar penjelasannya..Penjelasan pak Wirman sesuai pertanyaan siswa semula, pola dan kemmpuan berpikir siswa-siswanya.
Sepintas pak Wirman melihat siswanya menerima alasannya mengatakan menyenangkan mengajar murid-murid di zaman sekarang.
Siswa zaman sekarang mungkin agak terkesan nakal dan kurang mengormati guru. Namun dapat juga dipahami, mereka hidup dan sekolah di era kemajuan teknologi terutama media informasi.Patokan makna menghormati guru, seolah-olah mereka buat sendiri sesuai informasi yang diterimanya.
Anak-anak zaman sekarang kadang-kadang suka meniru informasi dan tayangan yang mereka tonton.
Pada zaman dulu, informasi lebih banyak diberikan oleh guru di sekolah. Guru dianggap profesi yang serba tahu dengan segala sesuatu sehingga mereka lebih banyak mendengar informasi dari guru.  Siswa sadar sangat membutuhkan informasi sehingga mereka tidak sempat lagi menunjukkan perilaku menyimpang.
“Bukan berarti siswa zaman dulu tidak ada yang nakal,” ujar pak Wirman mengalas penjelasannya.
Siswa nampak paham. Ada yang mengangguk-angguk pertanda mereka paham dengan penjelasan pak Wirman.
“Oke. Kita kembali ke materi pelajaran yang sedang dibahas, setuju…?” tanya pak wirman meminta persetujuan siswanya.
“Setuju, pak…!!!” sahut siswa serempak.
Pak Wirman melanjutkan materi pelajaran berikutnya.***