Antara Lima dan Empat

Gila! Winarto bergumam sambil geleng-geleng kepala. Kemudian menutup fitur media sosial dan meletakkan kembali ponsel androidnya. Sejenak mereguk kopi hangat yang baru disajikan istrinya.

“Ada apa toh, Pak. Kok ngomel sendiri usai buka ponselnya?” tanya Surti, istrinya penasaran.

“Bagaimana tidak akan ngomel, Bu? Seorang istri paruh baya, beranak 5 yang sudah besar-besar tega berselingkuh dengan suami orang lain yang sudah beranak 4. Apa itu tidak gila namanya, buk? ”

Surti terdiam.

“Mungkin karena pengaruh gadget, ya pak?” ujar Surti kemudian.

“Boleh jadi begitu, Buk. Tapi, seseorang yang telah berumur paruh baya dan beranak 5 yang sudah besar, tidak mungkin seluruhnya dikatakan kerena pengaruh gadget Lagi pula, kemajuan teknologi berupa gadget semestinya digunakan untuk yang bermanfaat dan yang baik-baik saja, buk.

Yang salah itu orang yang memakainya, bukan gadgetnya melainkan penggunnya yang salah.” ujar Winarto.

“Betul juga ya Pak? Semestinya kalau sudah berumur itu banyak-banyak mengingat mati apalagi seorang ibu yang mulai memasuki usia tua,” timpal Surti.

“Iya, bu. Bapak kasihan dengan suami dan anak-anaknya yang sudah besar-besar semuanya.”
*****
“Horeeee! Akhirnya siap juga!!!” Melisa berteriak girang.

“Gembira banget, kamu bikin apa sih, Mel?” tanya Budi ingin tahu sembari mendekat ke meja belajar adiknya.

“Ini bang, coba lihat Cerpen bikinanku di laptop ini.” kata Melisa.

“Oh, bagus..” komentar Budi.

“Judulnya belum ada. Bagusnya apa judul Cerpen buatanku ini, bang?”

“Menurut abang, Antara Empat dan Lima, Mel. Kamu setuju?”

Melisa terdiam sejenak.

“Hm, aku setuju bang.”

“Tapi kamu perlu periksa kembali ejaan dan tanda bacanya, Mel.

“Iya, bang. Ntar kuulangi mengeditnya dan mengirimnya ke blog yang bersedia menerima dan menerbitkan Cerpenku ini, bang. Terima kasih ya?”
Lihat juga cerpen: Kertas Bertulis yang Tercecer
“Ya. Semoga sukses, adikku.”***  

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel