Pendidikan Karakter Berbasis Fitrah dalam Cermin Islam

Pendidikan karakter berbasis fitrah dalam cermin islam - Salah satu masalah pendidikan di tanah air Indonesia, yaitu kurangnya pendidikan karakter. Mendidik bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan dan materi pembelajaran. Mendidik anak-anak adalah memfokuskan segala sikap dan tingkah laku agar menjadi tauladan bagi anak-anak.

Sebagai landasan dalam mendidik buah hati, Al-Qur’an secara mendalam telah memberikan tuntunan melalui ayat-ayat Al-Qur’an yang di dalamnya menjelaskan bagaimana cara mendidik dan mempersiapkan anak-anak agar kelak siap untuk hidup dan mengarungi kehidupan di masyarakat.

Mendidik secara fitrah merupakan landasan awal yang ditawarkan Al-Qur’an dalam mendidik anak. Karena dengan landasan fitrah anak memiliki potensi keimanan sejak dalam kandungan.

Dibekali pendengaran, penglihatan dan hati untuk dapat berfikir dan belajar. Memiliki kemampuan bakat yang luar biasa dan beragam yang akan menjadi potensi bagi kelangsungan hidup anak.

Juga dengan fitrah yang dimiliki anak dapat hidup bersinergi dengan lingkungan sekitar dan dapat menjaga dan melestarikan alam ini, karena fitrah alam sudah tertanam dengan baik.

Dalam Islam, pendidikan merupakan hal yang fundamental. Sehingga setiap muslim, baik itu laki-laki maupun perempuan mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang sama untuk mencari ilmu dan mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Para ulama sepakat adanya kesamaan kewajiban menuntut ilmu bagi laki-laki dan perempuan.

Seluruh masyarakat dengan struktur sosial, politik dan ekonomi yang berbedapun berkewajiban untuk menuntut ilmu. Dan membekali diri dengan ilmu serta mengkondisikan diri untuk melaksanakan kewajiban menuntut ilmu dengan sempurna.

Sedangkan pengertian pendidikan anak adalah usaha yang dilakukan oleh keluarga, sekolah dan masyarakat untuk mendidik, membimbing dan mengarahkan anak-anak secara fitrah sehingga anak mampu berkembang dan hidup sesuai tahapan usia dan tahapan perkembangan anak-anak.

Al-Qur’an secara detail menjelaskan mengenai proses dan eksistensi manusia sebagai makhluk hidup yang mempunyai potensi dan kecerdasan dibanding makhluk lainnya.

Gambaran mengenai eksistensi manusia tersebut Allah isyaratkan dalam Al-Qur’an surat an-Nahl [16] 78 sebagai berikut:

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." (QS al-Nahl [16] 78).

Kandungan Al-Qur’an di atas menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia melalui rahim ibu kemudian Allah berikan pendengaran, penglihatan dan hati. Menarik jika ditelaah mengenai urutan yang Allah ciptakan.

Pertama Allah ciptakan pendengaran (telinga), penglihatan (mata) dan hati. Dalam kehidupan nyata seorang bayi lahir maka telinga sebagai alat pendengaran yang pertama berfungsi, meskipun pada tahap selanjutnya mata memiliki ketajaman dalam menerima respon dibanding telinga.

Tidak hanya telinga dan mata yang memiliki manfaat untuk kehidupan manusia. Hati juga memiliki peranan penentu.

Ketika telinga dan mata menerima rangsang suara dan visual, pesan pendengaran dan penglihatan diuraikan menjadi serentetan impuls-impuls elektrokimia dan diteruskan ke otak untuk disusun dan diartikan menjadi kata-kata yang dapat dipahami.

Operating system otak dalam memahami susunan impuls elektrokimia adalah hati. Jika otak diumpamakan hardware maka hati adalah software.

Selain memberikan kemampuan pendengaran, penglihatan dan hati, Allah SWT memberikan potensi agama atau disebut fitrah.

Dalam pandangan Islam, Allah SWT menganugerahkan potensi yang terdapat dari diri manusia yang memiliki unsur jasmaniah (fisiologis) dan unsur ruhaniah (psikologis) dengan berbagai potensi sebagai bekal kehidupan manusia.

Dalam unsur yang terkandung tersebut, Allah memberikan seperangkat kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkembang atau disebut dengan kemampuan dasar yang otomatis berkembang (prepotence reflexes).

Berikut ini akan dijelaskan mengenai fitrah yang telah Allah SWT berikan kepada manusia.

1.Fitrah Keimanan

Kemampuan dasar atau potensi dasar manusia yang dibawa sejak lahir sebagaimana tertuang dalam Al- Qur’an surat al-Ruum [30] 30:

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;  tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."

Penjelasan mengenai fitrah manusia ini juga terdapat dalam hadits riwayat Bukhari:

"Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dza’bi dari Az Zuhriy dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata; Nabi Shallallahu’alaihiwalsallam bersabda:

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?”

Dalam kandungan ayat Al-Qur’an surat al-Rûm/30: 30 dan hadits yang diriwayatkan Bukhori tersebut, mengandung pengertian:

Pertama fitrah dalam ayat tersebut mengandung makna potensi dasar beragama yang benar dan lurus dan ini ketetapan dari Allah, maka dalam ayat tersebut mengandung implikasi yang berkonotasi dengan aliran pendidikan nativisme.

Kedua dalam hadits tersebut terdapat faktor bawaan yang dipengaruhi potensi atau faktor luar, karena setiap individu juga sudah dibekali dengan pendengaran, penglihatan dan hati.

Dari uraian tersebut dijelaskan bahwa setiap manusia mempunyai potensi sejak dalam kandungan. Potensi itu bernama tauhid, kemudian akan berkembang dan bertambah seiring dengan lingkungan dan pola pendidikan yang diterima oleh setiap orang.

Untuk itu orangtua (keluarga), sekolah dan m asyarakat menjadi lembaga yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan perubahan setiap potensi.

2.Fitrah Belajar

Salah satu potensi manusia adalah makhluk pembelajar. Kecenderungan manusia untuk selalu belajar terlihat jelas ketika masa bayi dan kanak-kanak.

Proses perkembangan dari mulai lahir sampai kanak-kanak dilalui dengan selalu belajar dan mencoba. Mulai dari telungkup terus merangkak, duduk dan akhirnya berjalan dilakukan dengan antusias dan rasa ingin tahu yang kuat.

Selain perkembangan fisik, kemampuan kognitif dan daya nalar mulai berkembang.  Hal ini ditandai dengan dijadikannya berbagai sudut dan tempat sebagai bahan eksperimen dengan rasa ingin tahu yang tinggi, tidak perlu tempat, waktu dan guru secara khusus, anak-anak dapat berimajinasi dan melakukan eksperimen secara alami. Inilah yang disebut dengan fitrah belajar.

Isyarat mengenai fitrah belajar telah Allah Swt contohkan melalui Nabi Adam as, yang ketika tinggal di bumi diajarkan bermacam-macam nama-nama yang ada di bumi.

Sebagaimana Allah jelaskan dalam surat al-Baqarah [2] 31-32:

"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar! Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS al-Baqarah[2] 31-32).

3.Fitrah Bakat

Bakat adalah potensi bawaan lahir yang dimiliki manusia.32. Karena berasal dari bawaan lahir, maka bakat merupakan fitrah. Setiap anak membawa fitrah bakat masing-masing, karena fitrah maka bakat bukan hasil dari bentukan.

Keunikan bakat anak-anak dapat didentifikasi dari aktifitas keseharian. Jika anak  senang melakukan satu aktifitas dan dilakukan berulang-ulang, bisa jadi merupakan bakat.

Namun orangtua juga harus dapat membedakan mana bakat dan  minat. Jika bakat merupakan bawaan lahir dan alamiah maka minat (passion) adalah keiginan hati terhadap sesuatu dan biasanya ketika anak-anak melakukan itu dengan rasa senang.

Sebagai contoh, ketika anak-anak senang bernyanyi, maka biasanya diiringi dengan suara yang bagus. Bernyanyi adalah bakat sedang  keinginan untuk bernyanyi adalah minat.

Isyarat mengenai potensi bakat tertuang dalam Al-Qur’an Surat  al-Isra [17] 84 :

"Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing”. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya" (QS al-Isra [17] 84).

Kandungan ayat di atas sebagaimana dijelaskan oleh ibnu Qayyim bahwa  jika orangtua melihat dan mengamati anaknya bagus pemahamannya, dapat mengerti dengan baik, cerdas dan memiliki hafalan, maka ini menunjukkan kesiapannya untuk jadi pembelajar (belajar) dan menerima ilmu baik dari orang tua maupun pendidik.

4.Fitrah Alam

Fitrah alam adalah semua potensi unik yang diberikan oleh Allah swt kepada alam raya ini (bumi) dimana seseorang ditakdirkan lahir dan mendiami ruang tersebut.

Sebagai khalifah di bumi ini manusia memiliki peran yang sangat menentukan. Karena semua kekayaan hayati dan hewani yang ada di bumi ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.

Untuk itu perlunya memberikan pemahaman kepada anak-anak bahwa bumi dan segala isinya merupakan fasilitas yang Allah swt berikan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Selain itu anak-anak juga harus diberikan pengertian akan kecintaan terhadap wilayah  yang dipijaknya. Karena dimanapun manusia lahir dan hidup, bukanlah suatu kebetulan, karena Allah Swt telah menakdirkan manusia untuk lahir di wilayah  tersebut dengan dibekali berbagai potensi dan kekuatan fisik serta psikis untuk  dapat bertahan di wilayah tersebut.

Selain itu fitrah alam ini akan berkaitan dengan hubungan social yang ada di sekitarnya. Ikatan sosial akan kuat jika setiap manusia menyadari akan tujuan diciptakan disuatu suku, bangsa, dengan berbeda bahasa, adat istiadat, budaya dan potensi daerah masing-masing.

Tujuan kehidupan sosial dan alam tersebut telah diisyaratkan dalam al-Qur’an Surat al-Hujurat [49]13:

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya  orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS al-Hujurat [49]13).

Isyarat Al-Qur’an tentang tujuan manusia yang diciptakan antara laki-laki dan perempuan dan menjadikan bersuku-suku, berbangsa-bangsa dan beragam bahasa adalah untuk saling mengenal.

Keunikan dari isyarat tersebut untuk manusia adalah mengajarkan kepada anak-anak bahwa bumi Allah Swt itu terbentang luas. Kekayaan yang diberikan Allah Swt itu untuk kehidupan manusia.

Untuk itu orangtua harus mengetahui potensi yang ada di wilayah tersebut untuk diberikan pengetahuan anak sebagai pengetahuan lokal yang dapat menumbuhkan fitrah alam.*** (Kiriman : Dita Aulia, Kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Madani (STITMA) Yogyakarta.)