Karena Wabah Virus Korona

Pak Suyadi tertunduk sedih. Ia masih duduk bersila di atas sajadah usai melaksanakan sholat Isya berjamaah di masjid. Pengurus masjid barusan mengumumkan himbauan pihak terkait agar tidak melaksanakan sholat berjamaah di masjid untuk sementara.

“Himbauan ini terkait dengan upaya pencegahan penyebaran wabah virus Korona yang semakin mengkhawatirkan seantero jagat raya.” ujar salah seorang pengurus masjid berdiri di hadapan jamaah usai sholat Isya.

Pak Suyadi sedih bukan karena kabar penyebaran wabah virus Korona yang sudah meluas dan banyak merenggut nyawa. Pria paruh baya itu sedih karena baru beberapa minggu merasakan nikmatnya menunaikan ibadah sholat 5 waktu sehari semalam secara berjamaah di masjid.

Kenikmatan sholat berjamaah tiap waktu sholat itu akan terhenti manakala adanya himbauan pihak terkait menyusul penyebaran virus berbahaya itu.

Selama ini Pak Suyadi bukan meninggalkan sholat wajib. Ia bahkan selalu menunaikan kewajiban sebagai umat muslim. Bahkan ia hampir setiap waktu mendirikan sholat di awal waktu.

Sering Pak Suyadi menghentikan aktivitasnya tiba-tiba bila sudah mendengar suara azan dikumandangkan dari masjid. Alunan kumandang azan itu terdengar jelas sampai ke rumahnya meskipun jarak rumah dengan tempat ibadah cukup jauh.

Hanya saja sebelum ini, naik motor apalagi melangkah ke masjid, terasa berat baginya...
Pengurus masjid meminta pendapat kepada jamaah tentang penghentian sholat berjamaah di masjid untuk mencegah penyebaran virus Korona. Pak Suyadi tidak hendak berpendapat.

Penghentian ibadah berjamaah di masjid  menurut pemikiran Pak Suyadi cukup dilematis. Di satu sisi, ia memaklumi himbauan pemerintah dan ulama untuk tidak melakukan aktivitas yang mengundang keramaian termasuk di rumah ibadah.

Apa yang dihimbau pihak terkait itu tentu saja sudah cukup memiliki alasan demi menjaga kesehatan masyarakat dan terhindar dari serangan wabah virus Korona. Apalagi lokasi masjid itu dekat pasar dan pusat keramaian dan jalur lalu lintas provinsi..

Namun disisi lain Pak Suyadi mengkhawatirkan, tempat ibadah akan menjadi tempat sepi dari aktivitas sholat dan ibadah lainnya. Lebih-lebih dirinya baru beberapa minggu menikmati indahnya sholat berjamaah setiap waktu di masjid.

Semua itu akan terhenti untuk sementara karena dianjurkan untuk sholat berjamaah dan ibadah lainnya di rumah masing-masing akibat Corona Virus semakin menkhawatirkan.

Pak Suyadi meninggalkan masjid tempat beribadah dengan perasaan semakin sedih. Langkah kakinya terlihat gontai menapaki pinggiran jalan pulang di sepanjang jalan raya itu.

Sampai di rumah, Pak Suyadi menceritakan himbauan pemerintah itu kepada anak dan istrinya. Nampak kekecewaan di wajah istri dan anak-anaknya. Bahkan si bungsu nampak kecewa dan meluapkan kekecewaannya dengan gayanya tersendiri.

Namun Pak Suyadi dapat mengendalikan luapan perasaan anak dan istrinya.

“Sebenarnya papa lebih sedih menghadapi kenyataan ini. Tapi papa dapat memaklumiya. Pemimpin harus dipatuhi karena apa yang dilakukan pemimpin itu juga demi masyarakatnya juga,” kata Pak Suyadi membujuk seraya menyeruput kopi buatan istrinya.

 Subuh keesokan harinya, Pak Suyadi terbangun oleh alunan suara azan dari muazin. Ia seakan bermimpi mendengar suara azan. Kenapa tidak? Tadi malam ia mengetahui kalau pengurus masjid menyampaikan himbauan untuk tidak melaksanakan sholat berjamaah di masjid.

Pak Suyadi mengucek-ucek pelupuk matanya. Ia baru sadar bahwa ia tidak sedang bermimpi. Bergegas ia bangkit dari tidur dan menuju kamar mandi untuk berwudhuk. Setelah pamit pada istrinya, Pak Suyadi melangkahkan kaki di keremangan subuh menuju rumah Allah.

Memang, jemaah sholat subuh tidak seramai subuh sebelumnya. Boleh dihitung dengan jari. Namun Pak Suyadi merasa bersyukur karena kenikmatan dalam melaksanakan ibadah di masjid tidak terputus begitu saja oleh virus Korona.

Usai shalat subuh ia mendapat informasi bahwa azan akan tetap dikumandangkan setiap waktu sholat masuk. Siapa yang ingin sholat di masjid dibolehkan.

Semangat Pak Suyadi kembali mengapung. Terlihat dari langkahnya menuju rumah, seolah-olah ingin menyampaikan kabar gembira ini kepada istri dan anaknya di rumah. (Tamat).

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel