Pindah Ruang Kantor Majelis Guru, Sebuah Catatan Kecil

Pindah ruang kantor majelis guru, sebuah catatan kecil – Jangankan pindah rumah atau pindah kantor. Pindah ruangan majelis guru dan masih di areal yang sama pun akan meninggalkan cerita senang dan repotnya. Tidak terkecuali dengan pindah ruangan kantor majelis guru SMPN 2 Lintau Buo, Sabtu (8/2/20).

Ruang majelis guru di gedung utama memang sudah sarat dengan meja setengah biro. Untuk melewati lorong-lorong di antara meja satu dengan meja lain begitu susah.

Apalagi masing-masing meja guru sudah penuh oleh tumpukan berkas guru, di atas maupun di bawah meja.

Uniknya, guru yang menempati ruangan berukuran lebih kurang 7 x 6 meter tersebut tidak berapa orang.

Banyak guru yang telah memasuki masa pensiun sehingga meja dan kursinya tak berpenghuni.

Kepala sekolah, Titin Susilawati SPd berinisiatif untuk mengatasi kondisi ruang majelis guru yang penuh sesak tersebut.

Inisiatif yang dijalankan adalah menyulap dan memanfaatkan unit gedung belajar (UGB) yang ada di bagian belakang areal sekolah.

Kebetulan UGB dengan 2 ruang kelas tersebut tidak terpakai sejak beberapa tahun terakhir.

Memang, letaknya agak jauh di belakang persis di pinggiran pagar sekolah. Namun demikian berdekatan dengan ruang belajar siswa yang terpakai saat ini.

Sejak Senin (10/2/20) guru-guru di SMPN 2 Lintau Buo sudah menempati ruang kantor yang baru. Dua ruangan yang terhubung oleh satu pintu pada dinding pembatas ruangan, terasa nyaman dan udaranya segar karena memang ruangan itu cukup luas.

Ketika supervisi kunjungan kelas oleh pengawas Drs. Azri dan kunjungan Kabid PTK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tanah Datar Ali Asmar SPd MT dan rombongan, guru-guru sudah menempati ruangan kantor majelis guru yang baru ini.

Catatan kecil pemindahan ruang kantor

Menyenangkan memang berada di ruangan kantor majelis guru yang baru ini. Guru-guru akan menghadapi suasana yang baru dan menyenangkan.

Namun ternyata proses pemindahan ruangan kantor majelis guru ini menyimpan catatan kecil. 

Kondisi psikologis guru memang dalam keadaan terbebani. Kenapa tidak? 

Guru-guru sedang menyiapkan diri untuk menjalani program supervisi oleh pengawas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tanah Datar.

Persiapan guru dimaksud adalah mempermanenkan perangkat mengajar sehingga siap untuk dikunjungi oleh pengawas di ruang kelas ketika mengajar.

Sabtu siang itu (8/2/20), guru-guru pada sibuk mengemasi barang-barang, lebih tepatnya buku-buku dan bahan-bahan dari kertas lainnya. Membongkar kertas-kertas lama di dalam laci meja atau di bawah kolong meja masing-masing. 

Memeriksa kembali apakah kertas-kertas itu masih berguna atau tidak. Namun buku tugas siswa yang bertumpuk di atas maupun bawah meja tidak mungkin disingkirkan.

Tidak hanya berkas guru yang harus dikemasi dan dibawa ke ruang baru. Meja dan kursi pun harus ‘diungsikan’ dari ruang majelis guru yang lama ini. Ruang lama ini akan menjadi sambungan ruang tata usaha.

Masih untung, siang itu masih ada siswa yang belum pulang ke rumahnya. Siswa bergotong royong membantu guru untuk memindahkan meja dan kursi serta berkas-berkas lainnya. Terima kasih siswa semuanya.

Terpisah ruang

Menyedihkan! Hikzzz!...hikzzz!...hikzzz...!!! Ruangan pak guru dan ibuk guru harus terpisah. Terpisah oleh dinding pemisah ruangan, maklum karena yang dijadikan kantor majelis guru adalah dua ruangan belajar.

Satu ruangan dihuni guru cewek dan satu lagi oleh guru cowok. Sepertinya, 5 guru cowok yang ada di sekolah memang terpaksa 'diisolasi' dalam satu ruangan karena ruangan satu lagi sudah penuh oleh guru cewek. 

Nah, sekali-sekali guru cowok maupun cewek boleh dong saling melongok ke ruang sebelah melalui pintu satu-satunya yang menghubungkan kedua ruangan itu.***