Karena Wabah Virus Korona
April 03, 2020
Pak Suyadi tertunduk sedih. Ia
masih duduk bersila di atas sajadah usai melaksanakan sholat Isya berjamaah di
masjid. Pengurus masjid barusan mengumumkan himbauan pihak terkait agar tidak
melaksanakan sholat berjamaah di masjid untuk sementara.
“Himbauan
ini terkait dengan upaya pencegahan penyebaran wabah virus Korona yang semakin
mengkhawatirkan seantero jagat raya.” ujar salah seorang pengurus masjid
berdiri di hadapan jamaah usai sholat Isya.
Pak Suyadi
sedih bukan karena kabar penyebaran wabah virus Korona yang sudah meluas dan
banyak merenggut nyawa. Pria paruh baya itu sedih karena baru beberapa minggu merasakan nikmatnya
menunaikan ibadah sholat 5 waktu sehari semalam secara berjamaah di masjid.
Kenikmatan
sholat berjamaah tiap waktu sholat itu akan terhenti manakala adanya himbauan
pihak terkait menyusul penyebaran virus berbahaya itu.
Selama
ini Pak Suyadi bukan meninggalkan sholat wajib. Ia bahkan selalu menunaikan
kewajiban sebagai umat muslim. Bahkan ia hampir setiap waktu mendirikan sholat
di awal waktu.
Sering Pak Suyadi menghentikan aktivitasnya tiba-tiba bila sudah mendengar suara azan
dikumandangkan dari masjid. Alunan kumandang azan itu terdengar jelas sampai ke
rumahnya meskipun jarak rumah dengan tempat ibadah cukup jauh.
Hanya saja sebelum ini, naik motor apalagi melangkah ke masjid, terasa berat baginya...
Pengurus
masjid meminta pendapat kepada jamaah tentang penghentian sholat berjamaah di
masjid untuk mencegah penyebaran virus Korona. Pak Suyadi tidak hendak berpendapat.
Penghentian
ibadah berjamaah di masjid menurut
pemikiran Pak Suyadi cukup dilematis. Di satu sisi, ia memaklumi himbauan
pemerintah dan ulama untuk tidak melakukan aktivitas yang mengundang keramaian
termasuk di rumah ibadah.
Apa
yang dihimbau pihak terkait itu tentu saja sudah cukup memiliki alasan demi
menjaga kesehatan masyarakat dan terhindar dari serangan wabah virus Korona.
Apalagi lokasi masjid itu dekat pasar dan pusat keramaian dan jalur lalu lintas
provinsi..
Namun
disisi lain Pak Suyadi mengkhawatirkan, tempat ibadah akan menjadi tempat sepi dari
aktivitas sholat dan ibadah lainnya. Lebih-lebih dirinya baru beberapa minggu menikmati
indahnya sholat berjamaah setiap waktu di masjid.
Semua
itu akan terhenti untuk sementara karena dianjurkan untuk sholat berjamaah dan
ibadah lainnya di rumah masing-masing akibat Corona Virus semakin menkhawatirkan.
Pak Suyadi
meninggalkan masjid tempat beribadah dengan perasaan semakin sedih. Langkah
kakinya terlihat gontai menapaki pinggiran jalan pulang di sepanjang jalan raya
itu.
Sampai
di rumah, Pak Suyadi menceritakan himbauan pemerintah itu kepada anak dan istrinya.
Nampak kekecewaan di wajah istri dan anak-anaknya. Bahkan si bungsu nampak
kecewa dan meluapkan kekecewaannya dengan gayanya tersendiri.
Namun Pak Suyadi dapat mengendalikan luapan perasaan anak dan istrinya.
“Sebenarnya
papa lebih sedih menghadapi kenyataan ini. Tapi papa dapat memaklumiya.
Pemimpin harus dipatuhi karena apa yang dilakukan pemimpin itu juga demi
masyarakatnya juga,” kata Pak Suyadi membujuk seraya menyeruput kopi buatan
istrinya.
Subuh keesokan harinya, Pak Suyadi terbangun oleh
alunan suara azan dari muazin. Ia seakan bermimpi mendengar suara azan. Kenapa tidak?
Tadi malam ia mengetahui kalau pengurus masjid menyampaikan himbauan untuk
tidak melaksanakan sholat berjamaah di masjid.
Pak Suyadi
mengucek-ucek pelupuk matanya. Ia baru sadar bahwa ia tidak sedang bermimpi.
Bergegas ia bangkit dari tidur dan menuju kamar mandi untuk berwudhuk. Setelah
pamit pada istrinya, Pak Suyadi melangkahkan kaki di keremangan subuh menuju rumah Allah.
Memang,
jemaah sholat subuh tidak seramai subuh sebelumnya. Boleh dihitung dengan jari.
Namun Pak Suyadi merasa bersyukur karena kenikmatan dalam melaksanakan ibadah di
masjid tidak terputus begitu saja oleh virus Korona.
Usai
shalat subuh ia mendapat informasi bahwa azan akan tetap dikumandangkan setiap
waktu sholat masuk. Siapa yang ingin sholat di masjid dibolehkan.
Semangat Pak Suyadi kembali mengapung. Terlihat dari langkahnya menuju rumah, seolah-olah
ingin menyampaikan kabar gembira ini kepada istri dan anaknya di rumah.
(Tamat).