Kertas Bertulis yang Tercecer

 “Papa, tadi di jalan Acha menemukan kertas ini.” ujar Anisa memperlihatkan kertas yang ditemukannya ketika berjalan pulang sekolah. Agusri, sang papa hanya menanggapi dengan jawaban, “Oh ya?”  Tanpa menoleh barang sebentar. Namun ia masih asyik dengan pekerjaannya di depan meja komputer.

Karena merasa papanya sibuk dengan pekerjaannya dan tak dapat diganggu, Anisa menaruh kertas yang ditemukannya itu di meja kerja papanya.

Melihat sekilas kertas yang ditaruh putrinya di atas meja, Agusri berhenti bekerja. Sepertinya kertas temuan putrinya itu menarik perhatiannya.

Agusri tergerak hatinya untuk meraih dan memeriksanya. Kertas berlipat itu berwarna merah jambu dan sudah mulai kotor itu oleh debu jalanan.

“Sepertinya, kertas kecil ini diari seseorang yang tercecer,” Agusri membatin ketika membuka lipatan kertas berisi tulisan yang ditulis tagan. Karena penasaran, Agusri membacanya dalam hati sampai tuntas…

Jumat, 20 Maret 2019
Setiap orang tidak ingin dikhianati oleh pasangannya termasuk diriku. Tapi rupanya setiap orang juga selalu memiliki peluang untuk menerima guratan tangan dikhianati. Dan, itu telah berjadi padaku.  

Aku terdiam bisu ketika kedua anakku yang sudah berangkat remaja itu memberitahu kalau mamanya berselingkuh. Mereka tidak tahan lagi menyimpan rahasia tentang kelakuan mamanya selama ini yang telah berselingkuh dengan pria yang juga punya keluarga dan anak-anak.

Pengakuan anak-anakku, mereka semula akan menyimpan rahasia ini untuk menghindari percekcokan papa dan mamanya. Namun mereka tak kuasa lagi menyimpan rahasia itu. Suatu saat rahasia mama akan terbongkar.

Mereka tidak mau kalau suatu saat nanti mama mereka ketahuan berselingkuh dan akan dikatakan Perebut Laki Orang. Sepandai apapun seseorang menympan yang busuk, lambat laun akan ketahuan juga.

Aku berhasil meredam amarah saat mendengar kedua anakku berterus terang. Kedua anakku meminta terlebih dulu agar aku berjanji untuk sabar dan tidak langsung emosi ketika mendengar pengakuan mereka.

Sebaliknya kedua anakku juga berjanji akan berusaha untuk menegur mamanya yang telah melanggar norma susila tersebut.

Aku hanya mengurut dada dan bersabar. Tidak mengambil tindakan yang gegabah dan merugikan mental kedua anakku. Suatu saat ketika mereka sudah dewasa mungkin aku akan mengambil tindakan terhadap mamanya…Sekian.
Lihat juga cerpen: Antara Lima dan Empat
           Agusri terdiam usai membaca tulisan di kertas merah jambu itu.

          “Kasihan sang papa…” gumam Agusri sembari merobek kertas catatan yang tercecer itu menjadi kecil-kecil agar tidak sempat dibaca oleh putrinya, Anisa.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel