Langkah Tepat untuk Pendidikan Anak di Tengah Pandemi Covid-19
April 23, 2020
Langkah tepat untuk pendidikan anak di tengah pandemi covid19 - Dampak mewabahnya virus
Corona (Covid-19) kini juga telah dirasakan oleh dunia pendidikan. Hal ini
telah diakui oleh organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada Kamis (5/3), bahwa wabah virus Corona telah
berdampak terhadap sektor pendidikan.
Hampir 300 juta siswa terganggu kegiatan sekolahnya di seluruh dunia dan terancam hak-hak pendidikan mereka di masa depan.
Sehari sebelumnya, 13 negara termasuk China, Italia, dan Jepang telah menutup
sekolah-sekolah di seluruh negeri dalam upaya untuk menghentikan penyebaran
virus tersebut. Itu mempengaruhi hampir 290 juta siswa. Sebagian besar siswa
berasal dari China.
Di seluruh negeri, termasuk wilayah administrasi khusus Hong Kong
dan Makau, lebih dari 233 juta siswa tidak sekolah karena virus. Itu diikuti
oleh Jepang, yang memiliki hampir 16,5 juta siswa yang dipindahkan.
Beberapa sekolah dan universitas telah memberhentikan sementara aktivitas
pendidikannya. Salah satu kampus di Malaysia misalnya, International Islamic
University Malaysia (IIUM) memutuskan untuk menunda waktu masuk kuliah sebagai
antisipasi pencegahan penyebaran virus.
Sementara di China sendiri Kementerian Pendidikan China
memperpanjang libur Imlek untuk sekolah dan kampusnya.
Kegiatan belajar
mengajar tahun ajaran baru yang seharusnya dimulai setelah 30 Januari atau awal
Februari ditunda hingga waktu yang belum ditentukan.
Demikian halnya di Korea
Selatan yang juga memperpanjang libur perguruan tingginya.
Di Indonesia sendiri, dunia pendidikan juga ikut merasakan
dampaknya. Berbagai macam kegiatan program studi komparatif ke luar negeri (overseas)
terpaksa harus dibatalkan.
Sekolah kami sendiri, Tazkia IIBS Malang, harus
membatalkan beberapa kegiatan penting di luar negeri, seperti perlombaan debat
bahasa Arab di Singapura yang mestinya diselenggarakan pertengahan Februari dibatalkan
oleh pihak otoritas setempat.
Hal ini dilakukan setelah level penyebaran virus corona di
Singapura naik dari level kuning ke level orange. Kegiatan lainnya adalah studi
komparatif overseas ke Jepang yang mestinya berangkat di awal Maret menjadi batal berangkat.
Hingga saat ini kondisi penyebaran virus tersebut masih memprihatinkan. Data
terbaru penyebaran virus corona jenis baru penyebab Covid-19 kini telah
dikonfirmasi positif di 84 negara.
Data Jumat (6/3) pagi, tercatat 97.885 kasus positif terinfeksi,
dengan angka kematian 3.348. Sementara, untuk pasien yang sembuh telah mencapai
lebih dari 50 persen dari jumlah kasus atau sekitar 53.796. Data tersebut akan
terus meningkat.
Jika kondisi ini terus meningkat, maka sudah bisa dipastikan dampaknya terhadap
sektor pendidikan juga akan semakin meningkat.
Dampak yang paling dikhawatirkan
adalah efek jangka panjang. Sebab para siswa dan mahasiswa secara otomatis akan
merasakan keterlambatan dalam proses pendidikan yang dijalaninya.
Hal ini bisa
mengakibatkan pada terhambatnya perkembangan kematangan mereka di masa yang
akan datang. Apalagi jika Covid-19 ini tidak segera berakhir. Dengan kebijakan penundaan
sekolah-sekolah di negara-negara yang terdampak virus tersebut secara otomatis
dapat mengganggu hak setiap warganya untuk mendapatkan layanan pendidikan yang
layak.
Penutupan sekolah-sekolah dan kampus tersebut tentu dapat
menghambat dan memperlambat capaian target yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah dan atau sekolah masing-masing.
Pastinya, kondisi demikian akan mengganggu pencapaian kematangan siswa dalam
meraih tujuan belajarnya, baik secara akademis maupun psikologis.
Yang lebih
mengkhawatirkan lagi adalah dampak psikologisnya. Siswa yang harus tertunda
proses pembelajarannya akibat penutupan sekolah sangat memungkinkan akan
mengalami trauma psikologis yang membuat mereka demotivasi dalam belajar.
Demikian halnya dengan pembatalan beberapa agenda dan program penting siswa ke
luar negeri seperti perlombaan dan studi overseas membuat
mereka kecewa karena mereka merasa telah mempersiapkan jauh-jauh hari
sebelumnya.
Apalagi wawasan para siswa seputar virus corona masih minim yang
bisa membuat mereka memiliki tingkat kekhawatiran yang lebih tinggi.
Langkah-Strategis
Di Indonesia sendiri penderita positif Corona juga terus bertambah. Dengan
bertambahnya penderita ini, maka telah memberikan efek negatif yang lebih besar
terhadap sektor pendidikan di dalamnya.
Untuk itu meredam dampaknya, maka
dibutuhkan langkah-langkah strategis. Hal ini perlu dilakukan oleh pemerintah
cepat dan-tepat.
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memberikan edukasi kepada para siswa
dan praktisi pendidikan.
Ini bisa dilakukan dengan sosialisasi secara intensif
oleh dinas kesehatan tentang virus Corona itu sendiri, baik dari aspek
pencegahannya maupun cara menyikapinya.
Dengan wawasan ini diharapkan dapat mengurangi
efek kekhawatiran berlebih yang dapat menyebabkan dampak traumatis pada diri
siswa dan tentu juga para gurunya.
Langkah kedua adalah perlu menyiapkan tim khusus dari para psikolog untuk
melakukan pendampingan terhadap para siswa baik secara kolektif maupun
individu, khususnya terhadap sekolah-sekolah yang berada di wilayah terdampak
virus.
Terkhusus lagi untuk para siswa yang gagal melakukan program yang
diimpikan dan dinantinya seperti kegiatan perlombaan di tingkat internasional
atau studi komparatif di luar negeri.
Dengan pendampingan ini diharapkan dapat meringankan beban psikologis mereka
serta menguatkan kembali semangat belajarnya.
Pemerintah sebenarnya sudah
menyiapkan tim psikolog untuk melakukan pendampingan terhadap warga di tempat
karantina di Natuna. Tapi, melihat kondisi penyebaran saat ini, maka
pendampingan perlu diperluas lagi.
Minimal dengan memberikan imbauan kepada
setiap lembaga sekolah untuk melakukan sosialisasi dan pendampingan untuk
antisipasi dampak yang lebih-parah.
Adapun untuk terhambatnya proses pendidikan karena penutupan dan penundaan
waktu belajar, maka perlu disiapkan solusi kongkret pula. Salah satu yang bisa
dilakukan adalah dengan sistem pembalajaran jarak jauh dengan memanfaat
teknologi yang ada.
Sebab jika tidak, maka ini akan memberikan dampak negatif
terhadap perkembangan kematangan hasil dan pencapaian dari proses pendidikan.
(Kiriman : AlifyaTasanti*)
Biodata penulis :
Alifya
tasanti, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah
Madani Yogyakarta
Nb: bukan penulis handal
tetapi saya ingin membagi wawasan dan semoga bermanfaat bagi yg membaca jikalau
terlihat kesalahan dan kekurang saya mempersilahkan kritik dan saran.