Pendidikan Karakter Berbasis Fitrah dalam Cermin Islam
April 29, 2020
Pendidikan
karakter berbasis fitrah dalam cermin islam - Salah satu masalah
pendidikan di tanah air Indonesia, yaitu kurangnya pendidikan karakter.
Mendidik bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan dan materi pembelajaran.
Mendidik anak-anak adalah memfokuskan segala sikap dan tingkah laku agar menjadi
tauladan bagi anak-anak.
Sebagai landasan dalam mendidik buah hati, Al-Qur’an
secara mendalam telah memberikan tuntunan melalui ayat-ayat Al-Qur’an yang di
dalamnya menjelaskan bagaimana cara
mendidik dan mempersiapkan anak-anak agar kelak siap untuk hidup dan
mengarungi kehidupan di masyarakat.
Mendidik secara fitrah merupakan landasan awal yang
ditawarkan Al-Qur’an dalam mendidik anak. Karena dengan landasan fitrah anak
memiliki potensi keimanan sejak dalam kandungan.
Dibekali pendengaran, penglihatan dan hati untuk dapat
berfikir dan belajar. Memiliki kemampuan bakat yang luar biasa dan beragam yang
akan menjadi potensi bagi kelangsungan hidup anak.
Juga dengan fitrah yang dimiliki anak dapat hidup
bersinergi dengan lingkungan sekitar dan dapat menjaga dan melestarikan alam
ini, karena fitrah alam sudah tertanam dengan baik.
Dalam Islam, pendidikan merupakan hal yang fundamental. Sehingga
setiap muslim, baik itu laki-laki maupun perempuan mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab yang sama untuk mencari ilmu dan mempunyai kesempatan yang sama
untuk mendapatkan pendidikan. Para ulama sepakat adanya kesamaan kewajiban
menuntut ilmu bagi laki-laki dan perempuan.
Seluruh masyarakat dengan struktur sosial, politik dan
ekonomi yang berbedapun berkewajiban untuk menuntut ilmu. Dan membekali diri
dengan ilmu serta mengkondisikan diri untuk melaksanakan kewajiban menuntut
ilmu dengan sempurna.
Sedangkan pengertian pendidikan anak adalah usaha yang
dilakukan oleh keluarga, sekolah dan masyarakat untuk mendidik, membimbing dan
mengarahkan anak-anak secara fitrah sehingga anak mampu berkembang dan hidup
sesuai tahapan usia dan tahapan perkembangan anak-anak.
Al-Qur’an secara detail menjelaskan mengenai proses dan
eksistensi manusia sebagai makhluk hidup yang mempunyai potensi dan kecerdasan
dibanding makhluk lainnya.
Gambaran mengenai eksistensi manusia tersebut Allah
isyaratkan dalam Al-Qur’an surat an-Nahl [16] 78 sebagai berikut:
"Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur." (QS al-Nahl [16] 78).
Kandungan Al-Qur’an di atas menjelaskan bahwa Allah
menciptakan manusia melalui rahim ibu kemudian Allah berikan pendengaran,
penglihatan dan hati. Menarik jika ditelaah mengenai urutan yang Allah
ciptakan.
Pertama Allah ciptakan pendengaran (telinga), penglihatan
(mata) dan hati. Dalam kehidupan nyata seorang bayi lahir maka telinga sebagai
alat pendengaran yang pertama berfungsi, meskipun pada tahap selanjutnya mata
memiliki ketajaman dalam menerima respon dibanding telinga.
Tidak hanya telinga dan mata yang memiliki manfaat untuk
kehidupan manusia. Hati juga memiliki peranan penentu.
Ketika telinga dan mata menerima rangsang suara dan
visual, pesan pendengaran dan penglihatan diuraikan menjadi serentetan
impuls-impuls elektrokimia dan diteruskan ke otak untuk disusun dan diartikan
menjadi kata-kata yang dapat dipahami.
Operating system
otak dalam memahami susunan impuls elektrokimia adalah hati. Jika otak
diumpamakan hardware maka hati adalah
software.
Selain memberikan kemampuan pendengaran, penglihatan dan
hati, Allah SWT memberikan potensi agama atau disebut fitrah.
Dalam pandangan Islam, Allah SWT menganugerahkan potensi
yang terdapat dari diri manusia yang memiliki unsur jasmaniah (fisiologis) dan
unsur ruhaniah (psikologis) dengan berbagai potensi sebagai bekal kehidupan
manusia.
Dalam unsur yang terkandung tersebut, Allah memberikan
seperangkat kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkembang atau disebut
dengan kemampuan dasar yang otomatis berkembang (prepotence reflexes).
Berikut ini akan dijelaskan mengenai fitrah yang telah
Allah SWT berikan kepada manusia.
1.Fitrah Keimanan
Kemampuan dasar atau potensi dasar manusia yang dibawa
sejak lahir sebagaimana tertuang dalam Al- Qur’an surat al-Ruum [30] 30:
"Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
Penjelasan mengenai fitrah manusia ini juga terdapat
dalam hadits riwayat Bukhari:
"Telah menceritakan kepada kami Adam telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dza’bi dari Az Zuhriy dari Abu Salamah bin
‘Abdurrahman dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata; Nabi
Shallallahu’alaihiwalsallam bersabda:
“Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan
menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang
ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat
ada cacat padanya?”
Dalam kandungan ayat Al-Qur’an surat al-Rûm/30: 30 dan
hadits yang diriwayatkan Bukhori tersebut, mengandung pengertian:
Pertama fitrah dalam ayat tersebut mengandung makna
potensi dasar beragama yang benar dan lurus dan ini ketetapan dari Allah, maka
dalam ayat tersebut mengandung implikasi yang berkonotasi dengan aliran
pendidikan nativisme.
Kedua dalam hadits tersebut terdapat faktor
bawaan yang dipengaruhi potensi atau faktor luar, karena setiap individu juga
sudah dibekali dengan pendengaran, penglihatan dan hati.
Dari uraian tersebut dijelaskan bahwa setiap manusia
mempunyai potensi sejak dalam kandungan. Potensi itu bernama tauhid, kemudian
akan berkembang dan bertambah seiring dengan lingkungan dan pola pendidikan
yang diterima oleh setiap orang.
Untuk itu orangtua (keluarga), sekolah dan m asyarakat
menjadi lembaga yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan perubahan
setiap potensi.
2.Fitrah Belajar
Salah satu potensi manusia adalah makhluk pembelajar.
Kecenderungan manusia untuk selalu belajar terlihat jelas ketika masa bayi dan
kanak-kanak.
Proses perkembangan dari mulai lahir sampai kanak-kanak
dilalui dengan selalu belajar dan mencoba. Mulai dari telungkup terus
merangkak, duduk dan akhirnya berjalan dilakukan dengan antusias dan rasa ingin
tahu yang kuat.
Selain perkembangan fisik, kemampuan kognitif dan daya
nalar mulai berkembang. Hal ini ditandai
dengan dijadikannya berbagai sudut dan tempat sebagai bahan eksperimen dengan
rasa ingin tahu yang tinggi, tidak perlu tempat, waktu dan guru secara khusus,
anak-anak dapat berimajinasi dan melakukan eksperimen secara alami. Inilah yang
disebut dengan fitrah belajar.
Isyarat mengenai fitrah belajar telah Allah Swt contohkan
melalui Nabi Adam as, yang ketika tinggal di bumi diajarkan bermacam-macam
nama-nama yang ada di bumi.
Sebagaimana Allah jelaskan dalam surat al-Baqarah [2]
31-32:
"Dan Dia mengajarkan
kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada
para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu mamang benar orang-orang yang benar! Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau,
tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada
kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS
al-Baqarah[2] 31-32).
3.Fitrah Bakat
Bakat adalah potensi bawaan lahir yang dimiliki
manusia.32. Karena berasal dari bawaan lahir, maka bakat
merupakan fitrah. Setiap anak membawa fitrah bakat
masing-masing, karena fitrah maka bakat bukan hasil dari bentukan.
Keunikan bakat anak-anak dapat didentifikasi dari
aktifitas keseharian. Jika anak senang
melakukan satu aktifitas dan dilakukan berulang-ulang, bisa jadi merupakan
bakat.
Namun orangtua juga harus dapat membedakan mana bakat
dan minat. Jika bakat merupakan bawaan
lahir dan alamiah maka minat (passion)
adalah keiginan hati terhadap sesuatu dan biasanya ketika anak-anak melakukan
itu dengan rasa senang.
Sebagai contoh, ketika anak-anak senang bernyanyi, maka
biasanya diiringi dengan suara yang bagus. Bernyanyi adalah bakat sedang keinginan untuk bernyanyi adalah minat.
Isyarat mengenai potensi bakat tertuang dalam Al-Qur’an
Surat al-Isra [17] 84 :
"Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat
menurut keadaannya masing-masing”. Maka Tuhanmu lebih mengetahui
siapa yang lebih benar jalannya" (QS al-Isra [17] 84).
Kandungan ayat di atas sebagaimana dijelaskan oleh ibnu
Qayyim bahwa jika orangtua melihat dan
mengamati anaknya bagus pemahamannya, dapat mengerti dengan baik, cerdas dan
memiliki hafalan, maka ini menunjukkan kesiapannya untuk jadi pembelajar
(belajar) dan menerima ilmu baik dari orang tua maupun pendidik.
4.Fitrah Alam
Fitrah alam adalah semua potensi unik yang diberikan oleh
Allah swt kepada alam raya ini (bumi) dimana seseorang ditakdirkan lahir dan
mendiami ruang tersebut.
Sebagai khalifah di bumi ini manusia memiliki peran yang
sangat
menentukan. Karena semua kekayaan hayati dan hewani yang ada di bumi ini dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.
Untuk itu perlunya memberikan pemahaman kepada anak-anak
bahwa bumi dan segala isinya merupakan fasilitas yang Allah swt berikan untuk
dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Selain itu anak-anak juga harus diberikan pengertian akan
kecintaan terhadap wilayah yang
dipijaknya. Karena dimanapun manusia lahir dan hidup, bukanlah suatu kebetulan,
karena Allah Swt telah menakdirkan manusia untuk lahir di wilayah tersebut dengan dibekali berbagai potensi dan
kekuatan fisik serta psikis untuk dapat
bertahan di wilayah tersebut.
Selain itu fitrah alam ini akan berkaitan dengan hubungan
social yang ada di sekitarnya. Ikatan sosial akan kuat jika setiap manusia
menyadari akan tujuan diciptakan disuatu suku, bangsa, dengan berbeda bahasa,
adat istiadat, budaya dan potensi daerah masing-masing.
Tujuan kehidupan sosial dan alam tersebut telah
diisyaratkan dalam al-Qur’an Surat al-Hujurat [49]13:
"Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS
al-Hujurat [49]13).
Isyarat Al-Qur’an tentang tujuan manusia yang diciptakan
antara laki-laki
dan perempuan dan menjadikan bersuku-suku, berbangsa-bangsa dan beragam bahasa
adalah untuk saling mengenal.
Keunikan dari isyarat tersebut untuk manusia adalah
mengajarkan kepada anak-anak bahwa bumi Allah Swt itu terbentang luas. Kekayaan
yang diberikan Allah Swt itu untuk kehidupan manusia.
Untuk itu orangtua harus mengetahui potensi yang ada di
wilayah tersebut untuk diberikan pengetahuan anak sebagai pengetahuan lokal
yang dapat menumbuhkan fitrah alam.*** (Kiriman : Dita Aulia, Kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Madani (STITMA)
Yogyakarta.)