Pak Guru Wirman
Februari 06, 2020
“Mana yang menyenangkan, jadi guru waktu dulu
dibandingkan zamannow, pak?” Seorang
murid bertanya tanpa mengacungkan tangan terlebih dulu sesuai aturan belajar. Pak
Wirman, guru yang mengajar di kelas itu, tersenyum kecil menanggapinya. Tidak
memprotes pertanyaan sang muridnya, yang nyata-nyata telah melenceng dari pokok
pembahasan materi pelajaran yang sedang dibahas.
Memang,
selesai menjelaskan materi pelajaran, pak Wirman selalu memberi waktu dan
kesempatan kepada murid untuk bertanya.
Termasuk saat menerangkan materi
penyusun beberapa zat padat, zat cair dan gas dalam SK/KD Partikel Penyusun
Benda dan Makhluk Hidup.
Walaupun
pertanyaan siswa perempuan itu keluar topik pembahasan, guru paruh baya itu
tidak ingin membuat kecewa si penanya. Apalagi pak Wirman sudah memahami
karakter siswanya yang suka usil itu.
Pak
Wirman berkeinginan dengan sikap ini, siswanya akan terbiasa bertanya dalam
belajar dengannya.
“Coba
terka, menurut kamu sendiri, mana yang menyenangkan, Yati?” Akhirnya pak Wirman
balik bertanya.
“Hmmmm…,
enak mengajar di zaman dulu, pak…” Siswa pemilik pertanyaan, Yati, menjawab
pertanyaannya sendiri. Ia duduk di bangku paling belakang ruang kelas.
“Begitu,
ya?” tanggap pak Wirman, seolah-olah menyetujui jawaban siswa bernama Yati.
“Iya…,
pak…” sahut Yati dan siswa lainnya.
“Kalau
boleh bapak tahu, coba kalian berikan alasannya?”
“Siswa
zaman sekarang bandel-bandel, pak…” sahut Maria yang duduk di sebelah kiri
depan ruang kelas.
Kembali
guru IPA itu tersenyum kecil untuk yang kedua kalinya mendengar jawaban siswa
yang polos dan spontan. “Menurut bapak, lebih menyenangkan mengajar anak-anak di
zaman sekarang,” ujar pak Wirman kemudian tanpa menyalahkan jawaban siswanya.
Pak
Wirman menjelaskan alasannya Siswa seisi
kelas serius mendengar penjelasannya..Penjelasan pak Wirman sesuai pertanyaan
siswa semula, pola dan kemmpuan berpikir siswa-siswanya.
Sepintas
pak Wirman melihat siswanya menerima alasannya mengatakan menyenangkan mengajar
murid-murid di zaman sekarang.
Siswa
zaman sekarang mungkin agak terkesan nakal dan kurang mengormati guru. Namun
dapat juga dipahami, mereka hidup dan sekolah di era kemajuan teknologi
terutama media informasi.Patokan makna menghormati guru, seolah-olah mereka buat sendiri sesuai informasi yang diterimanya.
Anak-anak
zaman sekarang kadang-kadang suka meniru informasi dan tayangan yang mereka
tonton.
Pada
zaman dulu, informasi lebih banyak diberikan oleh guru di sekolah. Guru
dianggap profesi yang serba tahu dengan segala sesuatu sehingga mereka lebih
banyak mendengar informasi dari guru.
Siswa sadar sangat membutuhkan informasi sehingga mereka tidak sempat
lagi menunjukkan perilaku menyimpang.
“Bukan
berarti siswa zaman dulu tidak ada yang nakal,” ujar pak Wirman mengalas
penjelasannya.
Siswa
nampak paham. Ada yang mengangguk-angguk pertanda mereka paham dengan
penjelasan pak Wirman.
“Oke.
Kita kembali ke materi pelajaran yang sedang dibahas, setuju…?” tanya pak
wirman meminta persetujuan siswanya.
“Setuju,
pak…!!!” sahut siswa serempak.
Pak
Wirman melanjutkan materi pelajaran berikutnya.***