Langkah Tepat untuk Pendidikan Anak di Tengah Pandemi Covid-19

Langkah tepat untuk pendidikan anak di tengah pandemi covid19 - Dampak mewabahnya virus Corona (Covid-19) kini juga telah dirasakan oleh dunia pendidikan. Hal ini telah diakui oleh organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada Kamis (5/3), bahwa wabah virus Corona telah berdampak terhadap sektor pendidikan.

Hampir 300 juta siswa terganggu kegiatan sekolahnya di seluruh dunia dan terancam hak-hak pendidikan mereka di masa depan.

Sehari sebelumnya, 13 negara termasuk China, Italia, dan Jepang telah menutup sekolah-sekolah di seluruh negeri dalam upaya untuk menghentikan penyebaran virus tersebut. Itu mempengaruhi hampir 290 juta siswa. Sebagian besar siswa berasal dari China.

Di seluruh negeri, termasuk wilayah administrasi khusus Hong Kong dan Makau, lebih dari 233 juta siswa tidak sekolah karena virus. Itu diikuti oleh Jepang, yang memiliki hampir 16,5 juta siswa yang dipindahkan.

Beberapa sekolah dan universitas telah memberhentikan sementara aktivitas pendidikannya. Salah satu kampus di Malaysia misalnya, International Islamic University Malaysia (IIUM) memutuskan untuk menunda waktu masuk kuliah sebagai antisipasi pencegahan penyebaran virus.

Sementara di China sendiri Kementerian Pendidikan China memperpanjang libur Imlek untuk sekolah dan kampusnya. 

Kegiatan belajar mengajar tahun ajaran baru yang seharusnya dimulai setelah 30 Januari atau awal Februari ditunda hingga waktu yang belum ditentukan. 

Demikian halnya di Korea Selatan yang juga memperpanjang libur perguruan tingginya.

Di Indonesia sendiri, dunia pendidikan juga ikut merasakan dampaknya. Berbagai macam kegiatan program studi komparatif ke luar negeri (overseas) terpaksa harus dibatalkan. 


Sekolah kami sendiri, Tazkia IIBS Malang, harus membatalkan beberapa kegiatan penting di luar negeri, seperti perlombaan debat bahasa Arab di Singapura yang mestinya diselenggarakan pertengahan Februari dibatalkan oleh pihak otoritas setempat.

Hal ini dilakukan setelah level penyebaran virus corona di Singapura naik dari level kuning ke level orange. Kegiatan lainnya adalah studi komparatif overseas ke Jepang yang mestinya berangkat di awal Maret menjadi batal berangkat.

Hingga saat ini kondisi penyebaran virus tersebut masih memprihatinkan. Data terbaru penyebaran virus corona jenis baru penyebab Covid-19 kini telah dikonfirmasi positif di 84 negara.

Data Jumat (6/3) pagi, tercatat 97.885 kasus positif terinfeksi, dengan angka kematian 3.348. Sementara, untuk pasien yang sembuh telah mencapai lebih dari 50 persen dari jumlah kasus atau sekitar 53.796. Data tersebut akan terus meningkat.

Jika kondisi ini terus meningkat, maka sudah bisa dipastikan dampaknya terhadap sektor pendidikan juga akan semakin meningkat.

Dampak yang paling dikhawatirkan adalah efek jangka panjang. Sebab para siswa dan mahasiswa secara otomatis akan merasakan keterlambatan dalam proses pendidikan yang dijalaninya. 

Hal ini bisa mengakibatkan pada terhambatnya perkembangan kematangan mereka di masa yang akan datang. Apalagi jika Covid-19 ini tidak segera berakhir. Dengan kebijakan penundaan sekolah-sekolah di negara-negara yang terdampak virus tersebut secara otomatis dapat mengganggu hak setiap warganya untuk mendapatkan layanan pendidikan yang layak.


Penutupan sekolah-sekolah dan kampus tersebut tentu dapat menghambat dan memperlambat capaian target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dan atau sekolah masing-masing.

Pastinya, kondisi demikian akan mengganggu pencapaian kematangan siswa dalam meraih tujuan belajarnya, baik secara akademis maupun psikologis.

Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah dampak psikologisnya. Siswa yang harus tertunda proses pembelajarannya akibat penutupan sekolah sangat memungkinkan akan mengalami trauma psikologis yang membuat mereka demotivasi dalam belajar.

Demikian halnya dengan pembatalan beberapa agenda dan program penting siswa ke luar negeri seperti perlombaan dan studi overseas membuat mereka kecewa karena mereka merasa telah mempersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya.

Apalagi wawasan para siswa seputar virus corona masih minim yang bisa membuat mereka memiliki tingkat kekhawatiran yang lebih tinggi.


Langkah-Strategis

Di Indonesia sendiri penderita positif Corona juga terus bertambah. Dengan bertambahnya penderita ini, maka telah memberikan efek negatif yang lebih besar terhadap sektor pendidikan di dalamnya.

Untuk itu meredam dampaknya, maka dibutuhkan langkah-langkah strategis. Hal ini perlu dilakukan oleh pemerintah cepat dan-tepat.

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memberikan edukasi kepada para siswa dan praktisi pendidikan. 

Ini bisa dilakukan dengan sosialisasi secara intensif oleh dinas kesehatan tentang virus Corona itu sendiri, baik dari aspek pencegahannya maupun cara menyikapinya.

Dengan wawasan ini diharapkan dapat mengurangi efek kekhawatiran berlebih yang dapat menyebabkan dampak traumatis pada diri siswa dan tentu juga para gurunya.

Langkah kedua adalah perlu menyiapkan tim khusus dari para psikolog untuk melakukan pendampingan terhadap para siswa baik secara kolektif maupun individu, khususnya terhadap sekolah-sekolah yang berada di wilayah terdampak virus.

Terkhusus lagi untuk para siswa yang gagal melakukan program yang diimpikan dan dinantinya seperti kegiatan perlombaan di tingkat internasional atau studi komparatif di luar negeri.

Dengan pendampingan ini diharapkan dapat meringankan beban psikologis mereka serta menguatkan kembali semangat belajarnya.

Pemerintah sebenarnya sudah menyiapkan tim psikolog untuk melakukan pendampingan terhadap warga di tempat karantina di Natuna. Tapi, melihat kondisi penyebaran saat ini, maka pendampingan perlu diperluas lagi. 

Minimal dengan memberikan imbauan kepada setiap lembaga sekolah untuk melakukan sosialisasi dan pendampingan untuk antisipasi dampak yang lebih-parah.

Adapun untuk terhambatnya proses pendidikan karena penutupan dan penundaan waktu belajar, maka perlu disiapkan solusi kongkret pula. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan sistem pembalajaran jarak jauh dengan memanfaat teknologi yang ada.

Sebab jika tidak, maka ini akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan kematangan hasil dan pencapaian dari proses pendidikan. (Kiriman : AlifyaTasanti*)


Biodata penulis :
Alifya tasantiSekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Madani Yogyakarta


Nb: bukan penulis handal tetapi saya ingin membagi wawasan dan semoga bermanfaat bagi yg membaca jikalau terlihat kesalahan dan kekurang saya mempersilahkan kritik dan saran.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel