Cerpen : Beruk Gedang
Mei 21, 2020
Pak Tuo
saya berprofesi sebagai tukang pemanen kelapa dengan bantuan seekor beruk gedang. Sudah berpuluh-puluh tahun
pekerjaan itu dijalaninya untuk membiayai kebutuhan harian 6 orang saudara sepupu saya.
Pak
Tuo adalah panggilan kekerabatan di Miangkabau terhadap suami dari Mak Tuo, saudara perempuan yang tertua dari Ibu saya.
Dengan
modal seekor beruk gedang (monyet besar) yang mahir memetik dan menurunkan kelapa, Pak Tuo saya
memperoleh sejumlah upah.
Upahnya
bukan uang tunai. Melainkan kelapa juga sesuai dengan proporsi pembagian kelapa
yang berhasil diturunkan oleh monyet.
Misalnya,
beruk berhasil menurunkan 10 butir kelapa dan upahnya 2 sampai 3 butir tanpa
dikupas. Namun bila kelapa yang diturunkan langsung dikupas, upahnya bisa sampai
3 butir kelapa.
Mungkin
beruk termasuk hewan yang unik di antara hewan lainnya yang bisa dilatih dan
memiliki keterampilan melakukan sesuatu.
Beruk kecil atau berusia muda dapat
dilatih mengambil kelapa.
Kata
Pak Tuo saya, beruk gedang yang dimilikinya sekarang telah dibeli dan dilatih saat beruk itu
berusia muda.
Melatih beruk muda memanjat dan memanen kelapa sesuai keinginan
manusia tidak terlalu sukar, begitu kata Pak Tuo saya.
Beruk
gedang atau beruk besar yang sudah mahir menurunkan kelapa susah untuk dijual
kembali.
Susah menjualnya karena orang lain takut membelinya. Biasanya beruk
gedang akan melawan kepada pemilik barunya.
Itu sebabnya jarang terdengar tukar tambah beruk di antar sesama pemetik kelapa. Beruk dipelihara sampai ia mati.
Beruk
gedang hanya patuh kepada ‘tuan’ yang sudah lama membesarkan dan memeliharanya.
Namun kadang-kadang karena sesuatu dan
lain hal bisa saja melawan kepada tuannya.
Membangkang
dan tidak mau memanjat pohon kelapa sehingga Pak Tuo saya terpaksa melecutnya
dengan tali beruk itu.
Bahkan
suatu ketika beruk gedang milik Pak Tuo saya itu lepas dari tambatannya di
kandang. Melarikan diri dan memanjat pohon kelapa yang paling tinggi. Payah Pak
Tuo saya membujuknya agar turun kembali.
Saya
sering melihat Pak Tuo saya menurunkan kelapa dengan beruk. Yang saya amati
adalah tabiat hewan primata itu yang sangat terlatih mengambil kelapa.
Namun
ada suatu yang aneh, beruk gedang itu selalu mencibir kepada orang yang lewat
saat ia berada di atas pohon kelapa. Saat itulah Pak Tuo saya merenggut sedikit
tali beruk sehingga hewan itu meneruskan pekerjaanya memilih dan menurunkan
kelapa matang.
Beruk
memang dapat membedakan kelapa yang sudah matang, separuh matang dan masih
muda. Hewan itu mengambil kelapa tergantung pada instruksi majikannya.
Dan saya
tidak pernah diberitahu oleh Pak Tuo bahasa isyarat apa yang dipakai Pak Tuo
saya dalam member instruksi kepada beruk untuk memanjat dan mengambil kelapa.
Lihat juga : Cerita Pendek : 'Anak Pisang'
Dan…Pak
Tuo saya masih merahasiakannya kepada saya sampai saat ini!***